Share

Bab 4. Sah

Sudah hampir empat bulan berlalu, kini masa iddah Ayu telah usai. Apa yang dijanjikan Pras dan Desi betul-betul dilaksanakan.

Saat ini, Ayu duduk dalam balutan kebaya berwarna putih tulang, dan kembaran dengan Desi.

Di meja kecil, Pras, mengucapkan ijab kabul atas nama Ayu Indira

"Sah ...."

"Sah!!" Para tamu, serentak bertepuk tangan.

Ya Allah, Ayu sudah sah menjadi istri ke dua dari Prasetyo, batin Ayu pelan. Desi menggandeng tangan Ayu untuk mendekati suaminya, lalu menarik tangannya untuk bersalaman dengan Ayu.

Ada sebuah cincin permata berlian yang tersemat di jari Ayu. Itu adalah pertama kalinya Ayu bisa memakai cincin begitu mahalnya. Dulu, Bram mantan suaminya, hanya memberikan sebuah cincin biasa seberat lima gram. Ibu, tampak tersenyum terus, bahagia ya, Bu. mendapat mantu yang kaya raya, Tapi anaknya hanyalah menjadi istri yang kedua. batin Ayu. Seutas senyuman terpaksa Ayu berikan untuk menutupi rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

Malam ini, bukan saja malam bahagia tapi malam awal dari sebuah perjanjian.

Melihat Desi, sahabat juga kakak madunya, nampak berbahagia. Dia tak pedulikan isu santer tentang dirinya. Ada sebagian orang mengatakan Desi adalah wanita yang tegar dan hebat. Mau berbagi suami dengan Ayu, yang notabene, hanyalah seorang janda nestapa tanpa punya penghasilan bahkan dari perceraian, yang kasusnya, Ayu yang tersakiti oleh pengkhianatan mantan suaminya.

Memang, sebelum pernikahan ini, mereka, Desi dan Pras, sering mengajak Ayu pergi, untuk memberi kesempatan Ayu mengenal lebih dekat dengan Pras.

Ayu hampir mirip dengan Desi, dari tinggi badan dan berat badannya. Namun, Ayu lebih terlihat padat dan isel. Golongan darah Ayu dan Desi pun sama, karena Ayu pernah mendonorkan darah untuk Ayu. Jadi, karena alasan itulah, Pras lebih condong memilih Ayu untuk dijadikan istri keduanya

Ayu memandang Prasetyo yang kini sudah menjadi suaminya! dirinya sama sekali tak bisa menjabarkan kata-kata lagi. Bagi Ayu, tak ada alasan baginya, bisa jatuh cinta pada lelaki gagah itu. Namun, dalam hatinya yang paling dalam, justru Ayu membenci Pras! dia yang menjadi momok dari semua ini! bila saja dia tak minta Ayu untuk jadi istri ke duanya, pasti ini semua tidak akan terjadi! belum juga sembuh dari luka yang diciptakan oleh Bram, kini dirinya sudah bersuami. Hal ini karena Ayu tak bisa menolak karena memandang kebaikan Desi, yang sudah serba menolong saat Ayu dalam keterpurukan ekonomi, juga adanya, perasaan iba sesama wanita.

Ayu menatap wajahnya di cermin, riasan super mahal, yang menyulap dirinya bisa cantik sempurna. Desi menghias, kamar untuk Ayu, penuh hiasan bunga bak kamar pengantin baru. Ah memang untuk pengantin baru. Ayu menelan salivanya serat. Bagaimana bila .... semua tentang segala ketidakmungkinan, melintas dalam pikirannya

Ayu seorang janda, pasti Pras tahu lah, tak mungkin mendapatkan sesuatu yang bersegel.

Bagaimana aku bisa melakukannya? pikir Ayu. Bila didekati Pras saja rasanya ada emosi dalam hati.

Tiba-tiba pintu terbuka, masuklah Desi, dengan sebuah bungkusan.

"Selamat, Yu. eh, maaf kau menunggu lama ya?"

Ayu menggeleng, dirinya terus perhatikan Desi saat menaruh bungkusan itu di ujung ranjang pengantin.

Desi mendekati Ayu, memeluk tubuh Ayu dari belakang. "Terima kasih, ya."

Ayu menunduk, hanya diam, lalu mengembuskan napasnya.

"Aku tahu, ada rasa kecewa dalam batinku, Ayu. tapi, dengan cara seperti inilah, Agar suamiku mendapat keturunan." Ada setetes air mata dari sudut mata Desi.

Ayu segera berdiri, kini kedua wanita itu saling berhadapan.

"Kau, tahu bukan? itulah perasaanku saat ini, tapi lagi-lagi aku tak bisa menolak! karena aku lebih sayang dirimu! bukan suamimu, aku tak pedulikan perasaan dia. yang aku pedulikan adalah perasaan kau saat ini, maafkan aku, Desi." ungkap Ayu lirih.

Dua wanita itu saling mengusap air matanya masing-masing.

"Sebentar lagi, suamimu akan datang, aku di kamar atas, ya, Ada ibu kamu, mau menginap di rumahku katanya."

"ibu?"

"Iya, sekarang ada di kamar tidur utama, jangan salahkan ibumu, "

"Aku merepotkan mu, pasti ibu –"

"Tidak ... ibumu orang yang baik. Aku suka, Aku keluar dulu ya, jangan lupa pakai ganti baju pengantinmu."

Desi memeluk Ayu dan mengecup pipi kiri kanan Ayu. Lalu meninggalkan Ayu dalan kamarnya.

Ayu terdiam, menatap bungkusan di atas ranjang yang tadi Desi berikan, pelan Ayu membukanya. Ternyata sebuah baju tidur berwarna coklat muda, berbahan satin, tanpa lengan. Modelnya cukup simpel tapi .... Ayu tak menyukainya. Dengan menarik nafas panjang , tetap saja baju tidur itu dipakainya. karena tak ada baju ganti selain baju itu, Memang ada dua yang Desi berikan satu bermodel jumpsuit, terlalu seksi untuk Ayu pakai.

Tiba-tiba, pintu di ketuk dari luar, masuklah Mas Pras!

Ayu tak sanggup lagi berkata -kata, walaupun dalam batinnya sendiri.

"Kok, belum ganti baju?"

"Maaf, apa tak ada baju lagi, aku kelupaan bawa baju." kata Ayu terbata.

"Bukankah Desi sudah membelikan untukmu?"

Ayu memperlihatkan baju tersebut, dan menatapnya tak suka.

"Kau tak suka, baiklah aku ambilkan yang lain," Mas Pras hendak berbalik badan, namun segera dicegah Ayu, khawatir Desi akan tersinggung.

"Aku pakai ini saja. maaf kau mau berganti di kamar mandi saja , maaf." Ayu segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, yang memang terletak dalam kamar besar tersebut.

Prasetyo, yang saat ini pun sudah berganti dengan piyama tidurnya. apakah malam ini akan menjadi malam pertama pernikahan kedua mereka?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status