Prasetyo berangkat ke kantor setelah hampir tiga hari dirinya meliburkan diri setelah menikah. Berniat ingin berbulan madu dengan Ayu, tapi nampaknya Ayu lebih memilih berdiam, tak mau kemana-mana
Hingga, akhirnya, ibu dan Desi malah merencanakan berliburan ke Bali. Sebenarnya Desi sengaja melakukan hal tersebut, agar waktu kebersamaan dengan Ayu dan suaminya lebih banyak."Lagian, ibu Ayu belum pernah ke Bali, iya kan Bu?"Ibu Ayu mengangguk saja saat ditanya Desi di depan Suaminya.Ayu yang sedang berada di kamar sendirian , mendengar pembicaraan mereka.Ayu ingin bicara empat mata saja sama ibunya, tapi Desi selalu berada di dekatnya terus. hal ini membuat dirinya semakin sewot pada keadaan."Ya itu terserah, kamu , sayang. lakukan apa yang kamu senang," kata Prasetyo pada Desi.Sepertinya itu adalah kata-kata yang selalu Pras ucapkan pada Desi.Ayu hanya menghela napasnya saja. Beberapa hari ini, Desi memberikan peluang dua Minggu full adalah miliknya dan Pras, Namun, Ayu masih merasa risi bila terus-terusan berduaan dengan Pras.***"Bu, aku ingin bicara dengan ibu," lirih Ayu bicara pada ibunya."Katakan saja, ibu Minggu depan juga pulang, nggak enak rumah ditinggalkan kosong, Nak Desi menyuruh ibu tinggal di sini, untuk menemaninya.""Jangan Bu, ibu pulang saja. kita bicara di rumah saja, bisa leluasa."ibu mengangguk, dan berbisik, "Ibu dikasih ATM. katanya udah ada isinya. "Aku kaget dan memandang ibu. lagi-lagi ada rasa khawatir atas kebaikan Desi pada diriku dan ibu.Ayu bergegas pergi meninggalkan ibunya yang saat ini sedang berada di dapur, dirinya sedang mengajari salah satu asisten rumah tangga Desi membuat kue serabi.Ayu duduk di kamarnya, saat ini hatinya merasa sangat tertutup. Walaupun semua fasilitas terpenuhi, tapi hatinya merasa terpenjara oleh keadaannya sendiri.Tak lama, pintu kamarnya di ketuk seseorang."Ayu, bolehkah aku masuk?" Itu suara Desi.segera Ayu menjawabnya."Silakan, Des, pintunya nggak aku kunci, kok." Ayu pun bangkit dan membuka pintunya pelan."Boleh aku masuk?""Tentu saja, boleh," jawab ayu sambil tersenyum manis pada Desi.Desi membalas senyum itu, dan masuk ke kamar Ayu, lalu menutupnya kembali.Desi duduk di sebuah kursi sofa yang ada di sudut kamar."Kenapa nggak mau bulan madu? enak loh, toh fasilitas susah aku berikan?" tanya Desi tiba-tiba.Ayu langsung menundukkan wajahnya."Aku, rasanya tak pantas aku menikmati bulan madu itu, Desi.""Kenapa? kau pengantin baru, Ayu . sudah aku bilang kan? aku memilihmu bukan untuk bersedih seperti ini. bahkan aku belum mengucapkan banyak terima kasih padamu, Mas Pras merasa puas denganmu. bagaimana denganmu? aku belum bertanya padamu?""Kamu ini aneh, Desi. aku merasa malu ...."Desi mendekati Ayu dan memeluknya., "aku tahu, aku pun sakit hati , saat suamiku bilang puas saat berhubungan badan denganmu. sakit sekali hati ini. tapi ini lah kenyataanku, ini sudah menjadi takdirku."Ada air mata menetes dari mata Desi.Ayu segera menghapus air mata itu."Aku bilang apa? kamu nggak percaya sih. malah memilih madu untuk suamimu, kamu itu bodoh Des," ucap Ayu sewot, pada sahabatnya kini mereka menangis bersama. Desi tersenyum atas perlakuan Ayu terhadapnya."Tapi, aku ikhlas sangat ikhlas, suamiku bahagia. aku lebih sakit bila dia mencari bahagia dengan orang yang tidak aku kebal."Ayu menatap sahabatnya lagi, "Hatiku saja sakit saat suamiku bermain