Beranda / Rumah Tangga / Bukan Ibu Susu Palsu / 61 Yang Tak Diinginkan

Share

61 Yang Tak Diinginkan

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 19:25:10

Ruangan Fatih benar-benar kosong. Dibawa ke mana perginya anak tunggal Aditya Fadilah itu. Ucapan Anita tadi membuat pikiran Aditya menjadi paranoid.

"Ada apa, Tuan?" Tiba-tiba suara sopran terdengar dari pintu kamar mandi yang baru saja dibuka. Elsa baru saja keluar dari sana sambil menggendong Fatih di pangkuannya.

Seketika Aditya menoleh terkejut. Bola matanya sampai membulat sempurna. "Ngapain kamu membawa Fatih ke kamar mandi?" tanyanya sambil melayangkan tatapan nanar penuh selidik kepada Elsa yang baru saja ia kenal.

"Barusan Fatih buang air besar cukup banyak, Tuan. Saya sudah membersihkannya dengan tisu basah, tapi tidak terlalu bersih. Makanya saya bersihkan di kamar mandi," jelas Elsa terlihat tenang.

Akhirnya Aditya pun menghela nafas lega. Padahal dia sudah berpikir yang aneh-aneh. Merasa bersalah karena sempat berpikir negatif, Aditya akhirhya mengangguk paham, ia segera duduk di sofa empuk yang ada di ruangan Fatih.

Aditya melihat Fatih yang kini sudah tenang dalam pa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 62 Menjadi Cemas

    Ketika malam sudah semakin larut, Aditya baru saja membuka kelopak matanya. Dia terlihat meregangkan kedua tangannya. Tidurnya yang lelap membuat dia sedikit lemas. Aditya segera beranjak dari tempat tidur. Jarum pada benda bundar yang menempel di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Beberapa jam berlalu telah Aditya lewatkan, akibat kelelahan sepulang dari rumah sakit.Aditya melangkah menuju pintu kamar. Ia segera memutar handle pintu. Tapi ternyata, pintu kamar Aditya telah dikunci. "Loh mana kuncinya?" Aditya sedikit tercengang manakala tak mendapati kunci pada lubang pintu.Aditya mengedip-ngedipkan kelopak matanya. Mengatur pandangannya yang sedikit buram. Dia juga segera menyalakan lampu di kamar, agar bisa memastikan kalau ia tidak salah lihat. Ternyata, Aditya baru sadar kalau kunci di kamarnya benar-benar telah hilang. Pintu kamar telah terkunci. Beruntung Aditya mengingat kunci serep yang tersimpan di dalam laci lemarinya. Ia segera mengambil kunci serep

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 63 Ketahuan

    "Bubu... Huaaa..."Suara tangisan Fatih semakin menggelegar. Aditya tak bisa lagi membendung kegelisahannya. "Fatih!" Aditya kembali memanggil nama anaknya dengan keras."Siapa ini? Di mana anak saya?" Aditya seketika menjadi emosi. Seseorang dibalik telepon itu seperti sengaja ingin mempermainkannya."Anda jangan khawatir. Anak Anda dalam keadaan baik-baik saja. Fatih akan aman dalam penjagaan saya." Suara sopran dengan lembut berbicara dari balik telepon. Sepertinya Aditya kenal dengan suara wanita yang barusan berbicara. Itu seperti suara Elsa. Iya, Aditya sangat yakin kalau itu adalah suara Elsa, yang sedikit cempreng."Elsa! Ke mana kamu membawa Fatih pergi?" Aditya Sagara bertanya dengan tegas. "Wow! Ternyata Tuan Aditya seperti paranormal. Pintar sekali menebak kalau ini adalah saya." Elsa menertawakan. terdengar meledek. "Anda jangan khawatir, Tuan. Fatih dalam keadaan sehat dan aman dalam pangkuan saya," lanjutnya. "Brengsek! Kamu telah bermain-main dengan saya. Kembalika

