Share

Keras Kepala

"Siapa yang menyuruhmu berdiri di depanku?" tanya Arletta dengan nada sangat tidak ramah, Arletta menatap dua orang di depannya dengan pandangan tidak suka serta tatapan peringatan, dia benar-benar benci diganggu saat sedang bekerja seperti ini.

"Bisakah Anda ikut kami sebentar, Nona?" tanya dua orang itu dengan senyuman yang dipaksakan. Semua itu terlihat jelas dari bibir mereka yang tersenyum tapi pipi dan mata mereka tidak menunjukkan hal itu sama sekali.

"Tahukah kalian tentang sebuah pepatah? Jangan menganggu harimau yang sedang tidur!" bentak Arletta kesal.

Arletta paling benci ada orang yang menganggu kesenangannya. Dan dia benar-benar tidak suka ada orang yang sedang menghentikan dirinya memotret bahkan jika orang itu adalah keluarganya sendiri.

"Jangan banyak bicara! Kita tinggal menarik dan memaksanya saja untuk ikut bersama kita." Pria lain berbicara keras pada temannya, hanya satu tujuannya berkata seperti itu, ialah untuk mengancam Arletta ikut bersamanya.

"Kau pikir aku takut?" tanya Arletta menantang, Arletta menyimpan kameranya dan melihat kedua pria di depannya dengan senyuman penuh cemoohan.

"Aku paling tidak suka ada orang yang menganggu diriku saat memotret." Arletta mengatakan kalimat itu sekali lagi.

"Kami juga tidak suka ada orang yang mengganggu kami saat kami sedang bekerja, Nona!" Pria itu kembali mengatakan hal yang sama juga, salah satu dari mereka melangkah maju berusaha menjangkau tangan Arletta.

Saat tangan itu mendekat, Arletta menghindar seraya menarik tangan itu dengan cepat. Segera tarikan Arletta semakin kuat hingga membuat pria itu jatuh tersungkur ke depan, Arletta tertawa melihat itu, dia senang melakukan pembalasan pada pria yang sombong dan angkuh.

"Ah, maaf! Aku hanya ingin menghindar," elak Arletta sembari mengangkat bahunya dengan senyum tidak ramah.

Arletta hendak melangkah pergi namun bahunya ditarik oleh pria yang satu lagi, melihat mereka nampaknya tidak mau menyerah sedikitpun, Arletta menarik tangan orang itu dan mendorong sikunya ke belakang. Siku Arletta tepat mengenai perut bagian atas orang itu menyebabkan dia menggaduh kesakitan.

Arletta mendorong kaki kanannya ke belakang. Hal itu tepat mengenai kaki kiri pria itu menyebabkan dia jatuh terduduk.

"Masih mau?" tanya Arletta dengan wajah muram.

Keduanya menggeleng dengan cepat sebagai tanggapan, melihat bahwa mereka tidak ingin memperpanjang masalah Arletta melangkah pergi meninggalkan ke-dua orang yang menghentikannya tadi.

"Halo, Tuan! Kami terlalu menganggap remeh wanita itu. Dia menghajar kami hanya dengan satu pukulan saja," lapornya dengan jejak suara tidak percaya.

Mereka berdua yang telah terlatih menjadi pengawal hanya dikalahkan oleh dua pukulan oleh wanita yang tidak berdaya sama sekali.

"Sudah kukatakan sejak awal pada kalian berdua bukan? Jangan menganggap remeh dirinya, sekarang setelah mendapat pukulan apakah kalian masih tidak percaya dengan apa yang aku katakan?" tanya orang di seberang pada dua pria yang berusaha menangkap Arletta tadi.

Arletta kembali melanjutkan kegiatannya di tempat lain. Jejak dingin di wajahnya belum kunjung menghilang akibat gangguan yang diterimanya tadi.

"Dasar sialan! Aku tidak melakukan apapun dan mereka seenaknya saja mengganggu diriku," umpat Arletta dengan raut wajah tidak percaya.

"Moodku benar-benar hancur sekarang," ujar Arletta lagi sembari melangkah pergi. Dia benar-benar kehilangan selera untuk tetap memotret pemandangan indah di depannya.

