Share

Apa Yang Harus Aku Lakukan?

Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Semoga suka, selamat membaca🤎

🌼🌼🌼

Salsha pergi meninggalkan Kayla begitu saja. Tanpa mengatakan banyak kalimat panjang dan hanya menunjukan air mata yang jatuh sesaat sebelum ia benar-benar pergi.

Membuat tubuh Kayla diam tak berkutik. Sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukanya.

Akhirnya, ia memilih untuk bersender pada tembok kosong bersebelahan dengan tempatnya yang tak jauh dari apple store.

Melihat Kayla yang terlihat frutasi membuat Wafa penuh iba. Ia pun menghampiri gadis yang akan ia nikahkan itu untuk menenangkan atas situasi yang sebenarnya juga tidak ia mengerti.

"Sepertinya kamu sedang tidak baik-baik saja, mau cerita?" Tanya Wafa sopan. Ia ikut jongkok mengikuti posisi Kayla.

Kayla tak merespon. Gadis itu menatap kosong ke arah lantai.

"Maaf sebelumnya kalau aku lancang tiba-tiba memintamu untuk bercerita padahal kita belum terlalu mengenal." Sambung Wafa.

Kayla masih pada posisi yang sama. Menatap kosong dan bingung harus bagaimana.

Belum sempat masalahnya dengan Garin membaik, kini harus dihadapkan lagi dengan keadaan bahwa lelaki yang akan dijodohkannya merupakan pria incaran sahabatnya.

Apalagi Salsha sudah begitu baik padanya.

Memikirkannya membuat Kayla menjadi frustasi. Namun, hanya tatapan kosong yang bisa ia tunjukan.

Wafa yang merasa sedih melihat kondisi Kayla membuatnya memutar otak. Tanpa basa-basi, lelaki itu segera berdiri dan berjalan ke arah tempat yang muncul di isi kepalanya.

Dengan sedikit berlari ia berjalan ke arah tempat makan lalu setelahnya membawa es krim rasa vanila digenggamanya.

Kalau ia tidak keliru, Wafa pernah melihat Kayla memborong banyak es krim rasa vanila saat semasa Kayla SMA.

Sepertinya gadis itu sangat menyukainya.

"Ini untukmu, es krim rasa vanila. Kamu suka kan?" Ujar Wafa sambil memberikan es krim rasa vanila pada Kayla.

Entah, dengan perhatian Wafa membuat Kayla makin merasa bersalah.

"Kak, kenapa harus Kakak?" Akhirnya Kayla bersuara.

Alis Wafa berkerut. "Maksudnya?"

Kayla menggeleng. Ia juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. "Makasih Kak." Hanya dengan menerima es krim jawaban yang bisa Kayla katakan saat ini.

"Mau berbicara di tempat makan ngga? Kasian kamu harus jongkok seperti itu. Biar kita juga nyaman membahasnya." Usul Wafa.

Kayla mendongak. Ia menatap Wafa sekilas lalu beralih lagi. Terbesit sebuah pemikiran dalam benaknya.

Pantas saja sahabatnya itu tergila-gila pada Wafa, ternyata laki-laki itu memang menganggumkan.

Akan tetapi, rasa kagum Kayla hilang begitu saja ketika trauma itu kembali muncul.

Trauma akan lelaki yang begitu mendalam.

Tiba-tiba dadanya berdetak kencang. "Aku ngga mau!" teriak Kayla spontan.

Ia mendadak tak bisa mengendalikan dirinya. Jemarinya bergetar tanpa diminta, Kayla sangat ketakutan.

Spontan, Wafa menyentuh lengan Kayla untuk menenangkan yang membuat Kayla justru bergejolak.

Bahkan makin diperparah saat mata Kayla menangkap banyaknya orang yang lewat melihat ke arah mereka.

Traumanya mengingatkan pada peristiwa dimana setelah ia mengetahui bahwa Garin menjadikannya seorang selingkuhan selama 5 tahun.

Semua orang yang tidak menyukainya mendadak melabraknya dan disaksikan oleh banyak orang.

Mereka makin mengejek Kayla yang ternyata selama ini adalah seorang selingkuhan dan menyebut bahwa Kayla mendapat karma.

Lalu, bak pahlawan Garin datang pada situasi tersebut untuk membela Kayla.

Semua itu, kejadian yang terlihat mirip dengan saat ini.

Salsha yang bersikap tidak suka padanya, lalu ditolong oleh Wafa, dan disaksikan oleh banyak orang.

"Aaaaaaaa!" Kayla teriak histeris.

