Share

Bab 5. Malu

Ayu keluar dari kamar mandi, berjalan pelan dengan baju tidurnya, model terusan, berbelah dada dan ada belahan pada bagian samping yang cukup panjang, hingga pahanya terlihat. Mengapa juga Ayu berjalan pelan? karena dirinya berusaha menutup pahanya agar tidak terlihat. Pras melirik wanita yang sekarang menjadi istri sahnya.

Memang dirinya sejak pertama melihatnya sudah tertarik dengan Ayu.

Parasnya hampir mirip dengan Desi. juga dari postur tubuh juga. Tapi, Ayu berdada lebih penuh.

lelaki bernama Prasetyo itu menelan salivanya. Sudah berapa tahun hasratnya selalu tak terlampiaskan, bahkan untuk membayar kenikmatan pun dirinya tak punya nyali. Hanya diam-diam saja dirinya melampiaskan hasratnya dalam kamar mandi. Hal tersebut disimpannya rapat-rapat. Keranjingan dirinya melihat Vidio porno pun sudah tingkat dewa. Hanya itu satu-satunya kepuasannya. Orang lain tak akan menyangka seorang Prasetyo yang pendiam, ternyata .... sekarang suhu juga.

"Duduklah sini," ucapnya pelan.

Ayu mendekat hati-hati, menuruti duduk di bibir ranjang. Tangannya masih juga menutupi bagian belahan baik di dada dan juga pada pahanya.

Prasetyo tersenyum, lalu melepas kacamata minusnya dan berbaring.

"Tidurlah .... kau pasti cape bukan?"

Ayu masih terdiam, hatinya berdegup kencang. Mengapa pula dirinya menjadi panas dingin seperti ini?

Tiba-tiba, tangan Pras menyentuh pundak Ayu pelan. "Tidurlah, Ayu. Naiklah ke atas ranjang."

"Mas ... Sa –ya .... eh a–ku."

Pras mendehem, dan tertawa pelan. suara dehem yang membuat semua wanita merinding, Memang suara Pras terdengar bak seorang penyiar yang macho.

Tangan berjari lentik dan bersih itu menarik lengan Ayu. ya, kulit tangan Pras sangat halus.

Ayu menundukkan kepalanya, malu.

Padahal ini bukanlah malam menembus keperawanan tapi Kok Ayu deg-degan.

"Apa lampunya mau dimatikan atau di redupkan saja?" tawar Pras pada Ayu.

Ayu sama sekali tak tahu harus jawab apa.

"Tapi, nggak enak ah, nggak seru."

Jantung Ayu makin bergenderang saat dagunya disentuh suaminya.

Hingga saat itu juga, wajah mereka saling berhadapan. Pras mendekat dan mengecup dahi Ayu.

"Tidurlah, kalau belum siap malam ini, kita bisa lakukan lain kali."

"Iya." Akhirnya Ayu bisa bersuara juga.

Ayu kaget saat tubuhnya sudah ditarik ke atas ranjang oleh Pras! kini tubuh Ayu sudah dalam dekapan suaminya. Darah seakan berdesir, saat bibirnya beradu pelan, hanya rabaan sesaat saja, lalu diam.

"Maafkan, bila aku terlalu kasar. sebenarnya, aku pun menginginkannya, wajar bukan?" kini Lelaki itu langsung melumat bibir ranum milik Ayu,

Ayu tak tahu apa harus membalasnya atau? tapi bibir suaminya ini sudah menikmati bibir istrinya sedemikan rupa, tangan Pras sudah bergerilya hingga baju yang Ayu pakai tersingkap. tangan itu sudah berada di dalam baju tidurnya, dan sudah meraih dua gundukan kenyalnya.

Prasetyo begitu beringas dan sangat bernafsu pada Ayu.

Ayu pun ikutan panas juga, hingga ikut menikmati apa yang suaminya lakukan.

***

Dalam sebuah kamar yang tak kalah mewah, Desi terbaring tak bisa tidur.