"Benar-benar macan betina," ujar seseorang yang tadi dihubungi oleh dua orang yang mencoba menangkap Arletta tadi.

"Apa salahnya ikut sebentar saja! Aku benar-benar tidak habis pikir dengan kepalanya yang keras itu." Orang itu terus berbicara seorang diri dengan kepala menggeleng kiri dan kanan tidak menentu.

Arletta menyusuri jalan mencari sesuatu yang dapat mengembalikan moodnya yang rusak, tadi pagi hatinya dilukai oelh saudaranya dan sekarang diganggu oleh dua orang yang tidak dikenal. Arletta mengikuti lalu lalang orang-orang yang berjalan kaki hingga langkahnya berhenti di satu tempat.

Itu adalah sebuah danau yang indah dengan pemandangan perahu di atasnya, beberapa orang tampak mengambil foto di tepi danau bersama orang terkasih mereka. Arletta duduk di bawah pohon rindang sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya, suara deru mesin perahu kadang terdengar di depannya membuat Arletta memejamkan mata menikmati keindahan di sini.

Tidak jauh dari mereka, Arletta mendengar suara keributan. Seorang wanita tampak menangis memukul dada seorang pria sedangkan di sisi pria itu ada seorang wanita yang berdiri dengan tangan saling menggenggam erat satu sama lain.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa yang telah aku lakukan padamu hingga kau mengkhianati diriku dan pergi bersama sahabatku sendiri?" tanya wanita itu dengan air mata jatuh berderai.

Wanita yang menangis itu mengangkat kepala mencoba melihat ke arah wanita lain yang katanya sahabat dekatnya itu, wanita yang ditatap menengok ke arah lain tapi wajah bersalahnya terlihat jelas. Arletta memperbaiki posisi duduknya untuk melihat drama ini lebih jelas lagi, tangannya terlipat di dada dengan kantong kamera melingkar indah dari dada hingga ke lehernya.

"Kau tidak melakukan apapun, aku yang tidak bisa menahan diri, aku jatuh cinta pada Stella karena seringnya pertemuan kami. Stella sekarang sedang mengandung anakku dan kuharap kau dapat menerima semua ini, aku harap kau dapat menemukan pengganti yang lebih baik dariku." Pria itu mendorong si wanita menjauh darinya.

Dorongan itu membuat si wanita terjatuh hingga punggungnya menyentuh pot bunga yang ada di tepi danau, wanita itu menghapus air matanya dan menahan rasa sakit yang mendera punggungnya. Dia merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan akibat jatuh, dia mengeluarkan telepon miliknya dari dalam tas untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Ayah! Putuskan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan Antara, juga satu hal lagi Ayah! Tarik kembali investasi kita pada film yang akan dibintangi Stella! Mereka berdua mengkhianati diriku Ayah! Stella sekarang hamil anak Frans dan aku tidak akan berbuat baik pada orang yang menyakiti diriku." Wanita yang tadinya menangis sedih itu langsung meminta ayahnya memutuskan hubungan kerjasama yang telah terjalin di dua perusahaan itu.

Mendengar anaknya diselingkuhi, pria yang dihubungi wnaita itu tampak marah dan memaki. Tanpa menjelaskan lebih lanjut wanita itu memutuskan hubungan sambungan teleponnya, kedua orang di depannya benar-benar tidak mengira wanita lembut yang selama ini mereka kenal bisa berubah menjadi begitu tidak berperasaan.

"Kau, kau tidak bisa melakukan itu! Stella sangat membutuhkan investasi dari ayahmu agar karirnya terus berkembang, kenapa kau begitu kejam?" tuduh pria itu dengan kemarahan yang terlihat jelas.

Wanita yang dituduh itu menyimpan kembali teleponnya, tapi sebelum itu, dia mengirimkan rekaman percakapan mereka sejak tadi pada temannya yang bekerja di salah satu media gosip terkenal. Apa yang dilakukan wanita itu tidak diketahui oleh ke-dua orang di depannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status