Ayu keluar dari kamar mandi, berjalan pelan dengan baju tidurnya, model terusan, berbelah dada dan ada belahan pada bagian samping yang cukup panjang, hingga pahanya terlihat. Mengapa juga Ayu berjalan pelan? karena dirinya berusaha menutup pahanya agar tidak terlihat. Pras melirik wanita yang sekarang menjadi istri sahnya.
Memang dirinya sejak pertama melihatnya sudah tertarik dengan Ayu.Parasnya hampir mirip dengan Desi. juga dari postur tubuh juga. Tapi, Ayu berdada lebih penuh.lelaki bernama Prasetyo itu menelan salivanya. Sudah berapa tahun hasratnya selalu tak terlampiaskan, bahkan untuk membayar kenikmatan pun dirinya tak punya nyali. Hanya diam-diam saja dirinya melampiaskan hasratnya dalam kamar mandi. Hal tersebut disimpannya rapat-rapat. Keranjingan dirinya melihat Vidio porno pun sudah tingkat dewa. Hanya itu satu-satunya kepuasannya. Orang lain tak akan menyangka seorang Prasetyo yang pendiam, ternyata .... sekarang suhu juga."Duduklah sini," ucapnya pelan.Ayu mendekat hati-hati, menuruti duduk di bibir ranjang. Tangannya masih juga menutupi bagian belahan baik di dada dan juga pada pahanya.Prasetyo tersenyum, lalu melepas kacamata minusnya dan berbaring."Tidurlah .... kau pasti cape bukan?"Ayu masih terdiam, hatinya berdegup kencang. Mengapa pula dirinya menjadi panas dingin seperti ini?Tiba-tiba, tangan Pras menyentuh pundak Ayu pelan. "Tidurlah, Ayu. Naiklah ke atas ranjang.""Mas ... Sa –ya .... eh a–ku."Pras mendehem, dan tertawa pelan. suara dehem yang membuat semua wanita merinding, Memang suara Pras terdengar bak seorang penyiar yang macho.Tangan berjari lentik dan bersih itu menarik lengan Ayu. ya, kulit tangan Pras sangat halus.Ayu menundukkan kepalanya, malu.Padahal ini bukanlah malam menembus keperawanan tapi Kok Ayu deg-degan."Apa lampunya mau dimatikan atau di redupkan saja?" tawar Pras pada Ayu.Ayu sama sekali tak tahu harus jawab apa."Tapi, nggak enak ah, nggak seru."Jantung Ayu makin bergenderang saat dagunya disentuh suaminya.Hingga saat itu juga, wajah mereka saling berhadapan. Pras mendekat dan mengecup dahi Ayu."Tidurlah, kalau belum siap malam ini, kita bisa lakukan lain kali.""Iya." Akhirnya Ayu bisa bersuara juga.Ayu kaget saat tubuhnya sudah ditarik ke atas ranjang oleh Pras! kini tubuh Ayu sudah dalam dekapan suaminya. Darah seakan berdesir, saat bibirnya beradu pelan, hanya rabaan sesaat saja, lalu diam."Maafkan, bila aku terlalu kasar. sebenarnya, aku pun menginginkannya, wajar bukan?" kini Lelaki itu langsung melumat bibir ranum milik Ayu,Ayu tak tahu apa harus membalasnya atau? tapi bibir suaminya ini sudah menikmati bibir istrinya sedemikan rupa, tangan Pras sudah bergerilya hingga baju yang Ayu pakai tersingkap. tangan itu sudah berada di dalam baju tidurnya, dan sudah meraih dua gundukan kenyalnya.Prasetyo begitu beringas dan sangat bernafsu pada Ayu.Ayu pun ikutan panas juga, hingga ikut menikmati apa yang suaminya lakukan.