(Bukan) Gadis Matre sang Juragan

(Bukan) Gadis Matre sang Juragan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Oleh:  Suzy WiryantyTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
14 Peringkat. 14 Ulasan-ulasan
102Bab
18.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sebagai anak dari artis terkenal, Nia Nan Dinanti justru memilih berprofesi sebagai guru SD. Hanya saja, setelah bertahun-tahun hidup mandiri, musibah datang ketika ibunya meninggal dunia mendadak. Tak hanya itu, Nia juga dikejar-kejar oleh debt collector karena hutang sang ibu yang tidak ia diketahui sebelumnya! Dalam kondisi terdesak, Nia memutuskan untuk pulang ke kampung menemui ayahnya, yang kini telah sukses dan menikah lagi dengan seorang janda beranak dua. Lantas, bagaimana nasib Nia? Belum lagi, laki-laki yang akan dijodohkan dengan anak tiri sang ayah selalu menghinanya sebagai Gadis Matre!

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Awal Mula Bencana.

Di kantor guru, Nia memandangi hujan rintik-rintik yang jatuh meningkahi kaca jendela. Ia sangat menyukai cuaca seperti ini. Di mana udara terasa sejuk, ditingkahi dengan aroma tanah yang khas. 

"Selamat pagi, Bu Nia. Ini teh manis hangatnya." Pak Udin, penjaga sekolah meletakkan secangkir teh di mejanya. 

"Terima kasih, Pak Udin. Maaf ya, sudah merepotkan pagi-pagi," ujar Nia sambil tersenyum kecil.

"Walah, kok repot sih? Lha wong memang sudah menjadi tugas saya." Pak Udin tertawa. Memamerkan sejumlah giginya yang sudah tanggal. 

"Selamat menikmatinya tehnya, Bu Diah. Saya bekerja dulu." Pak Udin meminta diri. Sepeninggal Pak Udin, Nia kembali melamun. Kenangan akan hujan, mengingatkannya pada sang ayah yang sudah lima belas tahun lamanya tidak pernah lagi ia lihat. Nia memejamkan mata. Terkadang ia sangat merindukan ayahnya. Sayangnya, ayahnya tidak mau lagi berhubungan dengannya setelah ayahnya menikah lagi. 

"Astaghfirullahaladzim." Nia yang sedang melamun, kaget saat ponselnya tiba-tiba berdering. Nia menimbang-nimbang sejenak sebelum mengangkat telepon. Karena biasanya setiap kali berbicara dengan sang ibu, mood mengajarnya bisa terjun bebas. 

"Assalamulaikum, Bu. Ada..."

"Sabtu depan jangan lupa datang ke pesta ulang tahun Ibu. Gaunmu sudah Ibu pesan. Lusa akan diantar oleh kurir. Transfer Ibu 12 juta rupiah. Ibu

memesan gaun karya Iwan Tirta untukmu."

Nia mematung sejenak sebelum merespon kata-kata ibunya. 

"12 juta? Itu tiga bulan gaji Nia, Bu. Nia tidak sanggup membayarnya. Lagi pula Nia tidak meminta Ibu untuk membelinya bukan?"

"Ibu membelinya karena Ibu tidak mau kamu permalukan! Cukup bulan lalu kamu mempermalukan Ibu, dengan hadir di ulang tahun Tante Titik mengenakan gaun murah jahitanmu sendiri. Sabtu depan, jangan coba-coba tampil seperti orang susah lagi. Kamu tahu siapa Ibu kan? Ibu adalah artis senior kebanggaan negeri ini. Paham kamu!" 

"Paham, Bu. Paham. Tapi Dia tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Gaji Nia sudah menipis untuk membayar uang kontrakan dan..."

"Siapa suruh kamu mau menjadi guru SD di sekolah kecil? Diorbitkan Pak Abdi jadi artis, tidak mau. Jadi model dan bintang iklan, tidak mau juga. Kamu malah memilih menjadi guru SD. Telan sendiri penderitaanmu. Ibu tidak mau tahu!"

