Share

Bag 05. Keributan di Cafe.

»»»»

   Bolos adalah hal biasa bagi Cia. Tetapi, pagi ini, setelah perkelahiannya dengan cowok bernama Yejun, Cia malas keluar. Mood untuk membolosnya jadi berkurang, alhasil, Cia memilih untuk tidur di kelas, dengan membaringkan kepalanya di atas meja.

   Saat guru datang, Cia masih terlelap dalam tidurnya, hingga sang guru yang baru saja masuk segera mendekati Cia. Guru itu menggeleng pelan, lalu memukul pelan kepala Cia dengan buku paket di tangannya.

"Kamu ke sekolah niat belajar apa niat tidur!" Tegur sang guru. Cia yang tidurnya terganggu dengan malas bangun sambil menguap.

"Apa sih, Pak! Ganggu aja!" Cia mengucek sebelah matanya, dan saat itu, tatapannya beradu dengan manik mata hitam milik seorang gadis yang berdiri di depan kelas.

"Hari ini, kita kedatangan murid baru!" Guru laki-laki bernama Firman itu berjalan kembali ke arah mejanya. "Silahkan perkenalkan diri kamu!"

"Terima kasih, Pak!" Gadis dengan kuncir kuda itu tersenyum dengan semangat. "Hallo semua, Nama gue Azkian Nayla, biasanya di panggil Kian, salam kenal semua. Semoga kita bisa berteman!"

"Ogah! Aduh!" Cia terpekik saat sebuah sepidol mendarat persis di keningnya. Pak Firman yang melemparnya.

"Hargai teman sekelas kamu, Elcia!" Cia memutar bola matanya.

"Ya, Pak!"

"Ya sudah, kalau begitu, Kian kamu boleh duduk di samping Cia!" Cia melotot. Dengan sengaja mengangkat satu kakinya dan menginjak bangku di sebelahnya.

"Sorry, Pak. Bangkunya udah penuh." Tolak Cia songong. Firman menatap kesal Cia.

"Cia! Cepat turunkan kaki kamu!" Sang Guru mendekat dengan marah.

"Ya, elah Pak. Kan masih banyak kursi kosong  kenapa harus duduk di sebelah gue sih!"

"Sudah! Kamu diam saja. Dan kamu juga belum mengumpulkan tugas yang bapak berikan! Mana tugas kamu!"

"Iya, Pak. Tenang aja, udah gue kerjain kok!" Cia mengambil sebuah buku dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada Firman.

"Bagus, yang lainnya. Kumpulkan setelah tiga hari!"

"Iya, Pak!" Semua berucap kompak.

"Nah, Kian. Kamu boleh duduk!" Cia menurun kan kakinya. Kian yang canggung akhirnya duduk di sebelah Cia. Jantungnya berderu kencang, sepertinya, dia akan mendapat masalah lagi!

»»»»

   Bel istirahat baru saja berbunyi, Cia tanpa membereskan bukunya ingin bergegas pergi. Namun, tiba-tiba Kian bertanya sesuatu padanya.

"Maaf, Cia ... boleh nggak kalo gue ikut sama lo. Gue nggak kenal siapa-siapa, dan kayaknya yang lain udah pada sibuk sama urusan mereka!" Seisi kelas yang masih tersisa menatap Kian terkejut. Bagaimanapun, si anak baru itu berani menatap Cia, bahkan berbicara lebih dulu padanya. Di sekolah ini  yang berani bicara lebih dulu pada Cia itu hanya dua jenis, yaitu Guru dan Dava, si Kakak yang tak di anggap.

    Cia tersenyum sinis, menatap Kian yang masih duduk di kursinya, sedangkan dirinya sudah berdiri. Cia mencondongkan tubuhnya pada Kian, menatapnya dalam lalu, tiba-tiba menggebrak meja yang ada di hadapan Kian. Membuat siswi baru itu terkejut bukan main. Bukan hanya Kian yang terkejut, beberapa murid yang masih tersisa di kelas juga sama terkejutnya.

"Lo sok deket banget ya, sama gue!" Cia terkekeh. "Jangan karena gue ijinin lo duduk di samping gue, terus lo pikir kita itu temen. Jangan mimpi!" Cia kembali berdiri, menendang kursi sebelum pergi dari kelas. Kian yang masih terkejut, tak bisa berkata apa-apa. Apa yang terjadi dengan sekolah ini, kenapa siswi macam Cia masih boleh masuk ke sekolah. Padahal, seharusnya, Cia di keluarkan saja. Apa mungkin, Cia adalah anak pemilik sekolah, atau anak donatur terbesar di sekolah(benar), maka dari itu, guru pun membiarkan siswi semacam Cia masuk ke sekolah? Tidak masuk akal!