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 64 Diculik

    Detik itu pula Selin tersadar. Sebelah tangannya masih mengusap pipi yang telah ditampar Aditya. Bola matanya membulat melihat Aditya sudah di ada di depan matanya."Mas Aditya!" Seline terkejut. "Kenapa Mas Adit menamparku?" Selanjutnya bertanya seakan melupakan ucapan sebelumnya. "Tamparan itu tidak sebanding, dengan fitnah yang telah kamu lakukan kepada Raya. Kenapa kamu tega berbuat seperti itu?" Aditya berbicara dengan hardiknya. "Apa maksudnya, Mas?" Seline masih berpura-pura tidak paham.Aditya pun berdecak kesal. "Aku sudah tahu semuanya, Selin. Aku sudah mendengar semua yang telah kamu ceritakan pada temanmu itu barusan. Aku tidak menyangka. Akibat ulah yang telah kamu lakukan, aku jadi membuat kesalahan besar," sergahnya.Merasa tak memiliki banyak waktu pagi ini, Aditya memilih menunda urusannya dengan Selin. Ia harus segera menghubungi seseorang, guna mengurus permasalahan yang lebih penting yakni mengenai Fatih."Tunggu, Mas. Ini pasti salah paham. Aku akan jelaskan." S

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 65 Bersitegang

    "Di mana penculiknya?" Aditya terlihat mengepalkan kedua telapak tangannya. "Sudah berada di dalam mobil," jawab pria berseragam serba coklat itu. "Saya ingin melihat mereka," pinta Aditya." "Silahkan." Petugas kepolisian mengantar Aditya menuju mobil yang membawa pelaku. Di dalam mobil dinas berwarna hitam itu, Aditya melihat Elsa bersama komplotannya yang sudah diborgol. Aditya tak bisa menahan emosinya. Sebelah tangan kanan segera menampar pipi Elsa dengan kencang. Plak! Wanita licik itu hanya diam menahan tamparan keras yang diterimanya dari Aditya. "Berani kamu bermain-main dengan saya! Kamu harus mendapatkan hukuman yang berat!" sergah Aditya. Dia melihat tiga orang pria bertato di samping Elsa. Ingin sekali Aditya menghajar pria bertato itu, namun polisi menahannya. Kendaraan roda empat itu langsung membawa Elsa dan komplotannya menuju kantor posisi. "Bubu..." Fatih yang kini menangis dalam pangkuan Raya, terlihat memeluk Raya dengan erat. Bayi itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 66 Di Kediaman Fadillah

    Aditya tak tinggal diam. "Kalau saja Selin tidak menuduh Raya, Fatih tidak akan sakit dan tidak akan pernah diculik. Ini semua gara-gara Selin," tuduhnya. "Jaga ucapan kamu, Mas!" Selin membentak. Tak terima."Cukup! Tolong jangan berantem. Kasihan dengan Fatih yang baru saja tiba." Anita segera melerai. Kembang kempis dada Aditya menahan rasa amarah di dalam dadanya. "Tolong Mamah dan Selin pergi dari rumah saya," usirnya dengan sopan kepada sang mertua dan adik ipar."Tanpa kamu usir pun, saya memang akan pergi dari rumah ini. Tapi saya harus membawa Fatih," tegas ibunda Selin."Fatih anak saya, Mah. Tidak ada yang bisa membawa Fatih dari sini," lawan Aditya. "Tolong hargai keputusan saya, Mah. Pikiran saya tengah kacau. Tolong jangan menambah lagi," imbuhnya meminta setelah menurunkan volume suaranya. "Saya tidak peduli. Saya akan tetap membawa Fatih." Ibunda Selin tetap memaksa. Wanita paruh baya itu pun segera memerintah kepada Selin. "Selin, ambil Fatih di kamarnya. Cepat!" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 67 Ketakutan

    Namun dengan cepat Aditya meraih pergelangan tangan Raya."Jangan pergi, saya mohon." Aditya memohon kepada Raya. "Saya yakin kamu tidak akan tega melihat Fatih menangis saat merindukanmu," lanjutnya. "Saya bisa datang ke sini, saat diperlukan." Raya melepaskan genggaman tangan Aditya. Ada raut wajah kecewa sehingga Raya tidak berani membalas tatapan pria di depannya itu.Hingga akhirnya, malam itu Aditya tak bisa mencegah kepergian Raya. Wanita berbulu mata lentik itu telah pergi dari rumah Aditya dengan menaiki taksi online yang Raya pesan.Dalam perjalanan di dalam taksi online, tiba-tiba air mata Raya menetes di pipinya. Dia merasa sedih karena hatinya yang egois malah memilih pulang.Raya juga terlihat menepuk-nepuk pipinya sendiri. 'Sadar, Raya! Kamu pikir kamu siapa. Kehadiranmu di rumah Pak Aditya hanya kebutuhan saja. Hanya karena Fatih membutuhkan kamu. Bukan tentang yang lain. Jangan berharap lebih,' batinnya bergumam.Ketika telah sampai di kontrakannya, Raya semakin geli

