Share

3

Siang menjelang, mentari sudah naik tinggi di peraduan. Terik sinarnya membuat beberapa orang memilih untuk bersantai di tempat teduh maupun di rumah.

Alfred yang saat ini tengah berkumpul bersama teman-temannya di luar tampak menikmati sinar mentari yang menerjang seisi dunia. Mereka tengah duduk ditepi pantai menikmati cuaca dengan sebuah kelapa muda dan juga minuman lainnya.

"Apakah kau tahu kelakuan kembaranmu yang perempuan?" Seseorang bertanya pada Alfred yang tengah menikmati kelapa muda miliknya.

Alfred menaikkan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya itu.

"Memangnya dia melakukan apa?" tanya Alfred santai seolah-olah dia tidak tahu hal apa yang dilakukan oleh Arletta.

"Dia menolak anak pengusaha kaya lagi. Apakah dia itu tidak normal? Banyak laki-laki yang mengejar dan rela melakukan apa saja demi dirinya tapi dia? Dia sedikitpun tidak menaruh perhatian dan hanya bermain-main saja. Apa dia tidak takut mendapat karma?" tanya pria itu bertubi-tubi.

"Oh itu! Dia bebas melakukan apa saja. Kalau pun nanti ada yang ingin membalasnya, orang itu harus bersiap-siap untuk menghadapi kemarahan Kakek kami dan tentunya dari aku dan Algriel." Alfred menjawab dengan santai.

"Kau!" Pria itu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Alfred dan keluarganya. Pantas saja jika Arletta semakin menjadi-jadi dalam memanipulasi dan bermain-main dengan pria di luar sana.

"Arletta punya pengalaman buruk dengan laki-laki itu sebabnya dia tidak pernah bersikap serius terhadap orang-orang yang mendekatinya. Lagipula jika dia tidak menikah masih ada kami yang mampu menjaga dan merawatnya sampai tua." Alfred mengangkat bahunya pertanda tidak peduli.

Bagi keluarga mereka, selama Arletta masih di batas kewajaran maka semua akan baik-baik saja. Mereka akan mendukung apapun yang Arletta lakukan bahkan jika dunia menentang apa yang dikerjakannya.

"Aku dengar Arletta memiliki banyak musuh dan juga banyak perempuan yang ingin menghancurkan wajah cantiknya." Salah satu yang lain ikut berbicara.

Kabar tentang ketiga saudara ini memang sangat harum dikalangan kaum muda. Apalagi kisah percintaan Arletta yabg tidak pernah bertahan lama, Arletta suka bermain-main dengan berganti pasangan layaknya berganti pakaian.

Jika bosan, Arletta akan memutuskan pacarnya secara sepihak, Arletta juga tidak pernah berpacaran dengan pria baik-baik. Itu sebabnya, banyak yang mengira kalau Arletta sudah tidak perawan lagi. Tapi anehnya, setiap mantan pacar Arletta tidak pernah ada yang mau berbicara tentang hubungan yang mereka lalui.

"Biarkan saja, asal tidak ada yang menyakitinya maka itu bukan masalah. Arletta memiliki temperamen lain. Dia sangat tidak suka wilayahnya diganggu dan yang lebih penting dia tidak akan membiarkan orang lain menindasnya." Alfred menjelaskan.

Entah sudah berapa banyak orang yang akhirnya menyesal telah berbuat sesuatu pada Arletta. Gadis cantik itu seorang yang sangat pendendam. Pantang baginya untuk menerima kekalahan dan pantang baginya menerima takdir begitu saja.

"Pantas saja dia semakin menjadi seperti itu," ujar pria yang berbicara pertama tadi dengan wajah membosankan.

Alfred hanya mengangkat bahu mendengar ucapan pria itu. Baginya, tidak penting apa yang dilakukan oleh Arletta asal jangan menganggu dirinya saja dan kesenangannya.

Di sisi lain, Arletta tengah memotret pemandangan orang-orang yang berlalu lalang di taman.

Dia mengambil berbagai gambar dari sudut yang menurutnya bagus dan sesuai seleranya.

Pertama dia mengambil foto seorang wanita hamil yang tengah mencium aroma bunga di taman itu. Angin sejuk yang berhembus dengan lembut menerbangkan beberapa helai rambut wanita hamil itu sehingga membuat pemandangan itu menjadi semakin indah.

Foto kedua yang diambil Alexa adalah foto anak kecil yang tengah bermain bersama. Anak itu tengah tertawa sembari menengadahkan kepalanya ke atas nampak senang dan gembira.

Saat akan mengambil foto ketiga, ada dua orang pria berpakaian serba hitam yang menghalanginya memotret.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status