»»»»

   Malam penuh hentakan di dalam mobil mewah milik Cia. Musik berputar dari dalam mobil miliknya, semakin malam, semakin menjadi. Itulah Elcia, si gadis yang suka dunia malam. Jangan berpikir negatif, Cia memang menyukai dunia malam. Tapi, bukan berarti dia wanita malam. Dia hanya menyukai keramaian yang ada ketika malam menjelang. Kadang, kesunyian kala larut menjemput.

    Cia memarkirkan mobilnya di parkiran cafe yang dekat dengan Castroom tempat itu terlihat cukup ramai. Gadis itu tertarik untuk berhenti sejenak sekedar untuk meminum satu atau dua gelas latte. Setidaknya, dia harus menenangkan pikiran yang sudah mulai berantakan. Tepat setelah memarkirkan mobilnya, Cia keluar dan baru menyadari bahwa mobil yang terparkir di samping mobilnya itu mirip seperti mobil miliknya. Bukan hanya warna, type dan juga bentuknya. Tapi, plat nomor dan juga kaca gelap yang berstiker mahkota queen itu benar persis seperti miliknya. Cia melihat sekeliling dan memutuskan untuk masuk ke dalam cafe. Ramai dan berisik, Cia mengamati para pengunjung yang hadir, dan di sanalah dia. Si pembawa mobil tanpa ijin yang beberapa hari lalu telah menyerempet mobilnya.

    Cia tampak murka, bukan karena mobilnya yang di bawa tanpa ijin. Tetapi, dari apa yang dia lihat saat ini, sudah pasti, Yejun yang membawa mobil itu pasti bersama dengan gadis yang ada di sampingnya. Dengan gerakan cepat, Cia mendekat dan langsung menggebrak meja. Kegaduhan yang dia buat menjadi pusat perhatian bagi para pengunjung lain. Yejun dan seorang gadis juga dua cowok lainnya tampak terkejut.

"Atas ijin siapa lo bawa mobil gue!" Cia menatap Yejun tajam. Gadis dengan mata sipit yang ada di di samping Yejun itu berdiri, menantang Cia yang tengah mengibarkan bendera perang.

"Maksud kamu apa?" bentak gadis itu yang tampaknya belum begitu fasyih berbahasa Indonesia. Cia terkekeh pelan, mendorong bahu gadis itu dengan satu tangan, dan itu sudah membuat si gadis kembali duduk di kursinya.

"Gue nggak ada urusan sama lo!" Cia kembali menatap Yejun. Yang di tatap justru diam tanpa minat, lagi pula, yang membawa mobil itu bukan dirinya, melainkan dua sahabatnya yang keras kepala.

"Bos!" Cia menoleh. Seorang cowok dengan rambut sedikit gondrong berlari mendekati Cia, "bos, lo ngapain, lo kenal mereka?" tanya cowok itu.

"Gue nggak kenal!"

"Kalo lo nggak kenal, jangan bikin ribut, Bos!" Cia melirik cowok gondrong itu, lalu menggeleng pelan.

"Balikin mobil gue!" Cia mengulurkan tangannya. Yejun melirik kedua sahabatnya.

"Kasih ke dia!" Perintahnya. Salah satu dari cowok itu mengulurkan sebuah kunci pada Cia.

"Sialan! Siapa yang ganti gantungan kuncinya!" Cia menatap tajam Yejun.

"Itu gue!" Salah satu cowok mengaku. Cowok dengan wajah ganteng bak aristoteles itu berdiri dari duduknya, menyugar rambutnya ke belakang menggunakan tangan.

"Selera lo rendahan!" Cia melempar kunci mobilnya pada si gondrong yang tadi memanggilnya Bos, "urusan gue sama lo belum kelar!" Cia menunjuk wajah YeJun dengan marah, menendang meja, membuat minuman yang ada di atasnya tumpah berantakan. Gadis yang duduk di samping Yejun berdiri karena terkejut.

"Oppa! wae geunyang gamanhi iss-eo!(kenapa kamu hanya diam saja!)" rajuknya, merujuk pada Yejun yang hanya diam memperhatikan kepergian Cia.

"jib-ega.(pulang sana.)" Yejun memilih pergi dari cafe tersebut. Park Serim, gadis asal korea itu tampak cemberut dan kesal. Baru kali ini, ya baru kali ini Yejun mengusir dirinya. Dan dia tidak suka itu!

««««

To be Continue ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status