"Cita-cita Nia memang menjadi guru, Bu."

"Kalau begitu, jadilah guru seperti si Clara. Yang gajinya sebulan puluhan juta karena mengajar di sekolah internasional. Bukan menjadi guru di sekolah abal-abal sepertimu. Jangan banyak alasan. Pokoknya segera transfer uang Ibu!" 

Telepon kemudian diputus. Nia meletakkan ponsel di meja kayu lesu. Begitulah ibunya, Sahila Rahman-seorang artis lawas yang hidupnya penuh dengan keglamouran. Nia tidak pernah sepaham dengan ibunya yang selalu bergaya ala seorang sosialita papan atas. Ibunya sendiri sudah bercerai dengan ayahnya, lima belas tahun yang lalu. Tepatnya saat ia masih berusia 10 tahun.

Lamunan Nia terputus, tatkala mendengar suara langkah- langkah kaki tergesa memasuki kantor. Beberapa rekan guru baru saja datang. Mereka adalah Bu Sekar, Pak Indra dan Bu Rasti. Ketiganya tampak menggoyangkan payung masing-masing untuk menghilangkan sisa-sisa air hujan sebelum masuk ke dalam ruang guru.

"Wah, Bu Nia sudah hadir duluan. Kami pikir, kami bertigalah orang yang pertama kali datang," ujar Bu Sekar ceria.

"Saya sengaja datang lebih cepat karena tadi cuaca mendung, Bu. Takut kehujanan di jalan. Ternyata dugaan saya benar bukan? Hujan deras sudah membasahi bumi pagi-pagi," pungkas Nia.

"Lain kali, telepon saya saja kalau Bu Nia takut kehujanan di jalan. Jikalau Bu Nia ingin setiap hari saya jemput pun, boleh kok." Pak Indra ikut berkomentar. Pak Indra adalah guru bidang studi matematika yang kebetulan memiliki mobil.

"Pak Indra modus terus ya? Tapi, ya memang tidak apa-apa sih. Kalian berdua 'kan masih single. Bolehlah saling penjajakan. Usaha yang lebih keras lagi dong, Pak. Biar hati Bu Nia luluh lembut seperti agar-agar." Bu Rasti yang telah berusia 40-an memanas-manasi Arman.

"Mau berusaha sampai kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki juga tidak bakalan berhasil, Bu. Mana mau Bu Sahila Rahman punya menantu guru matematika yang gajinya pas-pasan," celetuk Bu Sekar.

"Tuh, Bu Rasti. Jawaban saya sudah diwakili oleh Bu Sekar. Sudah menjadi nasib saya hanya bisa mengagumi mawar indah ini dari kejauhan." Pak Indra berdeklamasi dengan raut wajah sedih. 

Nia menanggapi keriuhan rekan-rekan sejawatnya hanya dengan senyum kecil saja. Sesungguhnya rekan-rekannya ini hanya melihat sebagian kecil hidupnya. Rekan-rekannya ini menganggap dirinya mau menjadi guru hanya karena sedang gabut saja. Kalau meminjam istilah Rina, dirinya adalah contoh gabutnya anak orang kaya yang positif. Padahal itu semua tidak benar. Dirinya bekerja menjadi guru memang karena cita-citanya. Sedangkan mengenai keuangan, ia tidak pernah meminta sepeser pun pada ibunya. Setelah tamat kuliah, ia mengontrak sebuah rumah yang dekat sekolah tempatnya mengajar. Sudah setahun lamanya ia hidup dengan mengandalkan gaji sebagai guru dan upah mengajar les piano. 

Ponselnya kembali berdering. Memindai nama sang ibu kembali di ponselnya, membuat Nia mendecakkan lidah. Ibunya benar-benar memaksa agar dirinya segera mentransfer dana gaun yang tidak pernah ia minta. Namun tak urung ia mengangkatnya juga.

