공유

4. Kecewa.

작가: Suzy Wiryanty
last update 최신 업데이트: 2024-12-18 17:29:55

"Ayo, kita obrak-abrik sekolahannya!" Suara-suara itu perlahan menjauh. Dia menarik napas panjang berkali-kali. Paru-parunya baru bisa mengembang setelah tercekat beberapa saat. Terdengar suara langkah-langkah kaki. Yuyun masuk ke dalam kamar.

"Kamu tidak apa-apa, Yun?" Nia menghampiri Yuyun, seraya mengamati keadaan sang gadis remaja. 

"Saya tidak apa-apa, Mbak," ucap Yuyun menenangkan. 

"Mang Kosim?" tanya Nia lagi.

"Mang Kosim juga baik-baik saja. Mereka semua sudah pergi kok, Mbak. Tapi sebaiknya Mbak tetap di dalam saja. Siapa tahu nanti mereka datang lagi," usul Yuyun. Nia mengangguk setuju. Keadaan sekarang semakin genting.

"Saya beres-beres di depan lagi ya, Mbak. Nanti kalau teman-teman Mbak datang, saya panggil mereka langsung masuk ke dalam saja."

"Iya, Yun. Terima kasih banyak ya?" Nia menggenggam tangan Yuyun tulus.

"Iya, Mbak. Sama-sama." 

"Nia, Oma rasa kamu tidak bisa lagi tinggal di kota ini. Nyawamu terancam, Nduk. Apalagi kalau kamu sampai diculik oleh orang-orang jahat itu. Oma tidak bisa membayangkan penderitaanmu nantinya," usul Oma Wardah setelah Yuyun berlalu. Rasa ketakutan Oma Wardah belum sepenuhnya hilang. Ia mengkhawatirkan keadaan Nia. 

"Dia harus ke mana, Oma? Apa Dia boleh tinggal di panti bersama Oma?" tanya Nia penuh harap. 

"Boleh saja, Di. Pintu panti selalu terbuka untuk siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Tapi, tidak ada gunanya kamu bersembunyi di sana. Mereka sudah tahu tempat itu. Asal kamu tahu, dua hari yang lalu, ada beberapa penagih hutang  yang mencarimu ke sana. Oma hanya tidak mengatakannya padamu saja." 

"Jadi Nia harus sembunyi di mana, Oma?" Dia putus asa.

"Kamu mencari perlindungan pada ayahmu saja." Setelah berpikir sejenak, Oma Wardah mengambil keputusan yang ia anggap paling baik untuk semuanya. 

"Ayah? Nia sudah lima belas tahun tidak pernah berkomunikasi dengan ayah, Oma. Apa Oma lupa, sejak ibu dan ayah bercerai, tidak sekali pun ayah mencari Nia. Ibu bilang ayah sudah melupakan Nia karena sudah punya keluarga baru," tutur Nia sedih. 

"Tapi ia tetap ayahmu. Ia bertanggung jawab untuk melindungimu. Apalagi sekarang ibumu sudah tiada." Oma Wardah tetap dengan pendiriannya. 

"Iya, Nia mengerti. Masalahnya Nia tidak tahu ayah tinggal di mana sekarang. Bagaimana caranya Nia bisa meminta perlindungan ayah?"

"Serahkan pada Oma. Sebentar, Oma akan mencari nomor telepon Ayahmu di buku catatan Oma. Oma Wardah membuka tas tangan di pangkuannya. Mengeluarkan notes kecil lusuh yang penuh dengan catatah nomor telepon. Setelah memeriksanya dengan cermat, Oma Wardah menyerahkan notes kecil itu pada Nia. 

"Ini, telepon lah nomor dengan nama Suhardi ini." Oma Wardah menunjuk pada satu nama. Nia menerima notes dengan perasaan shock. Ia tidak menyangka kalau Oma Wardah mempunyai nomor telepon ayahnya.

"Ternyata Oma punya nomor telepon ayah? Oma mendapatkannya dari mana? Nia pernah meminta nomor ayah pada ibu bertahun lalu. Ibu bilang, ibu tidak tahu," tanya Nia seraya menekan nomor-nomor sesuai dengan catatan Oma Wardah.

"Ibumu tahu. Dia cuma tidak mau kamu menghubungi ayahmu. Bagaimana, Nia. Tersambung tidak?" tanya Oma Wardah harap-harap cemas. Waktu sudah berlalu begitu lama. Bisa saja Suhardi telah mengubah nomor ponselnya.