Wafa terlihat panik. Segera ia mengambil es krim dari genggaman Kayla agar es krim itu tidak jatuh ke bajunya yang mungkin saja akan membuatnya merasa malu.

"Kayla, tenang. Ada apa?" tanya Wafa hati-hati.

"Tolong menjauh dariku, aku ngga mau...!" teriak Kayla dengan perkataan yang tak Wafa mengerti.

Kejadian itu membuat beberapa petugas dari toko yang ada di dekat mereka memilih untuk mendatangi.

"Ada apa Mas? Kenapa Mbaknya?" tanya petugas dari toko merk tas ternama.

"Ini air putih Mas, biar Mbaknya tenang." Seorang petugas perempuan dari toko merk baju memberikan sebotol air mineral.

"Ke tempat kami saja yuk, ada ruang istirahat yang bisa dipakai Mbaknya." Seorang petugas apple store menawarkan.

"Hanya ada suatu masalah saja Mas," Balas Wafa seadanya. "Makasih ya Mba buat minumannya. Buat tempatnya boleh deh kita pakai dulu buat istrihat." Ujar Wafa kemudian.

Tanpa penolakan, Kayla berdiri dan berjalan ke dalam ruang khusus pegawai apple store.

Para petugas juga langsung keluar sesaat Wafa, petugas apple store, dan Kayla ada di dalam ruangan.

Tapi sebelum itu Wafa meminta agar petugas lainnya tidak membicarakan hal ini lebih lanjut.

Untuk menutup mulut dan sebagai bentuk terima kasihnya atas perhatian dan keinginan untuk menjaga privasi, Wafa memberikan sejumlah uang.

"Saya ikut permisi dulu ya Kak Wafa."

"Jangan Mbak, kalau boleh Mbak disini saja." Pinta Wafa, ia takut Kayla akan merasa cemas jika hanya berdua saja.

"Tapi ngga papa? Secara Kak Wafa kan artis yang biasanya sangat memperhatikan privasi ngga seperti kita yang orang lain juga ngga mau tahu urusan kita." Ujar Rahma, nama petugas Apple Store itu dengan ramah.

Wafa tertawa kecil. "Semua orang pantas untuk dijaga rahasianya Mbak."

"Aduh Kak, pantesan Adek saya nge-fans soalnya Kakaknya udah cakep terus baik lagi! Mana pinter juga kan, kalo ngga salah Kakaknya itu SMA nya di Amerika eh apa Inggris si?"

"Di Inggris Mbak, itu bukan SMA tapi pertukaran pelajar. Saya SMA nya tetap di Indonesia kok." Koreksi Wafa sopan.

"Duh, Kakaknya kenapa sedih padahal ada Mas-mas ganteng nan baik hati disebelahnya." Puji Rahma lagi.

Kayla yang masih belum membaik mencoba untuk tersenyum untuk menghargai. "Makasih Mbak buat tempatnya, maaf merepotkan."

"Ngga-ngga, mana ada ngerepotin! Justru saya seneng bisa ketemu dan ngobrol sama Kak Wafa. Eh bonusnya ketemu Kakak yang cantik ini."

Kayla tersenyum kembali. "Mbaknya juga cantik kok, Masya Allah."

Rahma tersipu malu, ia mengibas tangannya asal. "Ah si Kakaknya bisa aja, jadi malu saya dibilang cantik sama orang yang cantik."

"Masya Allah, alhamdulillah dibilang cantik." Balas Kayla lagi. "Mbak gantian duduk sama saya, masa berdiri terus kayak gitu."

"Eh harusnya aku yang berdiri." Spontan Wafa berdiri.

Melihatnya membuat Rahma makin tersipu malu. "Aduh ini dunia ngga adil ya. Udah cakep terus baik pula!"

"Masya Allah, aamiin." Balas Kayla dan Wafa serentak.

"Pasangan goals!" Ujar Rahma heboh. "Duh, Adek saya mimpinya ketinggian suka sama Kak Wafa. Ngga bisa bersaing ini mah sama Kakaknya."

Mendadak, Kayla kembali pusing hebat. Semakin mendengar kalimat semacam itu semakin membuat batin Kayla bergejolak.

Wafa yang sadar segera mengalihkan. "Oh iya Mbak, produk Apple yang akan keluar bulan Desember itu Iphone 12 katanya ya?"

"Iya Kak, nantikan ya. Jangan lupa beli juga ya hehe."

"Lho Rahma kamu ada disini daritadi? Saya cari-cari kamu." Tiba-tiba seorang petugas lainnya datang mengalihkan pembicaraan.

