Menjadi orangtua, tak sesederhana yang dipikirkan orang-orang. Apalagi orangtua baru yang sama sekali tak berpengalaman mengurus bayi, pasti akan menjadi pengalaman yang luar biasa. Ada bahagia, sedih, haru dan putus asa.Delapan bulan sudah umur Delia dan Delio. Mereka tumbuh menjadi bayi yang sehat. Namun, walaupun mereka kembar, perkembangan mereka berbeda. Delia berkembang lebih cepat, dia sudah bisa duduk sendiri, bahkan belajar merayap ke dinding. Sedangkan Delio agak lambat, dia masih merangkak, belum bisa duduk."Bang, sepertinya Delia buang air besar," kata Keke, dia sedang menyantap makan malamnya. Sejak punya bayi, mereka jarang makan serentak, pasti bergantian, dua bayi mereka lagi aktif-aktifnya. Lengah sedikit saja, pasti ada yang cidera, seperti Minggu lalu, kening Delia benjol karena jatuh dari ayunan saat Keke sibuk menyusui Delio. "Kita tunggu dulu agak lima menit, kemaren begitu, mungkin belum tuntas, eh, dia nambah."Keke tertawa, dia masih mengingat, betapa terpa
Menikah, hamil dan punya anak. Mungkin adalah sebuah status yang diidam-idamkan semua orang. Tak ada wanita yang benar-benar ingin melajang seumur hidup. Tak ada juga wanita yang ingin mati di kasurnya yang dingin tanpa ada anak-anak dan suami di sampingnya.Fitrah wanita itu, hamil, melahirkan dan merawat anak-anaknya. Wanita diciptakan sesempurna sempurna bentuk. Rahim yang kokoh, sepasang dada yang berfungsi untuk menyusui.Hamil, tidaklah mudah, tri semester ke dua, tepatnya setelah Keke tau dia hamil, kehamilannya dipenuhi ujian, mulai dari muntah berkepanjangan, tak bisa makan dan beberapa kali dirawat di rumah sakit. Kehamilan itu tidak mudah, semua wanita pasti sepakat. Setelah masa muntah reda, keluhan lain akan dirasa, perut yang semakin berat, kaki yang bengkak, susah tidur di malam hari, bahkan sakitnya kontraksi palsu.Wanita diciptakan jadi ibu, meregang nyawa demi melahirkan buah hatinya ke dunia. Tapi rasa sakit seakan sirna saat mendengar suara tangis bayi mereka unt
Bujang meninggalkan pekarangan rumah dengan tersenyum. Semua perdebatan dengan Keke tadi, sangat berkesan baginya, kadang-kadang mengerjai Keke menjadi kesenangan tersendiri, bisa melepas penat setelah bekerha. Sebenarnya, dia juga tak memaksa Keke untuk melahirkan kembali setelah hamil kedua ini, dia tau betul betapa Keke kewalahan, mulai dari masa hamil, melahirkan dan mengasuh anak-anak mereka. Akan tetapi, mengusili Keke menjadi candu tersendiri bagi Bujang."Ayo! Aku yang menyetir atau kau, Jang?" Luqman membuka pintu, duduk di samping kursi kemudi."Biar aku saja dulu, nanti pas pulang, baru Abang.""Baiklah. Tadi aku memeriksa tali pengikat, ada yang longgar. Memanglah, si Tengil tak bisa diharapkan bekerja, mengikat perabot saja tidak becus, lain kali kau seleksi dulu lah kalau mencari anak buah.""Aku kasihan.""Kasihan kasihan, tapi dia tak becus kerja."Bujang tak menyahuti kekesalan Luqman. Mobil pick up itu melaju kencang saat sampai di jalan lintas provinsi.Mereka samp
Siang semakin terik, jangan tanya betapa panasnya Riau di siang hari, kipas adalah alat elektronik yang wajib dimiliki di rumah masing-masing. Terkadang, musim hujan sangat ditunggu-tunggu, agar udara sedikit lebih sejuk. Jika ingin ke luar mencari udara, di kota-kota di Riau, malam hari adalah waktu yang tepat. Tempat-tempat nongkrong pun lebih ramai di malam hari.Setelah meninggalkan area kantor wali kota, Bujang dan Luqman mengarahkan mobil pengangkut barang itu ke sebuah toko langganan yang menjual cat khusus. Cat khusus yang hanya dijual di toko-toko khusus. Tak ada di toko di kota Siak. Hanya ada di Pekanbaru. Cat itu menjadi andalan agar kualitas perabot olahan Bujang berkualitas."Rasanya aku pernah melihat anak barusan?" kata Luqman yang belum lepas dari rasa penasarannya. Mobil yang dikemudikan oleh Bujang melaju dengan kecepatan sedang. Jalan cendrung ramai, karena banyak para karyawan yang keluar mencari makan siang. Beberapa memiliki seragam yang sama. Seragam perusahaan
