Bukan Indahnya Berbagi

Bukan Indahnya Berbagi

Oleh:  Mahaya Liliana  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat
100Bab
7.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Tak ada yang lebih indah dari kejujuran dan kesetiaan, sedangkan aku adalah perempuan yang tidak rela dimadu." (Fatma) *** Fatma memergoki suaminya selingkuh dengan seorang wanita yang jauh lebih muda darinya. Namun Rizki, suaminya, tidak mengakui hal itu karena hubungannya dengan Fani hanyalah hubungan FWB saja. Ketika Fatma sudah tiada, nasib Rizki pun seperti jalan terjal. Ia kehilangan istri dan juga selingkuhannya sekaligus.

Lihat lebih banyak
Bukan Indahnya Berbagi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
LovyReading
Bagian awal udh bikin greget. sebel sma Rizki ...
2023-03-17 17:12:32
1
100 Bab
Bab 1 (Fatma)
Demi Allah yang menciptakan ruh beserta udara yang mengiringi deru nafas ini, aku sangat beruntung menjadi perempuan yang memiliki suami penyayang. Denyut jantung janin di rahimku inilah buah cinta kasih sayangnya. Bayi yang kukandung sudah mulai memasuki bulan ke sembilan, senyum bahagia tiada tara tak bisa berhenti di wajahku. 'Fatma' begitu Ia memanggilku, suaranya begitu lembut saat menyebut namaku. Satu tahun yang lalu aku telah resmi bersanding dengan Mas Rizki, Nahru Rizki Budiman. Aku mengenalnya saat Ia berkunjung ke rumah orangtuaku untuk melamarku.Aku menyibakkan tirai jendela yang menghalangi sinar mentari pagi, dalam sekejap cahaya oranye melesat menembus ruang tengah. DrrrrtGetar handphone terdengar dari meja di belakangku, handphone Mas Rizki tertinggal. Tadi pagi Mas Rizki memang tergesa-gesa saat bersiap-siap menuju kantornya. Perlahan, aku melangkah menuju meja di mana handphone itu berada. Perutku yang sudah membesar, membuat pergerakanku tidak selincah sebelumn
Baca selengkapnya
Bab 2 (Fatma)
Pagi ini aku memutar otak bagaimana caranya agar bisa mengungkap siapa Fani. Aku men-stalking Instagram Mas Rizki siapa tahu ada akun yang memberiku petunjuk. Namun hasilnya nihil, following Instagram suamiku tak lain hanyalah rekan-rekan kerjanya yang juga ada di list followingku. Lalu dari mana mereka berkenalan?"Coba cek followersmu, Mbak Fat," saran teman arisanku di grup ibu-ibu arisan. Aku memang mengungkapkan rasa resahku di grup arisan ibu-ibu, grup chat yang juga biasa digunakan sebagai tempat untuk membicarakan urusan perempuan. "Benar juga ya, Mbak," tanggapku."Iya, cek satu-satu. Kalau ada yang nggak dikenal sama Mbak Fatma, kemungkinan akun itu perlu diawasi," balas yang lain. Kebetulan aku bukanlah perempuan sosialita yang gila sosmed, followersku hanya beberapa."Ayo, Mbak. Semangat, jangan menyerah. Dulu Mbak Tiara juga bisa," ujar yang lain.Beberapa bulan sebelum aku tertimpa ujian ini, teman seusiaku juga pernah mengalami hal yang sama. Tiara, perempuan 27 tahun
Baca selengkapnya
Bab 3 (Fatma)
"Mas, bisa tolong jawab pertanyaan saya?" Ucapku setelah menghembuskan nafas. "Aku hanya membantunya, Fatma. Tidak ada hal lain yang kuinginkan darinya karena Engkau bagiku sudah cukup," ucap Mas Rizki dengan memandang wajahku. "Tapi … apa maksud Mas Rizki membantu anak itu? Sudah jelas-jelas Ia menggoda Mas Rizki," ucapku dengan gamblang. Mas Rizki menyipitkan netranya, "Atas dasar apa Kau berkata seperti itu, Fatma?" "Atas dasar chat Fani dan Mas Rizki. Mohon maaf Mas, aku sudah mengetahui semuanya termasuk pembahasan-pembahasan yang asing bagiku. Aku juga meminta bantuan teman-teman untuk menyelidiki si Fani," paparku dengan kesal. "Astaghfirullah, Fatma! Kau membeberkan urusan rumah tangga kita kepada orang lain?" Mas Rizki tidak terima dengan apa yang kulakukan. Aku memang keliru, tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak memiliki orang lain untuk sekedar bercerita selain ibu-ibu satu grup arisan. Membeberkan urusan rumah tangga adalah hal yang sangat tabu, apalagi membuka aib s
Baca selengkapnya
Bab 4 (Fatma)
Aku melangkah perlahan karena beban perutku tak mungkin bisa diajak berjalan tergesa-gesa. Satpam yang berdiri di samping pintu gerbang menyapaku ramah. "Ada yang bisa dibantu, Bu?" "Saya mau menemui guru BK dan Wali kelas XI Adm 16," jawabku langsung menuju inti. Satpam tersebut terlihat bingung. Mungkin kedatanganku terlihat aneh. Di saat yang sama, handphone-ku berdering. "Apakah Ibu sudah membuat janji dengan beliau-beliau?" Tanya Satpam. "Belum, Pak," "Ibu wali murid?" "Bukan, tapi saya ada urusan dengan salah satu murid di sini," jawabku lagi. Satpam terlihat sedikit terkejut. Handphone-ku berdering lagi. Tiara menelpon. Aku mematikan teleponnya dan mengirimkan pesan bahwa aku sudah sampai di sekolah tujuanku. "Oh, kalau begitu mari saya antar, Bu," Ia membukakan pintu gerbang dan memanduku menuju ruang BK. Ia juga menyampaikan maksudku secara singkat kepada guru BK tersebut. Guru BK menyilakan aku untuk duduk. "Mari, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" "Selamat pagi, Bu.