Terlihat sikapnya menunjukan kekecewaan.

Spontan, Wafa segera berdiri dan segera menjelaskan. Ia merasa perlu bertanggung jawab.

"Maaf Pak, sebelumnya. Perkenalkan saya Wafa, kebetulan teman saya sakit dan perlu tempat untuk istirahat, kebetulan saya baru saja membeli produk dari sini dan saat kejadian Mbaknya melihat dan membantu teman saya untuk istirahat sejenak."

"Iya, maaf Pak belum sempat bilang ke Bapak. Karena tadi kejadiannya cepat juga terus saya sudah izin ke Rio untuk handle pekerjaan."

Terlihat petugas itu menerima penjelasan dari Rahma dan Wafa, ia mengangguk paham.

"Baik kalau gitu, mohon maaf Kak atas ketidaknyamannya karena tiba-tiba saya datang dan berbicara seperti itu. Baiklah, silahkan dilanjutkan dan kalau sudah selesai langsung kembali ke tempat."

"Baik Pak, terima kasih." Rahma terlihat lega.

"Terima kasih juga Pak sudah memberikan tempat pada kami." Timpal Wafa yang juga diiyakan oleh Kayla.

"Sama-sama, permisi."

"Silahkan Pak." Balas Wafa.

Setelah petugas itu pergi, tubuh Rahma mendadak lemas. Ia bisa tenang sekarang. "Aduh Kak, makasih sudah mau membantu menjelaskan. Memang tempat petugas tidak bisa sembarangan orang masuk."

"Iya ngga papa kok Mbak, saya mengerti." Jawab Kayla mewakili Wafa.

"Duh Mbaknya lemes banget, pusing ya?" Tanya Rahma yang melihat ekspresi dan bibir Kayla yang pucat.

Kayla mengangguk pelan. Ia menyerah, sudah tidak bisa lagi menolak rasa pusingnya yang belum kunjung usai.

"Sebentar ya saya carikan obat dulu" Spotan, Rahma segera pergi mengambil obat. Ia meninggalkan Kayla dan Wafa.

Selepas Rahma pergi, situasi mendadak hening.

Hanya terdengar suara riuh orang dari balik ruangan.

"Hm, es krim punyamu aku kasih ke petugas tadi. Takut cair, nanti kita beli lagi ya?" Wafa mengawali pembicaraan lagi.

Kayla menoleh. Ada perasaan takut dan ingin tertawa bercampur jadi satu.

Bisa-bisanya lelaki itu masih membahas es krim rasa vanila.

"Ngga papa, aku juga ngga terlalu suka es krim vanila." balas Kayla seadanya.

"Heh?" Wafa kikuk sendiri.

Ternyata dugaanya salah selama ini.

"Tapi makasih ya." Kayla tersenyum kecil.

"Yaudah kalau gitu kamu mau apa? Es krim rasa green tea?" Tawar Wafa.

"Boleh," Kayla mengangguk setuju. "Oh iya boleh minta satu hal?"

"Boleh kok, apa?"

"Sebelumnya, aku merasa tidak nyaman jika hanya berdua. Maaf, mungkin aneh bagi Kakak.."

Wafa segera menangkap yang Kayla hendak sampaikan. Sebelum bertemu, Wafa sudah mencari tahu lumayan banyak tentang Kayla dari Bunda dan kedua Kakaknya.

Ia juga tahu bahwa Kayla meminum obat kadaluwarsa sampai koma selama satu minggu. Masalah dengan Garin juga telah diketahui oleh Wafa.

Mengetahuinya, Wafa semakin yakin untuk menjaga wanita yang akan dinikahinya kelak.

Di sisi lain, ia juga ingin mulai melupakan masa lalunya dengan wanita yang telah mengisi hatinya dalam waktu yang tak sebentar.

"Ngga papa kalau kamu sulit untuk mengatakannya. Nanti, kamu bisa minta tolong Kakakmu atau Kakak dan Adekku setiap kita mau jalan. Kalau mereka tidak bisa menemani, bisa dibatalkan kok." Wafa bisa memakluminya.

"Beneran tidak apa-apa?" Tanya Kayla lagi memastikan.

Wafa menangguk, ia menatap teduh. "Aku tidak ingin kamu merasa tidak nyaman. Jadi, apapun yang kamu risaukan bisa kamu sampaikan."

"Tapi tetap dahulukan Allah. Intinya, jangan disimpan sendirian ya? Kasihan dirimu, kamu pantas untuk bahagia, Kayla."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status