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 68 Kembali Lagi

    Raya menjadi histeris, kembali menangis ketakutan di dalam mobil Aditya. Menggeleng-gelengan kepalanya, menutup kedua telinga dengan telapak tangan. "Tidak mau! Jangan!" pekiknya.Melihat Raya yang nampak ketakutan, membuat Aditya menjadi terenyuh. Jahatnya pria tadi sehingga membuat Raya menjadi trauma."Tenanglah, saya di sini akan menjaga kamu," tutur Aditya dengan lembut. Namun Raya tetap saja menangis histeris.Hingga pada besok harinya Aditya memutuskan untuk membawa Raya ke psikolog, guna menyembuhkan traumanya. ***Di atas pusara anak kecil, Raya sudah menekuk lututnya. Pagi itu, Raya sengaja datang ke makam anaknya. Raya mengusap nisan anaknya sambil membendung air mata. Bibirnya bergetar tatkala kesedihan itu kembali teringat di benaknya. Selesai dari psikolog, Raya memang meminta untuk mampir ke makam anaknya."Maafkan Mamah, Nak. Sudah lama Mamah tidak menengok kamu. Mamah rindu sekali sama kamu, Nak. Mamah ingin bertemu denganmu, Mamah ingin melihat wajahmu." Pada akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 69 Miris

    Tubuh Raihan sudah terlihat rapih. Setelah mempersilahkan Raya masuk, Dia pun langsung terduduk di kursi plastik di dekatnya. "Kedatanganku ke sini ingin menjenguk Mama. Bagaimana dengan kabar mama?" Raya bertanya setelah duduk di kursi yang terlihat sudah lapuk."Keadaan mama kian memburuk. Kini beliau hanya bisa tertidur di atas kasur. Tidak berdaya," jawab Raihan dengan suara lemah, seperti ada yang menghalangi di tenggorokan."Jika diperbolehkan, aku ingin melihat mama sekarang," pinta Raya terenyuh hatinya."Boleh. Mama ada di kamar. Mari aku antar." Raihan berusaha bangkit dari tempat duduk. Kakinya terlihat gemetar. Berjalan pun nampak pelan."Mas, kamu sakit?" Raya menjadi bertanya melihat keadaan Raihan yang miris itu.Raihan menahan langkahnya. Ia menoleh kembali pada Raya, kemudian menganggukan kepala."Sudah lama, Mas? Apa karena kecelakaan itu, kamu menjadi sakit?" Raya bertanya lagi karena penasaran. Bagaimana tidak penasaran melihat tubuh Raihan yang kurus kering itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 82 Jahat

    Dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Sarah, perasaan Aditya sebenarnya merasa tidak enak hati, seperti ada firasat sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia sangat khawatir kalau orang tua Sarah akan menolak niatnya. Tapi Aditya harus berusaha. Apapun hasilnya nanti, dia akan tetap memperjuangkan Raya.Kendaraan roda empat mewah milik Aditya sudah sampai di depan rumah orang tua Sarah dan Selin. Semuanya segera keluar dari mobil.Ketika sudah berada di depan pintu utama, Aditya tidak perlu menekan bell. Seorang pembantu rumah tangga di kediaman mewah milik orang tua Sarah, sudah mengetahui kedatangan Aditya. Wanita berseragam pembantu itu segera membuka pintu utama. "Apakah Ibu dan Bapak ada di rumah?" Aditya bertanya kepada pembantu rumah tangga itu."Ada, Tuan. Mari, silahkan masuk." Dengan ramah pembantu rumah tangga itu mempersilahkan Aditya dan keluarganya untuk masuk. Setelah Aditya, Anita dan juga Raya yang masih menggendong Fatih duduk di sofa yang berada di ruang tamu, or

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 81 Jalan Yang Mulus

    "Jadi apa jawabannya?" Aditya yang sudah penasaran tidak bisa menahan pertanyaannya."Apakah kamu bersedia menikah dengan saya?" Dengan isi dada yang menggebu-gebu, Aditya bertanya lagi untuk memastikan. Sementara dengan Raya, lidahnya terasa berat untuk berucap. Dia masih mematung dalam beberapa detik. Bola matanya bahkan terlihat masih berkaca-kaca, dia ingin menangis tapi bukan bersedih. "Apa jawabannya, Raya?" Aditya sampai bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Hingga Raya akhirnya menganggukan kepalanya. Aditya terperangah. "Apa itu artinya kamu bersedia menikah dengan saya?" "Iya, Pak." Dengan penuh keyakinan Raya menjawab sambil mengganggukan kepalanya.Aditya menghala nafas lega. Dua sudut bibirnya nampak tertarik ke samping. Duda tampan itu terlihat sangat bahagia. "Terima kasih atas kepercayaan kamu kepada saya," ucapnya terharu. "Saya yang harusnya berterima kasih pada Pak Aditya, saya ini hanya wanita biasa yang jauh dari kata istimewa. Bahkan tidak sekufu denga

