Share

Bab 4 (Fatma)

Aku melangkah perlahan karena beban perutku tak mungkin bisa diajak berjalan tergesa-gesa. Satpam yang berdiri di samping pintu gerbang menyapaku ramah.

"Ada yang bisa dibantu, Bu?"

"Saya mau menemui guru BK dan Wali kelas XI Adm 16," jawabku langsung menuju inti. Satpam tersebut terlihat bingung. Mungkin kedatanganku terlihat aneh. Di saat yang sama, handphone-ku berdering. 

"Apakah Ibu sudah membuat janji dengan beliau-beliau?" Tanya Satpam.

"Belum, Pak,"

"Ibu wali murid?"

"Bukan, tapi saya ada urusan dengan salah satu murid di sini," jawabku lagi. Satpam terlihat sedikit terkejut.

Handphone-ku berdering lagi. Tiara menelpon. Aku mematikan teleponnya dan mengirimkan pesan bahwa aku sudah sampai di sekolah tujuanku.

"Oh, kalau begitu mari saya antar, Bu,"

Ia membukakan pintu gerbang dan memanduku menuju ruang BK. Ia juga menyampaikan maksudku secara singkat kepada guru BK tersebut. Guru BK menyilakan aku untuk duduk.

"Mari, Bu. Ada yang bisa saya bantu?"

"Selamat pagi, Bu. Saya Fatma, terimakasih Ibu sudah meluangkan waktu untuk saya. Sebelumnya perkenankan dulu bahwa saya ada sedikit urusan dengan salah satu murid sekolah ini, atas nama Falencia Nikita," ucapku dengan nada yang sudah kubuat setenang mungkin. Perempuan setengah baya di depanku terlonjak.

"Ada apa lagi dengan dia?" Ucapnya dengan suara agak lantang.

Secara tidak langsung aku menggarisbawahi kata 'ada apa lagi'.

"Mohon maaf, Bu. Sebenarnya ini tidak ada hubungannya sama sekolah ini, tetapi saya mohon bantuannya karena Falencia Nikita sudah mengusik hati saya dengan menggoda suami saya," ucapku.

"HAH APA?" Wanita di depanku semakin terlonjak.

"Bagaimana bisa, Bu?"

"Suami saya seorang pengusaha dan beliau jarang di rumah. Saya tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Tapi suatu hari saya mengecek handphone suami saya dan menemukan bukti chat yang intinya ada hubungan gelap antara suami saya dengan salah satu murid sini. Saya juga sudah melakukan komunikasi dengan kedua belah pihak dan Falencia Nikita mengakui perbuatan tersebut. Ini bukti chatnya, Bu," paparku panjang lebar. Aku menyodorkan kertas hasil export chat yang sudah diprint.

Guru BK meneliti dengan saksama, Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku tidak tahu apakah Ia akan berpihak kepadaku atau justru membela dan menutupi perbuatan Fani. Setelah aku menunggu beberapa saat, Ia akhirnya mengeluarkan suara.

"Ibu, mohon maaf kalau dari suami Ibu sendiri bagaimana?"

"Saya sudah mengkonfirmasi, suami saya mengakui bahwa Ia memang sering dimintai uang jajan dan biaya keperluan sehari-hari Falencia Nikita. Tidak mungkin seorang laki-laki memberikan uang secara cuma-cuma, Bu. Nah, jika pihak sekolah berkenan saya mohon bantuannya untuk mengatasi permasalahan ini. Bagaimana Ibu?"

"Hmmm, begini Bu. Lebih baik kita datangkan dulu yang bersangkutan ya," tutur wanita paruh baya tersebut. Aku hanya bisa mengangguk menyetujui ide guru BK tersebut. Ia bergegas menuju kantor lainnya. Aku duduk menunggu dan memanfaatkan waktu untuk membuka handphone-ku.

