Share

Memantapkan Hati

Adrian datang ke apartemenku tepat waktu.

"Lagi ada masalah apa?" tanyanya begitu melihatku. Laki-laki itu terkadang seperti cenayang, ia bisa membaca pikiranku hanya dalam sekali lihat. Namun, aku tak serta merta mengutarakan apa yang mengusik pikiranku sedari tadi.

"Nggak ada apa-apa," tepisku sambil lalu, ke pantry hendak menyiapkan minuman hangat untuknya.

Adrian duduk di bangku pantry, menopang dagunya dengan tangan. Menatapku yang sibuk mengambil teh dan gula dari kabinet. "Tapi itu kerutan di jidat makin keliatan." Adrian terkekeh.

"Ah! Kenapa selalu ketauan gini sih!" Aku ikut tertawa, menyadari bahwa aku tidak bisa menyembunyikan apa pun dari lelaki itu. Apa memang dia bisa membaca pikiranku?

Adrian masih saja menatapku lekat. "Ada apa? Mau cerita?"

Aku menghentikan kegiatanku menyeduh teh. Berbalik menatap Adrian. Lelaki itu tampak dengan sabar menungguku membuka suara.

"Aku sekelas baking sama Rani." Aku menjeda, menunggu reaksi darinya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status