Share

Bab 4. Sah

Penulis: EL Dziken
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-10 17:11:12

Sudah hampir empat bulan berlalu, kini masa iddah Ayu telah usai. Apa yang dijanjikan Pras dan Desi betul-betul dilaksanakan.

Saat ini, Ayu duduk dalam balutan kebaya berwarna putih tulang, dan kembaran dengan Desi.

Di meja kecil, Pras, mengucapkan ijab kabul atas nama Ayu Indira

"Sah ...."

"Sah!!" Para tamu, serentak bertepuk tangan.

Ya Allah, Ayu sudah sah menjadi istri ke dua dari Prasetyo, batin Ayu pelan. Desi menggandeng tangan Ayu untuk mendekati suaminya, lalu menarik tangannya untuk bersalaman dengan Ayu.

Ada sebuah cincin permata berlian yang tersemat di jari Ayu. Itu adalah pertama kalinya Ayu bisa memakai cincin begitu mahalnya. Dulu, Bram mantan suaminya, hanya memberikan sebuah cincin biasa seberat lima gram. Ibu, tampak tersenyum terus, bahagia ya, Bu. mendapat mantu yang kaya raya, Tapi anaknya hanyalah menjadi istri yang kedua. batin Ayu. Seutas senyuman terpaksa Ayu berikan untuk menutupi rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

Malam ini, bukan saja malam bahagia tapi malam awal dari sebuah perjanjian.

Melihat Desi, sahabat juga kakak madunya, nampak berbahagia. Dia tak pedulikan isu santer tentang dirinya. Ada sebagian orang mengatakan Desi adalah wanita yang tegar dan hebat. Mau berbagi suami dengan Ayu, yang notabene, hanyalah seorang janda nestapa tanpa punya penghasilan bahkan dari perceraian, yang kasusnya, Ayu yang tersakiti oleh pengkhianatan mantan suaminya.

Memang, sebelum pernikahan ini, mereka, Desi dan Pras, sering mengajak Ayu pergi, untuk memberi kesempatan Ayu mengenal lebih dekat dengan Pras.

Ayu hampir mirip dengan Desi, dari tinggi badan dan berat badannya. Namun, Ayu lebih terlihat padat dan isel. Golongan darah Ayu dan Desi pun sama, karena Ayu pernah mendonorkan darah untuk Ayu. Jadi, karena alasan itulah, Pras lebih condong memilih Ayu untuk dijadikan istri keduanya

Ayu memandang Prasetyo yang kini sudah menjadi suaminya! dirinya sama sekali tak bisa menjabarkan kata-kata lagi. Bagi Ayu, tak ada alasan baginya, bisa jatuh cinta pada lelaki gagah itu. Namun, dalam hatinya yang paling dalam, justru Ayu membenci Pras! dia yang menjadi momok dari semua ini! bila saja dia tak minta Ayu untuk jadi istri ke duanya, pasti ini semua tidak akan terjadi! belum juga sembuh dari luka yang diciptakan oleh Bram, kini dirinya sudah bersuami. Hal ini karena Ayu tak bisa menolak karena memandang kebaikan Desi, yang sudah serba menolong saat Ayu dalam keterpurukan ekonomi, juga adanya, perasaan iba sesama wanita.

Ayu menatap wajahnya di cermin, riasan super mahal, yang menyulap dirinya bisa cantik sempurna. Desi menghias, kamar untuk Ayu, penuh hiasan bunga bak kamar pengantin baru. Ah memang untuk pengantin baru. Ayu menelan salivanya serat. Bagaimana bila .... semua tentang segala ketidakmungkinan, melintas dalam pikirannya

Ayu seorang janda, pasti Pras tahu lah, tak mungkin mendapatkan sesuatu yang bersegel.

Bagaimana aku bisa melakukannya? pikir Ayu. Bila didekati Pras saja rasanya ada emosi dalam hati.

Tiba-tiba pintu terbuka, masuklah Desi, dengan sebuah bungkusan.

"Selamat, Yu. eh, maaf kau menunggu lama ya?"

Ayu menggeleng, dirinya terus perhatikan Desi saat menaruh bungkusan itu di ujung ranjang pengantin.

Desi mendekati Ayu, memeluk tubuh Ayu dari belakang. "Terima kasih, ya."

Ayu menunduk, hanya diam, lalu mengembuskan napasnya.

"Aku tahu, ada rasa kecewa dalam batinku, Ayu. tapi, dengan cara seperti inilah, Agar suamiku mendapat keturunan." Ada setetes air mata dari sudut mata Desi.

Ayu segera berdiri, kini kedua wanita itu saling berhadapan.

"Kau, tahu bukan? itulah perasaanku saat ini, tapi lagi-lagi aku tak bisa menolak! karena aku lebih sayang dirimu! bukan suamimu, aku tak pedulikan perasaan dia. yang aku pedulikan adalah perasaan kau saat ini, maafkan aku, Desi." ungkap Ayu lirih.

Dua wanita itu saling mengusap air matanya masing-masing.

"Sebentar lagi, suamimu akan datang, aku di kamar atas, ya, Ada ibu kamu, mau menginap di rumahku katanya."

"ibu?"

"Iya, sekarang ada di kamar tidur utama, jangan salahkan ibumu, "

"Aku merepotkan mu, pasti ibu –"

"Tidak ... ibumu orang yang baik. Aku suka, Aku keluar dulu ya, jangan lupa pakai ganti baju pengantinmu."

Desi memeluk Ayu dan mengecup pipi kiri kanan Ayu. Lalu meninggalkan Ayu dalan kamarnya.

Ayu terdiam, menatap bungkusan di atas ranjang yang tadi Desi berikan, pelan Ayu membukanya. Ternyata sebuah baju tidur berwarna coklat muda, berbahan satin, tanpa lengan. Modelnya cukup simpel tapi .... Ayu tak menyukainya. Dengan menarik nafas panjang , tetap saja baju tidur itu dipakainya. karena tak ada baju ganti selain baju itu, Memang ada dua yang Desi berikan satu bermodel jumpsuit, terlalu seksi untuk Ayu pakai.

Tiba-tiba, pintu di ketuk dari luar, masuklah Mas Pras!

Ayu tak sanggup lagi berkata -kata, walaupun dalam batinnya sendiri.

"Kok, belum ganti baju?"

"Maaf, apa tak ada baju lagi, aku kelupaan bawa baju." kata Ayu terbata.

"Bukankah Desi sudah membelikan untukmu?"

Ayu memperlihatkan baju tersebut, dan menatapnya tak suka.

"Kau tak suka, baiklah aku ambilkan yang lain," Mas Pras hendak berbalik badan, namun segera dicegah Ayu, khawatir Desi akan tersinggung.

"Aku pakai ini saja. maaf kau mau berganti di kamar mandi saja , maaf." Ayu segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, yang memang terletak dalam kamar besar tersebut.

Prasetyo, yang saat ini pun sudah berganti dengan piyama tidurnya. apakah malam ini akan menjadi malam pertama pernikahan kedua mereka?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 76. Kemarahan Ayu

    "Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 75. Mami Tertangkap

    Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 74. Perselisihan Pras Dan Budiman

    Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 73. Sebuah Kabar Yang buruk

    Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 72. Penyusup

    Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 71. Budiman Yang Licik

    Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status