Bujang memandang Keke dengan tatapan hangat, semburat merah muncul di pipi wanita yang telah menjadi istrinya itu. Keke, dia tetap saja cantik, bahkan setelah melahirkan anak mereka, tak sedikit pun kecantikannya berkurang. Perut buncitnya memberi aura tersendiri, hamil kedua ini membuat kulitnya lebih halus dan lebih bersinar, sehingga Bujang tak bosan memandangnya. Bujang lupa, Keke tak pernah untuk tidak cantik, bahkan setelah bangun tidur tanpa mencuci muka, dia tetap saja cantik.Bujang sendiri, tak tau, dari mana kecantikan itu disalin Keke, setahu Bujang, kakak Keke berwajah biasa saja, dia pernah berjumpa beberapa kali. Pak Iwan pun, tidak tampan di masa mudanya, mungkin dari ibunya, ah! Bujang juga tak tau persis. Luqman benar, dia laki-laki yang beruntung, bisa mendapatkan wanita secantik Keke, bahkan, bisa meluluhkan hati Keke tanpa dipaksa olehnya, wajar saja dia dituduh mengguna-gunai Keke, gadis itu takkan mungkin mau dengannya begitu saja. Tapi Tuhan punya cara yang i
Keke tersengal, Bujang adalah laki-laki yang sangat luar biasa. Dia mampu membuat Keke meleleh dengan sentuhan sederhananya, menerbangkan Keke ke puncak tertinggi, dan memberikan pengalaman yang sangat luar biasa. Bujang, adalah pria berkarisma yang pandai memuja, lihai mendamba, sehingga Keke tak bisa berjauhan darinya.Keke pernah jatuh cinta, tapi cinta kali ini sangat berbeda. Bujang bagaikan laut dalam yang tenang, tapi menenggelamkan dan menghanyutkan. Dia bahkan tak lihai menggombal atau mengeluarkan kata-kata rayuan, tapi tatapan dalam dan tenangnya, mampu membuat lutut Keke melemas.Dengan Kevin, dia tak mengenal arti hasrat. Dia nyaman, hanya sekedar nyaman, Kevin tak mampu menghadirkan debaran berbahaya padanya, atau rasa haus akan sentuhan. Dengan Bujang, dia bagaikan lilin yang meleleh terbakar, musnah dilahap api.Mereka bahkan belum selesai menata nafas kelelahan, saat rengekan Delio dan disusul Delia mengejutkan mereka. Mereka sama-sama tertegun, lalu terkikik kecil.B
Dia memandang pantulan dirinya di cermin, dia masih cantik, bahkan di usianya yang sebentar lagi mendekati empat puluh tahun. Dia belum tua, masih enerjik dan bersemangat, tak jarang orang memujinya karena dianggap awet muda. Dia dulu primadona desa, dulu sekali. Namanya harum sampai ke desa tetangga, banyak pemuda yang naksir padanya, bahkan lamaran datang dari berbagai kalangan pemuda. Namun, hatinya terpaut pada satu pemuda, pemuda sederhana yang bahkan tak begitu bisa memberikan kesan manis. Sayangnya, sebuah kejadian membuatnya tak bisa melanjutkan hubungannya dengan pemuda itu. Ia hamil, sebuah kesalahan di masa lalu yang tak disengaja. Akhirnya, kuliahnya tidak selesai karena buru-buru dinikahkan dengan teman pria yang menghamilinya. Sayangnya, pernikahan tak berlangsung lama, karena tak ada cinta di antara mereka, setelah anak pertamanya lahir, tepatnya dua bulan setelah itu, suami pertamanya pergi dan tak ada kabar berita.Ya, dia wanita yang cantik. Kulitnya halus, jika bad
"Apakah sudah bersih, Ke?" tanya Bujang, seperti biasa, sekali tiga hari Keke akan mencukur jenggot dan kumisnya, agar suaminya itu terlihat lebih bersih dan rapi. Entah kenapa, pria tampan yang digilai Keke itu, memiliki pertumbuhan kumis dan jenggot yang cepat, dua hari saja tidak dicukur, bakal jenggot dan kumis baru telah tumbuh di rahangnya. Keke adalah tipe wanita yang telaten, walaupun dia memiliki anak kembar, rumah tak pernah dalam keadaan berantakan. Dia anti dengan sesuatu yang terletak tidak pada tempatnya. Kadang, tak jarang Bujang kena omel saat meletakkan handuk basah di sembarang tempat. "Sudah," sahut Keke sambil memberikan cermin kecil itu pada suaminya. Dia tersenyum. Bujang, walaupun usianya melebihi Keke, pria itu terlihat awet, tak banyak yang berubah, wajahnya masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu.Memang, Bujang sempat mengalami kegemukan beberapa bulan yang lalu, perut kotak-kotaknya berubah bulat. Karena mendapat protes Keke, pria itu akhirnya kembali r