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 80 Jawabannya

    Beberapa hari berlalu, Aditya kembali menemui Raya. "Saya ingin bicara sangat penting." Di ruang dapur setelah selesai mencuci tangan, Raya membeliak terkejut mendengar suara Aditya. "Silahkan, Pak," balasnya dengan terbuka. "Tapi tidak di sini, saya ingin bicara serius dengan kamu di tempat yang lain."Raya tidak bisa menolak, dia segera mengikuti langkah Aditya di belakang."Tunggu sebentar, Pak." Raya menahan langkah Aditya ketika telah sampai di pintu utama."Kenapa?" Aditya menjeda langkahnya. "Bolehkah saya mengajak Fatih? Saya khawatir Fatih menangis seperti tempo lalu. Saya tidak bisa meninggalkannya terlalu lama," pinta Raya.Aditya mematung dalam beberapa detik kemudian ia menganggukan kepalanya. "Boleh," jawabnya akhirnya. Raya pun menyeringai senang. Dia segera meminta izin kepada Anita. Setelah mengantongi izin, Raya pun segera menggendong Fatih.Kebetulan hari ini memang hari minggu, Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang hendak piknik."Semoga jalan-jalannya me

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 79 Menagih Jawaban

    "Maksudnya untuk apa? Ini terlalu mewah untuk saya, Pak." Raya bertanya lagi. Ia melayangkan tatapannya pada Aditya.Aditya segera meraih sebelah tangan Raya lalu diusapnya dengan lembut. Perlakuan Aditya itu membuat Raya semakin salah tingkah."Saya ingin kamu menjadi ibu pengganti untuk Fatih. Bukan lagi ibu susunya," pinta Aditya, mengutarakan isi hati secara langsung."Apa!" Namun Raya malah terkejut. "Maksudnya?" Dia tercengang."Saya ingin kamu menjadi istri saya," pinta Aditya memperjelas.Seketika Raya menarik tangannya. Melepaskan tangannya dari genggaman Aditya. Dia terkesiap. Ucapan Aditya barusan bisa jadi hanya gurauan saja untuk Raya."Jangan bercanda, Pak. Itu tidak lucu." Raya mengusap pipinya sendiri. Dia menjadi gugup."Saya serius, Raya." Aditya kembali menegaskan. "Maukah kamu menjadi istri saya?"Raya kian terlihat gugup. Keringat dingin seketika membanjiri tubuh. Raya mengusap-usap tangannya sendiri. Gugup tak bisa dikendalikan."Kamu kenapa?" Aditya pun menjad

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 78 Tempat Romantis

    Pemilik toko bunga tersebut segera memutar rekaman CCTV yang terjadi pada kemarin sore di saat Aditya memesan bunga. Di salah satu ruangan yang hanya beberapa orang saja bisa masuk ke sana, pemilik toko, Aditya dan 3 orang saksi sudah siap menyaksikan hasil rekaman CCTV yang terjadi saat kemarin. Apa yang telah diucapkan pelayan toko, ternyata benar adanya. Dia bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Aditya. Namun keteledoran terjadi ketika Selin datang dan mengubah semuanya. Tetap saja pelayan toko yang disalahkan karena telah teledor sehingga orang lain memanipulasi keadaan. Aditya tampak mengepalkan sebelah tangannya. "Selalu saja Selin! Mengapa dia jadi menyukai kekacauan. Dia selalu saja membuatku geram," desisnya pada diri sendiri. Aditya tidak pernah menyangka kalau kejadian di toko bunga itu adalah ulah Selin. Kalau saja dia tidak menghormati mertua, mungkin Aditya sudah melabrak sang adik ipar dan membuat perhitungan dengannya. Aditya meminta maaf kepada pem