"Tersambung, Oma," ucap Nia lega. Selama menunggu panggilan diangkat, jantung Nia berdetak. Setelah 15 tahun, baru kali inilah ia kembali berinteraksi dengan sang ayah.

"Hallo, siapa ini?"

Mendengar suara ayahnya, Dia kian gugup. Tanpa menjawab pertanyaan ayahnya, Dia menyerahkan ponsel pada Oma Wardah. 

"Kenapa teleponnya dikasih ke Oma. Kamu jawab sendiri saja. Katakan apa keperluanmu. Dia kan ayahmu." Oma Wardah menolak telepon dari Nia.

"Hallo, Anda siapa? Kalau tidak ada jawaban, saya tutup teleponnya."

"Saya... Nia," jawab Nia gugup.

"Nia siapa?"

"Nia Nan Dinanti Suhardi, putri Ayah."

Hening. 

Tidak terdengar jawaban apa pun dari seberang sana. Nia tertunduk lesu. Jangan-jangan ayahnya tidak suka ia menelepon. Baru saja Nia bermaksud mematikan panggilan, ayahnya mulai berbicara.

"Hallo, Nia. Apa kabar... Nak?"

Nia tidak bisa menjawab. Mendadak seperti ada segumpal batu yang menyumbat tenggorokannya. Nia menangis tanpa suara. Hanya air matanya yang berjatuhan satu persatu. Ternyata ia serindu itu pada ayahnya.

  

"Hallo, Nia. Kamu masih di situ, Nak?"

"Masih, Yah." Berjuang agar suara tangisnya tidak lolos, Nia mencoba menjawab pertanyaan ayahnya.

"Ayah sedang menelepon siapa? Kok ayah manggilnya, Nak?"

Nia menajamkan pendengaran. Ada suara manja seorang perempuan yang juga memanggil Ayah pada ayahnya. Pasti itu adalah anak sambung ayahnya. Menurut artikel yang dulu ia baca, ayahnya menikah dengan seorang janda beranak dua. Nama perempuan itu adalah Isnaini Iswandari. Sementara dua putrinya bernama Kencana dan Dahayu. Usia keduanya hanya terpaut satu dan dua tahun di bawahnya. 

"Karena Nia ini memang anak Ayah. Kamu ada perlu ada dengan Ayah? Tunggu di luar sebentar ya?"

"Oh, anak Ayah yang sombong itu? Yang ibunya artis yang baru meninggal 'kan? Untuk apa dia sekarang baru mencari Ayah? Mau minta warisan ya?" 

Mendengar percakapan ayahnya dengan putri sambungnyNia langsung menutup telepon. Sepertinya usul Oma Wardah agar ia berlindung pada ayahnya  tidak tepat. Ayahnya sudah memiliki anak yang lain. 

"Kenapa ditutup teleponnya, Nia? Kan kamu belum ngomong apa-apa pada ayahmu?" tanya Oma Wardah keheranan. Belum sempat Nia menjawab, telepon di tangannya kembali berdering. Ayahnya meneleponnya!

"Oma saja yang berbicara. Nia percayakan semuanya kepada Oma." Nia menyerahkan ponsel pada Oma Wardah. Selanjutnya ia membuka pintu dan menutupnya kembali. Ia akan membantu Yuyun dan Mang Kosim bersih-bersih, sembari menunggu teman-temannya datang di ruang tamu saja. Ia sudah tidak berhasrat untuk bertemu dengan ayahnya lagi.

  

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   102. Akhir Bahagia (End)

    Nia tersenyum haru. Bayu sudah lulus ujian. Selama bulan-bulan terakhir ini, ia memang sengaja memperlakukan Bayu dengan buruk. Ia memberi Bayu begitu banyak tekanan dan juga sikap yang tidak menyenangkan. Ia kira, pada akhirnya kira Bayu akan menyerah dan meninggalkannya. Ternyata Bayu pantang menyerah dan sabar menghadapinya. "Saya juga mencintaimu kok, Yu. Hanya saja saya memilih mencintaimu dalam diam, dalam kesendirian dan dalam mimpi." Nia akhirnya membuka isi hatinya. Bayu terhenyak. Ia bengong sesaat karena mengira pendengarannya bermasalah. "Kamu bilang apa, Nia? Coba u... ulangi." Bayu membersihkan kedua telinganya dengan jari telunjuk. Ia ingin mendengar pengakuan cinta Nia dengan sejelas-jelasnya. Nia pun dengan senang hati mengulangi pernyataan cintanya. "Kenapa harus begitu, Nia?" tanya Bayu dengan suara parau. Keromantisan Nia dan Bayu membuat ruang bersalin hening sejenak. Dokter Widya membuat gerakan menggeleng pelan, saat perawat ingin memindahkan Nia ke ruang pe

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   101. Lahirnya Baskara Ilmani.