"Kau akan tahu, Ayu. bagaimana suamiku." maaf kan aku." bisiknya pada dirinya sendiri. Desi berusaha untuk tertidur, sebuah airphone, segera dipasang di telinganya. Dia tak mau mendengar apapun.

Kembali pada Ayu dan Prasetyo. Mungkin, karena hasrat terpendamnya, lelaki bersex appeal tinggi itu terus melakukan aksi meremas dada Ayu, kini mereka sudah tak berpakaian lengkap.

Ayu mendesah di bawah selimut, saat tangan suaminya bermain di area intimnya. Suaminya sungguh pintar dalam memanjakan pasangannya, Hingga Ayu sangat menikmati jari-jari itu,

"Kau sudah siap?" bisik Pras.

Ayu mengangguk, pinggulnya meliuk ke atas, saking nikmatnya.

Pras menghentikan kegiatannya, dan berganti yang lain.

Ayu langsung meliukkan badannya, saat benda itu masuk dalam tubuhnya, benda yang besar dan mantap!

Ayu memandang Pras tak percaya, desahannya kembali hadir, Pras membiarkan suara indah itu mengalun.

"Mas ... ah ...."

Pras terus mengalun pelan, sambil sesekali mencium Ayu. tangan Ayu memeluk leher suaminya, memang lelaki ini betul-betul perkasa. pikir Ayu. Entah berapa kali mereka lakukan hingga menjelang subuh.

Tubuh Ayu lemas, keringat bercucuran, begitu juga suaminya.

"Maafkan aku, sakit?"

Ayu menggeleng lemas. ternyata! aku mendapatkan suami yang super perkasa, pikir Ayu. baru kali ini, dirinya sangat terpuaskan. sungguh malam yang sangat menyenangkan.

"Aku mau mandi, Mas , Gerah." Saat diri hendak duduk, ada rasa nyeri dan Ayu kembali terbaring lagi. ada rasa khawatir bila dirinya juga akan mengalami hal serupa dengan Desi, atas perlakuannya semalam.

Pras langsung mengendong tubuh Ayu, "Aku bantu," ucapnya lembut.

Ayu digendong suaminya hingga masuk ke kamar mandi, dirinya malu tiada tara, karena dalam keadaan bugil.

"Mas! malu!" pekik Ayu menutup dadanya dengan tangannya.

Pras malah tersenyum nakal, dan menyalak an shower, mereka pun mandi bersama.

Pagi ini, rumah tampak sangat sepi, beberapa orang sudah melepas dekor pengantin, karena semalam mereka pulang, jadi pagi baru mereka melanjutkan pekerjaannya.

Ayu berjalan ke arah dapur, hanya ada asisten rumah tangga yang ada , dan dirinya belum mengenal mereka satu-satu.

Ayu memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf Mba, Desi kemana ya? aku tak melihatnya, tadi ketuk pintunya tapi nggak ada jawaban dari dalam."

"Oh, ibu Desi, lagi jalan-jalan pagi bersama ibu Rita."

"Oh iya, Mbak terima kasih."

Jadi Desi jalan pagi bersama ibu? mengapa tak membangunkan aku?

Ayu duduk di meja makan, menikmati secangkir kopi dan beberapa kue basah. yang sudah terhidang.

Mas Pras keluar dari kamarnya, nampak pakaian santai dia kenakan.

Ayu menundukkan kepalanya kerena malu.

Suaminya duduk di sebelahnya.

"Terima kasihnya, aku puas sekali semalam, kau .... cantik."

Ayu mencoba mendongakkan kepalanya dan melihat lelaki ini tersenyum manis dalam wajah segarnya. Memang cukup rupawan tampilannya, tidak memperlihatkan umur dia yang sudah di atas 40 tahun, sedangkan Ayu dan Desi hampir seumuran, 35 tahunan.