Tak lama kemudian dua orang perempuan mengikuti guru BK masuk ke ruangan. Salah satunya sudah kuhapal wajahnya, tak salah lagi bahwa Ia adalah Fani. Wajahnya tampak terkejut ketika melihatku, pandangan kami saling bertemu. Ia sedikit membelalakkan matanya, aku tahu Ia begitu shock, mungkin dikiranya aku hanya berkelakar akan mendatangi sekolahnya.

"Silakan duduk Falencia, Bu Zara," ucap Guru BK.

"Nah, Bu Fatma. Ini Bu Zara wali kelas Falencia," ucap Guru BK yang belum kuketahui namanya itu menyilakan wali kelas Fani.

Bu Zara mengambil posisi duduk dan nampak was-was. Bahkan, Ia terkesan tidak menghiraukan anggukanku. Fani sudah duduk terlebih dahulu setelah mengalihkan wajah shock-nya dengan memutar bola mata. 

"Ada apa, Bu Fatma?" Tanya Bu Zara langsung menuju topik. 

"Ehm begini, Bu. Biar Bu Fatma tidak mengulang-ulang penjelasan, saya saja yang bantu. Nanti Bu Fatma mengoreksi jika saya salah, Falencia juga boleh klarifikasi," Guru BK menimpali sebelum aku sempat mengeluarkan suara kepada Bu Zara.

Ia menjelaskan persis seperti yang aku ucapkan, bahkan Ia juga sedikit membacakan bukti chatku. Fani memicingkan matanya padaku, "anak ini sungguh berani," batinku. Bu Zara terlonjak dan membelalak ke arah Fani.

"Apa semua itu benar, Falen?" Ucapnya pada Fani. "Eh, Bu Fatma. Jangan-jangan Ibu salah orang, di situ kan tulisannya Fani, bukan Falencia."

"Saya juga punya bukti chat antara saya dengan Falencia Nikita, Bu. Ia mengakuinya," sanggahku. Guru BK langsung membalik kertas HVS di tangannya.

"Ini, Bu," ucap Guru BK seraya menyodorkan kertas itu.

Bu Zara membaca sekilas, Ia menggigit bibir tanpa memandang di antara kami bertiga.

"Falen, Ibu belum dengar penjelasan apapun dari kamu, Nak. Boleh dijelaskan apa betul perbuatan kamu itu?" Guru BK langsung bersuara setelah ruangan hening beberapa detik.

"Saya kan cuma berurusan sama Mas Rizky, kalau Mbak Fatma cemburu, ya itu urusan Mbak Fatma bukan urusan saya. Lagi pula Mas Rizky juga senang kok, FWB-an dengan saya," jawab Fani tanpa rasa gugup sedikit pun.

"Tapi Fani, kamu sudah tahu bahwa Mas Rizky sudah punya isteri, dan kamu terang-terangan menggoda suami saya,"

"Sebentar-sebentar. Apa itu FWB?" Sela Bu Zara.

"Saya nggak nggoda, Mbak. Saya hanya menawarkan diri, Mas Rizky pun mau," kilah Fani tanpa memedulikan Bu Zara.

"Ehm, Falen. Boleh dijelaskan dulu apa itu tadi?"

"Oh, tadi? FWB Bu?" ulang Fani. Dari gaya bicaranya, anak ini sangat membuatku ingin meremas mulutnya. Terlalu sopan!

"FWB itu singkatan dari Friend With Benefit, Bu," ucapnya dengan nada yang sangat menyebalkan.

"Iya, tapi maksudnya apa?" Guru BK menanggapi dengan sabar.

"Saya dan Mas Rizky menjalin hubungan hanya jika itu saling menguntungkan, Bu. Kalau saya atau Mas Rizky merasa nggak diuntungkan lagi, ya nggak jadi. Saya nggak mencintai suaminya Mbak Fatma, kok. Jadi aneh aja tiba-tiba Mbak Fatma jealous-in saya."

Gila! Berani sekali anak ini.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status