belakangku, apalagi kau Des, sudah aku bilang kan? terus kalau sudah begini, gimana??!!" Ayu sudah terisak melebihi tangisan Desi.Desi memeluk Ayu erat, "Sudah aku bilang, aku ikhlas sangat ikhlas, aku bahagia bila melihat suamiku bahagia. dan kau memberikan kebahagian itu. percayalah, semua akan baik-baik saja.""Des, kau ini ....""Sekarang kau adikku, panggil aku kakak."pinta Desi dan menghapus air mata Ayu."Aku akan mengajak ibumu berlibur juga, beliau ibuku juga kan? kau tahu bukan aku rindu dengan mamaku."Tiba-tiba, Ayu langsung melepaskan pelukan Desi."Kau tak bilang pada mamamu kan?""Kenapa?""kenapa katamu? bagaimana kau akan menjelaskan pada keluargamu.""Mereka sudah tahu, Ayu. tenang saja. memang aku bodoh seperti yang kau katakan? aku sudah ijin juga ke mama aku.""Dan mamamu?""Setuju lah.""Karena kau memaksanya kan?"Desi tersenyum, "Tentu saja aku dan suamiku minta ijin pada mama, cuma mama yang belum kenal denganmu. aku harap kau pun akan cepat akrab seperti aku dan ibumu, iya kan?"Degh! Ya Allah. mengapa jadi seperti ini, apa mungkin sekarang mama dari Seorang Desi akan tenang saja melihat rumah tangganya anaknya, ada wanita ke tiga?lagi-lagi aku bukan pelakor, Desi yang memintaku untuk menjadi madunya, pikir Ayu terdiam melihat Desi yang masih tersenyum melihatnya."Kau, betul-betul konyol, Des. aku tak tahu bagaimana bila mamamu pulang dan mendapati rumah tangga anaknya ternyata ...." Ayu tak meneruskan kata-katanya."Makanya aku biarkan dirimu terus bersama suamiku, berilah aku seorang anak Ayu. aku a-ku akan bayar mahal untuk itu."Ayu tersentak pada suatu kenyataan pahit yang kini benar-benar terjadi pada dirinya.Dipandangnya wajah sahabatnya lekat-lekat.Tangan Desi meraba perut Ayu,"Aku bukanlah, wanita yang seperti pada umumnya, melayani suami saja aku tak mampu, apalagi mendapat seorang anak, Aku sangat mengharapkan ini, cepatlah hamil," ucap Desi masih juga mengelus perut Ayu."Kau salah pilih jalur, Des. seharusnya kau adopsi anak saja, yang masih bayi."Desi menggeleng dengan cepat, "Suamiku ingin mempunyai anak yang benar-benar dari benihnya sendiri. maafkan aku." Kini Desi terisak lagi.Rencana Desi betul-betul dilakukan, Ayu kini ada bersama mereka yang mengantarkan ke bandara untuk mereka terbang berlibur ke Bali bersama ibu."Sepenuhnya, aku serahkan tugasku padamu, mau kau apakan suamiku terserah, toh, dia suamimu juga, Dhek."Desi berkata dengan panggilan baru untuk Ayu."Wah, bila kau panggil Ayu dengan Dhek, aku serasa bos minyak yang beristri lima." timpal Pras dengan tertawa."Kau mau madu lagi? tetap aku yang pilih, tapi jangan harap aku mau memberikan maduku lagi, ya. cukup Ayu saja. itupun sudah yang paling terbaik, iya kan Dhek?"Desi melirik nakal pada suaminya yang sedang menyetir.ibu hanya tersenyum, dan menimpali jawaban Desi, "Yang penting, kalian rukun, nggak ada perselisihan.""Nah, itu baru benar." Pras tertawa renyah, "Pastinya Bu, aku akan berbuat adil untuk dua pendampingku ini, Bu. percayalah." tambah Pras.Semua tertawa dalam bahagia. Tak lama, setelah cukup menunggu hampir satu jam, akhirnya pemberangkatan Desi dan ibu Ayu tiba. Saling p