Baca selengkapnya
Bab 5 (Fatma)
"Hah? Saling menguntungkan bagaimana?" Timpal Guru BK."Mas Rizky harus memenuhi kebutuhan saya kalau mau tidur dengan saya," jawab Fani sangat ringan."Tidur?" Kali ini Bu Zara mengeluarkan suara. "Iya," tegas Fani.Perutku sudah tidak tahan lagi, akhir-akhir ini tubuhku memang sering lemas, tidak sekuat sebelumnya. Aku kehilangan mood untuk debat kusir dengan anak tidak tahu diri ini, biarlah aku menunggu apa yang terjadi selanjutnya.Guru BK menarik nafas sebelum Ia pamit ke ruangan lain. Bu Zara mengambil kesempatan untuk bicara pada Fani."Falen, sejak kapan kamu menjalin hubungan seperti itu?""Belum lama, kok. Saya tahu sekitar setengah tahun yang lalu, Bu," jawabnya seperti sudah akrab dengan Bu Zara.Guru BK kembali masuk ke ruangan. Wajahnya sedikit lega. "Nah, orangtua Falen sebentar lagi ke sini," ujarnya."Apa Bu? Mengapa harus bawa-bawa orangtua saya? Ini kan urusan saya bukan urusan orangtua," teriak Fani. Kami bertiga hampir terlonjak bersamaan."Falen, duduk dulu Nak
Baca selengkapnya
Bab 6 (Fatma)
Setelah peristiwa di sekolah yang sangat tidak anggun itu, aku fokus mengawasi pergerakan Mas Rizki. Wanita asing yang kurang pendidikan dan tidak punya tata krama, memang susah fix dikeluarkan dari sekolah, namun aku justru harus lebih waspada. Pasalnya, Mas Rizki dituntut orangtua Fani untuk bertanggung jawab menikahinya. Mereka menemui Mas Rizki di kantornya. Ini tidak bisa diterima oleh akal sehatku, "Siapa yang salah dan siapa yang dituntut?" "Fatma," panggil Mas Rizki suatu hari. "Apa Mas? Pokoknya aku tidak sudi bersanding dengan anak itu! Kalau Mas Rizki memang lebih cinta sama anak itu dari pada aku, aku rela dicerai. Lebih baik pisah dengan laki-laki yang mengkhianati agamanya." Sahutku sebelum aku mendengar alasan apapun dari Mas rizki. "Aku sudah terlanjur salah. Tapi bagaimanapun, Fani juga sudah sah untuk menikah, Ia sudah baligh," tukas Mas rizki. "Aku tidak tahu bagaimana jalan pikiran Mas Rizki, yang perlu Mas Rizki pertimbangkan sebelum memutuskan apapun adalah
Baca selengkapnya
Bab 7 (Fatma)
Perempuan manapun yang mendapati suaminya selingkuh pasti akan sakit hati, itulah yang sedang kurasakan. Tidak hanya aku, perempuan-perempuan yang berakal sehat dan telah mengetahui semua ini merasa geram. Aku benci pada wanita yang telah melakukan ini padaku, tapi bukan berarti aku membela Mas Rizki. Aku juga sangat sakit hati pada apa yang Mas Rizki lakukan padaku. Apakah ketika di luar sana Ia melupakanku yang sedang menunggunya pulang? Apakah Ia tidak ingat akan buah cintanya yang ada di rahimku? Pembicaraan mengenai poligami yang dilontarkan Mas Rizki bagaikan anak tangga yang meruntuhiku saat aku terjatuh. Bagaimana bisa Ia berpikir untuk poligami dengan perempuan yang tidak punya akhlak? Hanya untuk menutupi kelakuan yang sama-sama bejad? Walaupun aku memiliki penghasilan yang cukup untuk biaya hidupku sendiri, namun aku tidak ingin menyerah begitu saja saat wanita lain berusaha merebut kasih sayang suamiku. Aku punyak hak untuk bersuara dan hak untuk tidak setuju jika mas Ri
Baca selengkapnya
Bab 8 (Fatma)