Ayu masih mengingat perkasanya suaminya di atas ranjang, hal ini membuatnya bahagia kah? atau? Dirinya merasa bersalah pada Desi sahabatnya. Keadaannya yang lemah, tak bisa menikmati dahsyatnya pasangannya, sedang Mas Pras ....

"Hai, mengapa melamun? apa yang kau pikirkan Ayu?"

"Anu, tadi aku nyari Desi tapi katanya lagi jalan pagi sama ibu ."

"Oh, itu sudah menjadi kebiasaannya, berjalan pagi dan pasti banyak yang di bawa, pulang dari jalan paginya tentunya. padahal semua sudah ada tinggal menikmati. iya kan?"

Ayu menatap Mas Pras, terkesan, tak bisa menghargai hati seorang wanita.

"Kenapa lagi Ayu, kau sedang berpikir aku tak harmonis dengan Desi?"

"Tidak, bukan begitu. aku merasa tak enak hati dengannya.'

"Kau istriku sekarang, kedudukanmu sama dengan Desi, jadi aku sudah berjanji, aku akan bersikap adil."

Ayu masih juga terdiam.

"Jadi apa aku salah, bila memberikan waktu yang menyenangkan pada Desi."

Tak lama, terdengar suara mereka, ibu dan Desi tertawa-tawa, benar saja kata Mas Pras, banyak sekali yang mereka beli.

"Selamat pagi, sayang." sapa Desi pada suaminya dan mencium pipi kiri dan kanannya.

ibu duduk di sampingku, menaruh beberapa kantong kresek di atas meja makan.

"Aih, aku belum mencium madu tersayangku." ucap Desi dan mendekati Ayu lalu melakukan hal yang sama, dan memeluknya erat.

"Aku beli sesuatu untukmu," katanya lagi.

Desi mengeluarkan banyak makanan dari bubur ayam, kue-kue, hingga buah.

Nampak Mas Pras tersenyum pada Ayu.

ibu melihat Ayu, dalam senyum yang terlihat samar.

Ayu merasakan asing di hidupnya sendiri, ataukah Ayu yang belum bisa beradaptasi dengan takdir, pikir Ayu, melihat ibunya yang sosoknya seakan semakin menjauh. Ayu merasakan ada yang berbeda dengan sikap ibunya.

Prasetyo berangkat ke kantor setelah hampir tiga hari dirinya meliburkan diri setelah menikah. Berniat ingin berbulan madu dengan Ayu, tapi nampaknya Ayu lebih memilih diam, tak mau kemana-mana

Hingga, akhirnya, ibu dan Desi malah merencanakan berlibur ke Bali. Sebenarnya Desi sengaja melakukan hal tersebut, agar waktu kebersamaan dengan Ayu dan suaminya lebih banyak.

"Lagian, ibu Ayu belum pernah ke Bali, iya kan Bu?"

Ibu Ayu mengangguk saja saat ditanya Desi di depan Suaminya.

Ayu yang sedang berada di kamar sendirian , mendengar pembicaraan mereka.

Ayu ingin bicara empat mata saja sama ibunya, tapi Desi selalu berada di dekatnya terus.

"Ya itu terserah, kamu , sayang. lakukan apa yang kamu senang," kata Prasetyo pada Desi.

Sepertinya itu adalah kata-kata yang selalu Pras ucapkan pada Desi.

Ayu hanya menghela napasnya saja. Beberapa hari ini, Desi memberikan peluang dua Minggu full adalah miliknya dan Pras.

***

"Bu, aku ingin bicara dengan ibu. "

"Katakan saja, ibu Minggu depan juga pulang, nggak enak rumah ditinggalkan kosong, Nak Desi menyuruh ibu tinggal di sini, untuk menemaninya."

"Jangan Bu, ibu pulang saja. kita bicara di rumah saja, bisa leluasa."

ibu mengangguk, dan berbisik, "Ibu dikasih ATM. katanya udah ada isinya. "

Aku kaget dan memandang ibu. lagi-lagi ada rasa khawatir atas kebaikan Desi pada diriku dan ibu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status