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 77 Marah

    Belum sempat Raya membuka dan membaca tulisan pada secarik kertas itu, tiba-tiba suara Anita terdengar memanggil nama Raya."Raya!" Suara Anita terdengar begitu keras memanggil nama Raya. Raya segera menutup kembali kertas di tangannya itu, lalu dikembalikan pada buket bunganya. "Sebentar, Pak Aditya. Tante Anita memanggil saya, khawatir ada yang penting." Raya segera beranjak dari tempat duduknya. "Bunganya saya bawa ke kamar, nanti tulisannya saya baca di sana ya, Pak," tuturnya, kemudian pergi meninggalkan Aditya dengan membawa buket bunga di tangannya.Aditya hanya mengangguk saja sambil mengulum senyum tipis. Padahal dia sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban Raya. Tapi mau bagaimana lagi, Aditya sudah bisa menebak pasti Fatih menangis meminta digendong oleh Raya.Akhirnya Aditya termenung sendirian di taman belakang di pinggir kolam renang. Hingga satu jam kemudian dia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk ke kamarnya, Aditya terlebih dahulu menengok Fatih.

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 76 Tidak Sabar

    "Saya pernah jatuh cinta kepada seorang wanita, saya sangat menyayanginya bahkan melebihi apapun. Wanita itu sangat baik, lembut dan penuh dengan perhatian. Tak bisa saya bayangkan hidup tanpanya, terasa takkan ada arti. Tapi, ketika rasa sayang ini yang semakin hari semakin bertambah banyak, wanita itu pergi untuk selamanya. Seketika hati saya remuk, jantung saya seakan berhenti berdegup. Saya hidup namun serasa mati, tapi wanita itu menitipkan saya seorang anak yang pintar dan tampan yakni Fatih. Awalnya saya berpikir lebih baik mati saja mengikuti jejaknya, tapi saya melihat Fatih adalah titipan Tuhan untuk saya melalui wanita yang saya sayangi. Saya berusaha menguatkan diri, berusaha untuk tegar menerima ketentuan-Nya." Aditya memulai ceritanya. Wajahnya seketika terlihat sendu. Dia bercerita apa adanya. Rasa cinta pada almarhum Sarah yang memang tidak pernah pudar hingga detik ini."Apakah wanita itu adalah almarhum ibunya Fatih?" Raya bertanya karena penasaran.Aditya mengangguk

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 75 Mengungkapkan Isi Hati

    Hari itu di kantor Fadillah group, Aditya terlihat semangat saat menyelesaikan pekerjaannya. Raut wajahnya terlihat berseri-seri. Dalam bayangannya terus saja berseliweran wajah Raya. Nampaknya Aditya memang tengah jatuh cinta.Bahkan ketika ada seorang wanita yang bekerja sebagai sekretaris di kantor, masuk ke ruangan Aditya untuk melaporkan berkas hasil meeting hari ini. "Raya!" Aditya terkejut dengan kedatangan sekretarisnya. Dia sampai mengira sang sekretaris adalah Raya. Nampaknya dia sudah gila dengan rasa cinta yang tengah menggebu di dalam dada. "Maaf, Pak. Saya bukan Raya," bantah wanita itu dengan cepat. Pada tangannya terlihat memegang beberapa file. Diletakkannya segera file itu di atas meja kerja Aditya. "Saya ingin menyerahkan dokumen hasil meeting siang tadi."Aditya segera mengerjapkan kelopak matanya. "Oh ya ampun, maaf saya tengah melamun. Saya akan segera memeriksa dokumen ini," kata Aditya seraya memijat hidungnya. Ah bener-bener sudah gila. Aditya mengetuk kepa

  • Bukan Ibu Susu PalsuĀ Ā Ā 74 Salah Tingkah

    Raya terlihat masih berdiri di depan mata Aditya. Wanita berbulu mata lentik itu mengukir senyuman paling indah dalam pandangan Aditya.Aditya segera bangkit dari tempat tidurnya. Dia kini sudah berhadapan dengan Raya. Keduanya saling memandang satu sama lain. "Aku sangat mencintaimu Pak Aditya." Suara lembut itu berdesis tepat di dekat telinga Aditya. Bibir Raya yang penuh dengan aroma khas, masih berada di dekat telinga Aditya.Aditya seperti terkesima. Ucapan Raya barusan, membuat Aditya membeku. Lidahnya kelu seperti sulit untuk berbicara. Debaran jantungnya bahkan lebih kencang daripada biasanya. Raya sudah berada dekat sekali dengan Aditya, jarak diantara keduanya hanya beberapa sentimeter saja. Suara dag dig dug jantung terdengar semakin kencang saja."Pak Adit kenapa diam saja? Kenapa tidak jawab perasaan saya? Pak Adit tidak cinta sama saya?" Raya bertanya lagi masih dengan suara manja yang meluluhkan hati."Bukan seperti itu. Saya merasa ini seperti mimpi. Apakah ini mimpi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status