Seperti saran Mas Hikam dan Mbak Salis, malam ini aku menyiapkan makan malam dan mengajak bicara suamiku secara serius. Hati ini rasanya sudah lelah, jiwa ini rasanya goyah, aku berkali-kali menghela nafas dan mengeluarkannya pelan-pelan. Saat Mas Rizki tiba di rumah, aku langsung memberitahunya bahwa malam ini aku memasak. "Tumben masak," ucapnya. Kuabaikan tanggapan menohok itu karena tujuanku malam ini adalah membicarakan komitmen Mas Rizki sebagai suamiku. "Ada hal yang akan kutanyakan padamu, Mas. Tidak banyak. Hanya saja, aku butuh jawaban langsung darimu," aku langsung menuju inti pembicaraan. "Hmm. Jawaban yang bagaimana?" "Jawaban yang paling dalam dari lubuk hati Mas Rizki. Mas sebenarnya pilih aku atau anak itu?" "Mengapa tiba-tiba mengungkit hal ini lagi, Fat? Kamu sudah tahu aku tidak lagi punya hubungan apapun dengan anak itu …." "Karena aku telah mengetahuinya. Tolong dijawab Mas, ini pertanyaan titipan dari Mas Hikam," ucapku tegas. "Tidak ada alasan bagiku untu
Baca selengkapnya
Bab 9 (Fatma)
Akhirnya saat yang sangat mendebarkan di hidupku tiba, aku berbaring dengan nafas terengah-engah setelah pembukaan kelima. Hari ini aku berjuang untuk melahirkan pangeranku. "Lho, di mana Rizki? Kok sampai sekarang nggak datang-datang?" kudengar suara Ibu di luar kamar. "Sudah dikabarin, Bu. Mungkin lagi sibuk di kantornya," Mbak Salis menjawab pelan namun masih terdengar olehku. Aku menghembuskan nafas kasar. Bayangan melahirkan didampingi suami seperti adegan romantis ala film dan novel-novel telah sirna. Kutepiskan segala harapan semu yang tak semua perempuan mendapatkannya termasuk diriku. "Sudahlah, Fatma. Sekarang lebih baik memperjuangkan anakmu dulu," batinku. Kukerahkan seluruh tenagaku, kupertaruhkan jiwa dan ragaku demi kehadiran amanah Alloh yang telah berada di rahimku selama sembilan bulan. Rasa sakit, perih, lelah, dan semua yang mendera diriku tak kuhiraukan. Saat ini, aku hanya ingin bayiku lahir dengan selamat. Bidan dan perawat dengan sabar membantuku dan member
Baca selengkapnya
Bab 10 (Fatma)
Pangeranku sudah lahir, semoga Kau jadi anak sholeh dan cerdas ya, Nak. Sembilan bulan Bunda mengandungmu dan selalu bersamamu; akhirnya Bunda bisa melihat wajahmu, mendengar suaramu, dan menggendongmu."Fat, airnya jangan terlalu panas," ucap Ibu saat aku menyiapkan air untuk memandikan anakku."Iya, Bu," sahutku.Ibu sibuk menimang pangeranku sembari menungguku selesai menyiapkan air. Sesuai rencana, Ibu dan Bapak turut tinggal di rumah Mas Hikam sampai urusanku dengan Mas Rizki selesai."Bu, gimana acara sholawatnya?" Sela Bapak yang baru saja kembali dari pasar terdekat. "Lho, coba tanya Hikam maunya gimana," tukas Ibu."Fatma masih ada tabungan, Bu. Jangan khawatir, Ibu sama Mbak Salis tinggal list keperluan acaranya saja," aku menimpali mereka."Maksudnya ngundang warga sini buat acara sholawatan perlu diatur sama Hikam, Fat. Ya, minimal Hikam yang sudah menetap di sini diajak rembugan gitu," ujar Bapak."Nah, urusan ngundang warga kita serahkan ke Hikam, uang Fatma bisa kita p
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status