Lagi-lagi, Ayu merasakan cintanya pada suaminya tumbuh dengan pesat. Karena Pras selalu pesona.. Semua tingkah laku dan bicaranya membuat Ayu terbang ke langit cinta."Kau ini, Mas. Rayuanmu, bikin klepek-klepek." ucap Ayu saat Pras membacakan puisi untuknya."Apa iya, sayang? apa kau mau yang lainnya?""Yang lainnya apanya?""Yang bikin klepek-kelpek.""Emang apaan, sih?" Ayu mengernyitkan dahinya bingung. Pras mendekat pelan, lalu menggendong istrinya masuk dalam kamar mandi hotel. Mencium bibir istrinya dengan membabi-buta, Ayu hanya tertawa saja, sengaja, Pras berdiri di bawah shower, dan langsung menyalakan shower tersebut. Tentu saja Ayu terpekik kaget merasakan air dingin dari shawer tersebut. Suaminya malah tertawa dan lanjut mengecup bibir istrinya cukup lama di bawah guyuran air.Tangan itu, sudah melepas semua pakaian Ayu. Terlihatlah dua gundukan kenyal terlihat bebas, Ayu merasa malu sendiri, bagaimanapun, baru kali ini dirinya berada dalam kamar mandi bersama suaminya. S
"Lihat Ayu, aku belikan banyak oleh-oleh untukmu." Desi menunjukan semua oleh-oleh yang sudah dia beli dari berliburnya.Sungguh royal sekali wanita ini, pikir Ayu, ah biarin kan uangnya sendiri. pikirnya santai.Sambil tersenyum Ayu mendekati Desi yang sedang melipat beberapa baju khas dari Bali."Kita samaan," serubya senang, seraya melilitkan kain khas Bali pada pinggangnya yang ramping. "lihat cantik kan?" tanyanya sambil berlenggok.Tentu saja kau cantik Desi, pikir Ayu. Siapa yang tak akan jatuh cinta padamu, wajah yang kebule-bulean, bertubuh sintal, dengan kulit yang putih bersih. tapi sayang .... tak bisa main di ranjang, batin Ayu. ups!"Mengapa kau diam saja, Ayu. Ayo kau pilih yang mana?""Hem, yang mana ya? semuanya bagus Des, seleramu memang nggak pernah jelek." puji Ayu."Iya, dong," timpalnya sambil tersenyum."Aku nggak dapat jatah oleh-oleh nih?" tiba-tiba, Pras masuk dan sudah selesai dengan bawaan yang terakhir."Adalah, pasti ada dong. masa untukmu nggak aku belik
Masalah bunga pun kelar, Mbok Nah bisa menjaga rahasia. Bunga kesayangan Desi, yang hilang tak terungkap kalau Ayu yang memetiknya."Aku tuh nggak suka kalau tanamanku ada yang menganggu!" ancaman keras dari Desi, entah ditujukan pada siapa. Moga saja Desi tak tahu hal yang sebenarnya.Nampak sebuah mobil masuk area parkiran, pagar besi yang memang otomatis, dan mobil Pras masuk pelan ke halaman yang luas. Ayu hanya bisa berdiri, di sisi salah satu jendela depan, karena Desi sudah berdiri diambang pintu utama, untuk menyambut kedatangan suaminya.Kali ini, Desi sama sekali tak memperhatikannya, mungkin Desi masih kesal dengan Ayu."Sayang ...." panggil Desi pada suaminya dengan manja dan menyambutnya dengan pelukan hangat.Ayu memandang mereka dalam tatapan hampa."Mana Ayu?""Tuh, Ayu. " Tunjuk Desi pada Ayu yang tersenyum di sisi ruang tamu."Syukur deh, semua baik-baik saja. masak apa hari ini, aku kok lapar banget ya."Ayu hendak menjawab pertanyaan Pras, tapi urung dilakukan, ka
Desi tak menyadari wajah Ayu langsung berubah. Saat bertatapan lagi dengan Desi, senyum Ayu langsung sumringah."Aku khawatir padamu Des, maafkan aku. Mas Pras semalam tidur di kam-" "Tak apa, Ayu. Aku mengerti kok, aku juga terlalu lama bertelepon dengan Mami. Oh ya, Minggu depan Mami mau pulang loh ke indo." seru Desi dengan girang."Oh ya? Seneng dong," jawab Ayu antusias. Terlihat wajah Prasetyo mulai berbeda, "Aku berangkat kerja jam 7 pagi, lebih awal. Karena ada laporan yang belum komplit aku selesaikan." tuturnya.Ayu menengok dan meminta persetujuan pada Desi untuk mengantarkan Pras untuk berangkat kerja. Desi mengangguk, karena dirinya pun belum selesai berpakaian rapi."Antar dulu Mas Pras, nanti kalau sudah selesai, ku tunggu kau di kamarku, Ayu." Pesan Desi pada Ayu."Oke, " Ayu gunakan kesempatan itu untuk sedikit berbincang pada suaminya."Aku pulang Mas, kalau maminya Desi sudah di rumah," pinta Ayu, saat suaminya akan masuk ke dalam mobil."Nanti kita pikirkan lagi,
