Share

Jalan Yang Terbuka

Pagi hari aku bisa bangun dengan perasaan tenang. Pikiran yang mengganjal telah hilang. Ada beban yang terasa telah terangkat, begitu ringan. Suara Keanu masih saja terngiang-ngiang bagai nyanyian merdu yang terus saja diputar ulang.

"Sudah enakan, ya?" tanya Disti yang baru saja keluar kamar mandi ketika mendengarku bersenandung kecil saat berhias.

"Sudah. Semalam aku bisa tidur nyenyak," sahutku menoleh padanya.

"Kamu hari ini enggak balik ke Surabaya lagi, ya?" Disti ikut duduk di depan cermin besar tempatku tengah mempersiapkan diri. Mengambil pengering rambut yang ada di laci, dan menyalakannya.

"Enggak, kamu masih balik ya?" tanyaku setengah berteriak untuk mengimbangi kebisingan suara

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status