    Dua Bulan Kemudian - Rumah SakitBayu berlari menyusuri lorong rumah sakit, jantungnya berdegup kencang. Kedua orang tuanya, Bu Sekar dan Pak Jafar, mengikuti di belakangnya dengan wajah cemas. Pak Suhardi sudah menunggu mereka di depan ruang bersalin, wajahnya diliputi kekhawatiran."Bagaimana Nia, Pak?" Bayu bertanya dengan napas tersengal. Ia mengoper pekerjaan di Jakarta pada Wahyu di Jakarta langsung ke Cisarua. "Masih berjuang, Nak. Sudah hampir lima jam." Suara Pak Suhardi terdengar bergetar. Hatinya juga sangat risau.Sekonyong-konyong terdengar suara jeritan tertahan dari ruang bersalin, berikut instruksi-intruksi dari dokter. Bayu mengenali jeritan kesakitan menyayat hati itu. Suara Nia! Bayu mengepalkan tangan, matanya mulai memanas. "Apa saya boleh masuk ke dalam, Pak ?" tanya Bayu khawatir. "Walau kami sudah bercerai, tapi anak yang akan Nia lahirkan adalah darah daging saya. Tolong, beri saya kesempatan untuk mendampingi Nia, Pak." Bayu meminta izin Pak Suhardi."Perg

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   100. Aku Akan Menujumu.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   99. Rekonsiliasi.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   98. Belajar Ikhlas.

    Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Nia, tetapi suaranya terhenti di tenggorokan.Nia tetap berdiri di sana, tersenyum tipis, tanpa dendam atau amarah. Ia sudah mengikhlaskan semuanya."Sudah ya, saya harus ke kantor guru. Setelah beristirahat sebentar saya harus mengajar kembali," kata Mia, menjauh. Elusan tangan Bayu pun terlepas."Baiklah. Bisakah kita bertemu lagi? Ada banyak hal yang ingin saya bicarakan," pinta Bayu penuh harap."Bisa saja. Tapi harus disesuaikan dengan jadwal saya," jawab Nia setelah menimbang-nimbang sesaat."Kalau begitu, bolehkah saya meminta nomor ponselmu yang baru? Saya membutuhkannya untuk mengatur jadwal denganmu.""Kamu telepon saja Ayah. Nanti Ayah pasti akan menyampaikan pesanmu."Nia menolak memberikan nomor ponselnya."Satu pertanyaan lagi, Nia. Apakah kamu membenci saya?" tanya Bayu harap-harap cemas.Nia mengerutkan kening sesaat sebelum menggeleng mantap. "Tidak."Alhamdulillah."Tepatnya, saya tidak memiliki perasaan apa pun l

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   97. Pertemuan.

    Di sebuah sekolah dasar swasta, Budi Pekerti, anak-anak berseragam merah putih duduk dengan tertib. Mereka tengah menunggu kedatangan guru Bahasa Inggris yang sangat mereka sukai.Beberapa saat kemudian, guru yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Dengan senyum manis, guru favorit anak-anak kelas dua itu masuk dengan sebuah buku panduan di tangannya."Good morning, class," Nia menyapa murid-muridnya. Sudah empat bulan ini, ia mengajar Bahasa Inggris di sekolah Budi Pekerti."Good morning, Mrs. Nia," murid-murid menjawab serempak."Oke. Today, we are going to learn new words. Does anyone know what 'apple' means in Indonesian?" tanya Nia kepada murid-muridnya.Fuji—salah satu muridnya—mengangkat tangan."Yes, Mrs! 'Apple' is 'apel' in Indonesian," jawabnya dengan yakin."Very good, Fuji! Now, repeat after me. Apple.""Apple," seluruh kelas mengikuti.Bayu berdiri diam di luar kelas. Matanya tak berkedip menatap Nia—mantan istrinya—yang sedang mengajar. Ia tidak menyangka bahwa tempa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status