"Mbok Nahhh, sini bentar dong!" Panggil Desi, sementara dirinya sudah berada di lantai dua. "Iya, Bu ... " Mbok Nah menjawab dan berjalan menaiki tangga."Mbok, kamar yang di sini sudah di bersihkan?""Sudah Bu.""Hem, nanti mami pulang, kan kamar mami di pakai Ayu tuh, nanti biar Mami yang di kamar atas saja.""Tapi, Bu. Ndoro besar pasti nggak mau di kamar atas.""Kata siapa? Ini juga dulu kamar Mami, waktu ada Papi kan?""Makanya itu Bu, itu kan dulu. Sekarang nggak ada ndoro Kakung.""Iya sih, terus gimana dong?""Mbak Ayu yang di kamar atas. Gimana Bu?""Aku tuh, nggak enak ngomongnya, Mbok Nah aja yang bilang ke Ayu gimana?""Jangan ah, Bu.""Hem, tapi. Kalau Ayu kamarnya di atas, pasti suamiku nggak turun-turun, ikutan ngerem juga di kamarnya."Mbok Nah tertawa ngakak."Lagian, Bu Desi kasih ijin juga sama Pak Pras buat nikah lagi.""Ah, sudahlah Mbok, kalau nggak diturutin, aku juga yang repot." Desi menuruni tangga sambil bergandengan dengan Mbok Nah, yang sudah puluhan tahu
Ayu kepalang basah sudah masuk ke dalam kamar mandi, akhirnya mandi besar sekalian.Pikirannya nggak bisa tenang, Maminya Desi akan pulang. Bingung dirinya harus bersikap bagaimana. Jujur dirinya ingin tak menemui ibu mertua suaminya itu. Tapi, posisi Ayu adalah istri kedua dari Prasetyo, dan yang membawa dirinya dalam situasi ini adalah Desi.Ah, ingin rasanya teriak yang paling keras. Batin Ayu. Guyuran air dingin ini sama sekali tak membuatnya merasa segar. Bergegas Ayu membereskan semua kamar, yang sedari tadi berantakan. Pergumulan yang tidak tuntas, itu tak menyisakan apapun di ranjangnya.Ayu segera keluar dari kamar, dan menuju dapur, mendekati Mbok Nah."Mbok, Mami Desi apa galak?""Kok, Mbak Ayu nanya gitu?""Saya, takut, khawatir juga keberadaan saya tak menyamankan bagi Mami." "Mami baik kok, cuma, persis kaya Mba Desi, apa-apa harus dituruti."Ayu terdiam, memperhatikan apa yang dilakukan Mbok Nah dan Yanti."Kalian, sedang apa?""Menyiapkan kesukaan Mami, kue cucur."Ay
Ayu masih juga marah pada suaminya, tapi mau apa lagi? memang harus begini jadinya. Seperti biasa, Ayu tak mau berkumpul dalam kebersamaan mereka, dengan alasan cape karena seharian beraktifitas, Ayu tidur lebih awal.Dirinya tak pedulikan lagi, kalau malam ini Pras tidur di kamar Desi. toh, nyatanya memang itu sudah jatahnya.Namun, kegelisahan ada pada Prasetyo. sudah hampir pukul tiga pagi, matanya masih saja belum terpejam. Sedangkan Desi sudah terlelap nyenyak sekali. Melihat istrinya tertidur lelap, Pras pelan-pelan turun dari ranjangnya. Selama menikah dengan Desi, dan dia tak bisa memenuhi libidonya, Pras hanya menganggap sebagai adiknya saja. Bahkan Pras sama sekali tak ada rasa cinta pada Desi. Berbeda pada Ayu, justru padanya lah kini cinta dan kasih sayangnya berlabuh. Bagai sepasang anak muda bercinta, mereka tak bisa di pisahkan.Naluri ingin bercinta dengan Ayu sudah mencapai puncaknya. Lelaki itu, sudah menaiki tangga dengan hati-hati, dan masuk ke kamar Ayu.Mereka p