"Iya, Bu. Nanti agak siang ya, Nia transfer. Soalnya..."

"Selamat pagi. Benar, ini dengan Ibu Nia Nan Dinanti Suhardi?"

Nia memegang dadanya. Suara laki-laki dengan bahasa formal. Jelas, ini bukan suara ibunya.

"Benar. Bapak siapa ya? Mengapa ponsel ibu saya ada di tangan Bapak?" 

"Saya IPDA Gultom Siagian. Ibu Anda, Sahila Rahman, mengalami kecelakaan lalu lintas saat berkendara. Saat ini Ibu Anda ada di rumah sakit Harapan Kita. Harap segera ke sini karena Ibu Anda dalam keadaan kritis." 

Nia tidak mengatakan apa pun. Lidahnya kelu. Ia hanya menatap ponsel dengan tatapan horor, sebelum terduduk dengan ponsel masih berada dalam genggaman. Ibunya mengalami kecelakaan! Astaghfirullahaladzim.

"Apa apa, Bu Nia? Kok Ibu pucat sekali." Bu Rina kebingungan saat melihat Dia terduduk di kursi dengan air muka memutih. Nia tidak mengatakan apa pun. Ia menyerahkan ponsel ke tangan Bu Rina. Saat ini ia sedang tidak bisa berpikir. 

"Iya, Pak polisi. Baik, saya akan menemani Ibu Nia ke rumah sakit. Terima kasih banyak, Pak Polisi." Setelah menutup panggilan, Bu Rina mengkoordinir semuanya. Dengan menumpang mobil Arman mereka bertiga bergegas ke rumah sakit.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Laila Laila
Cerpen ini sangat menarik, bisa di ambil pelajaran dari cerita ini. Mengajarkan kita ikhlas itu yg aq baca
2025-03-24 00:04:17
0
user avatar
Miss Ziza Ziza S
keren .. mantap ceritanya.. lagi bagus kalau update nya hari hari yaa...
2025-03-10 15:41:35
1
user avatar
Miss Ziza Ziza S
definitely won't regret reading this novel keren banget watak2nya alur ceritanya straight forward gak tele² gitu loved it
2025-01-31 20:22:05
0
user avatar
Agustina Suzartiany
novel ka Suzy ga pernah gagal.. selalu menarik untuk terus dibaca
2025-01-27 23:17:20
0
user avatar
Ziza Ziz S
asyikkkk tidak bertele2 seru sekali
2025-01-24 08:42:45
0
default avatar
dinaningtyasna
kok belum up lama kak
2025-01-19 18:25:48
0
user avatar
Miss Ziza Ziza S
best cerita nya, ku tunggu setiap hari, moga author update hari² yaa....
2025-01-16 20:59:22
2
default avatar
dinaningtyasna
aplod bab baru tiap jam brp kak?
2024-12-28 12:26:27
1
user avatar
H n H
cerita baru neh. tapi belum mulai baca. 26 Des 24
2024-12-28 07:27:57
1
user avatar
Miss Ziza Ziza S
karya baru .. asyikk .. yang semangat update nya selalu .. sentiasa menunggu kelahiran karya Dari Mbak thor
2024-12-25 03:44:11
2
user avatar
Dinaningtyas Apriy
selalu ceritanya menarik dan berbobot to the poin dan ga pake menye2 banyak drama lead female nya juga though lanjutkeennn... ceritamu bs jd inspirasi agar kalo mau berhasil ya usaha
2024-12-23 07:07:19
1
user avatar
mackadamia_
selamat terbit untuk novel barunya mbak suzy^^
2024-12-21 19:32:05
2
user avatar
Suzy Wiryanty
Terima kasih ...️
2024-12-20 15:00:15
1
user avatar
Wieta Wieta
selalu suka novel kak suzy .........
2024-12-20 14:30:41
1
102 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status