***Dalam sebuah kamar yang tak kalah mewah, Desi terbaring tak bisa tidur."Kau akan tahu, Ayu. bagaimana suamiku." maaf kan aku." bisiknya pada dirinya sendiri. Desi berusaha untuk tertidur, sebuah airphone, segera dipasang di telinganya. Dia tak mau mendengar apapun.Kembali pada Ayu dan Prasetyo. Mungkin, karena hasrat terpendamnya, lelaki bersex appeal tinggi itu terus melakukan aksi meremas dada Ayu, kini mereka sudah tak berpakaian lengkap.Ayu mendesah di bawah selimut, saat tangan suaminya bermain di area intimnya. Suaminya sungguh pintar dalam memanjakan pasangannya, Hingga Ayu sangat menikmati jari-jari itu,"Kau sudah siap?" bisik Pras.Ayu mengangguk, pinggulnya meliuk ke atas, saking nikmatnya.Pras menghentikan kegiatannya, dan berganti yang lain.Ayu langsung meliukkan badannya, saat benda itu masuk dalam tubuhnya, benda yang besar dan mantap!Ayu memandang Pras tak percaya, desahannya kembali hadir, Pras membiarkan suara indah itu mengalun."Mas ... ah ...."Pras terus mengalun pelan, sambil sesekali mencium Ayu. tangan Ayu memeluk leher suaminya, memang lelaki ini betul-betul perkasa. pikir Ayu. Entah berapa kali mereka lakukan hingga menjelang subuh.Tubuh Ayu lemas, keringat bercucuran, begitu juga suaminya."Maafkan aku, sakit?"Ayu menggeleng lemas. ternyata! aku mendapatkan suami yang super perkasa, pikir Ayu. baru kali ini, dirinya sangat terpuaskan. sungguh malam yang sangat menyenangkan."Aku mau mandi, Mas , Gerah." Saat diri hendak duduk, ada rasa nyeri dan Ayu kembali terbaring lagi. ada rasa khawatir bila dirinya juga akan mengalami hal serupa dengan Desi, atas perlakuannya semalam.Pras langsung mengendong tubuh Ayu, "Aku bantu," ucapnya lembut.Ayu digendong suaminya hingga masuk ke kamar mandi, dirinya malu tiada tara, karena dalam keadaan bugil."Mas! malu!" pekik Ayu menutup dadanya dengan tangannya.Pras malah tersenyum nakal, dan menyalak an shower, mereka pun mandi bersama.Pagi ini, rumah tampak sangat sepi, beberapa orang sudah melepas dekor pengantin, karena semalam mereka pulang, jadi pagi baru mereka melanjutkan pekerjaannya.Ayu berjalan ke arah dapur, hanya ada asisten rumah tangga yang ada , dan dirinya belum mengenal mereka satu-satu.Ayu memberanikan diri untuk bertanya."Maaf Mba, Desi kemana ya? aku tak melihatnya, tadi ketuk pintunya tapi nggak ada jawaban dari dalam.""Oh, ibu Desi, lagi jalan-jalan pagi bersama ibu Rita.""Oh iya, Mbak terima kasih."Jadi Desi jalan pagi bersama ibu? mengapa tak membangunkan aku?Ayu duduk di meja makan, menikmati secangkir kopi dan beberapa kue basah. yang sudah terhidang.Mas Pras keluar dari kamarnya, nampak pakaian santai dia kenakan.Ayu menundukkan kepalanya kerena malu.Suaminya duduk di sebelahnya."Terima kasihnya, aku puas sekali semalam, kau .... cantik."Ayu mencoba mendongakkan kepalanya dan melihat lelaki ini tersenyum manis dalam wajah segarnya. Memang cukup rupawan tampilannya, tidak memperlihatkan umur dia yang sudah di atas 40 tahun, sedangkan Ayu dan Desi hampir seumuran, 35 tahunan.Ayu masih mengingat perkasanya suaminya di atas ranjang, hal ini membuatnya bahagia kah? atau? Dirinya merasa bersalah pada Desi sahabatnya. Keadaannya yang lemah, tak bisa menikmati dahsyatnya pasangannya, sedang Mas Pras ...."Hai, mengapa melamun? apa yang kau pikirkan Ayu?""Anu, tadi aku nyari Desi tapi katanya lagi jalan pagi sama ibu .""Oh, itu sudah menjadi kebiasaannya, berjalan pagi dan pasti banyak yang di bawa, pulang dari jalan paginya tentunya. padahal semua sudah ada tinggal menikmati. iya kan?"Ayu menatap Mas Pras, terkesan, tak bisa menghargai hati seorang wanita."Kenapa lagi Ayu, kau sedang berpikir aku tak harmonis dengan Desi?""Tidak, bukan begitu. aku merasa tak enak hati dengannya.'"Kau istriku sekarang, kedudukanmu sama dengan Desi, jadi aku sudah berjanji, aku akan bersikap adil."Ayu masih juga terdiam."Jadi apa aku salah, bila memberikan waktu yang menyenangkan pada Desi."Tak lama, terdengar suara mereka, ibu dan Desi tertawa-tawa, benar saja kata Mas Pras, banyak sekali yang mereka beli."Selamat pagi, sayang." sapa Desi pada suaminya dan mencium pipi kiri dan kanannya.ibu duduk di sampingku, menaruh beberapa kantong kresek di atas meja makan."Aih, aku belum mencium madu tersayangku." ucap Desi dan mendekati Ayu lalu melakukan hal yang sama, dan memeluknya erat."Aku beli sesuatu untukmu," katanya lagi.Desi mengeluarkan banyak makanan dari bubur ayam, kue-kue, hingga buah.Nampak Mas Pras tersenyum pada Ayu.ibu melihat Ayu, dalam senyum yang terlihat samar.Ayu merasakan asing di hidupnya sendiri, ataukah Ayu yang belum bisa beradaptasi dengan takdir, pikir Ayu, melihat ibunya yang sosoknya seakan semakin menjauh. Ayu merasakan ada yang berbeda dengan sikap ibunya.Prasetyo berangkat ke kantor setelah hampir tiga hari dirinya meliburkan diri setelah menikah. Berniat ingin berbulan madu dengan Ayu, tapi nampaknya Ayu lebih memilih diam, tak mau kemana-manaHingga, akhirnya, ibu dan Desi malah merencanakan berlibur ke Bali. Sebenarnya Desi sengaja melakukan hal tersebut, agar waktu kebersamaan dengan Ayu dan suaminya lebih banyak."Lagian, ibu Ayu belum pernah ke Bali, iya kan Bu?"Ibu Ayu mengangguk saja saat ditanya Desi di depan Suaminya.Ayu yang sedang berada di kamar sendirian , mendengar pembicaraan mereka.Ayu ingin bicara empat mata saja sama ibunya, tapi Desi selalu berada di dekatnya terus."Ya itu terserah, kamu , sayang. lakukan apa yang kamu senang," kata Prasetyo pada Desi.Sepertinya itu adalah kata-kata yang selalu Pras ucapkan pada Desi.Ayu hanya menghela napasnya saja. Beberapa hari ini, Desi memberikan peluang dua Minggu full adalah miliknya dan Pras.***"Bu, aku ingin bicara dengan ibu. ""Katakan saja, ibu Minggu depan juga pulang, nggak enak rumah ditinggalkan kosong, Nak Desi menyuruh ibu tinggal di sini, untuk menemaninya.""Jangan Bu, ibu pulang saja. kita bicara di rumah saja, bisa leluasa."ibu mengangguk, dan berbisik, "Ibu dikasih ATM. katanya udah ada isinya. "Aku kaget dan memandang ibu. lagi-lagi ada rasa khawatir atas kebaikan Desi pada diriku dan ibu."Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo
Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me
Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny
Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A
Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r
Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep