Kemilau sudah sangat senang ketika dia mengira akan mati dan bisa bertemu dengan ayah ibunya sekarang. Toh rasa-rasanya sudah tidak ada gunanya dia hidup. Sudah tidak ada lagi yang bisa dia harapkan di dunia ini. Studi, keluarga panti asuhan, cita-citanya menjadi pengacara, semuanya sudah raib, menghilang dari genggaman. Sudah tidak ada lagi hal menjanjikan yang membuatnya semangat untuk hidup.Dan Kemilau harus kecewa ketika menyadari dia masih hidup. Dia masih bernapas dan masih bisa membuka kedua matanya. Penderitaannya sama sekali belum berakhir. Gadis itu juga merasakan kalau sekarang dia sedang berbaring di atas kasur. Sedikit lebih empuk. Mungkin ini bukan kamarnya? Entahlah, Mila mengesampingkan dulu dugaannya. Kedua matanya masih terpejam untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya.Ingatannya kembali ke kejadian itu. Entah kapan, karena Mila tidak tau sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri. Satu-satunya yang dia ingat hanyalah ketakutan yang dia rasakan saat tubuhnya berusaha
“Devara??” Ekspresi wajah Kemilau tidak bisa berbohong kalau dia sangat terkejut melihat Deva ada di sini. Di depan mata! Oh Tuhan! Rasanya seperti sudah lama tidak bertemu, padahal dia baru menikah tiga hari yang lalu. Merasa senang karena tidak sengaja meet up dengan seseorang yang dia anggap ‘keluarga’, Mila refleks memeluk Deva begitu saja.“Ya ampun, Dev, kangen gue sama lo,” ucapnya serius dan begitu dalam. Dia memang merindukan orang-orang yang ada di circle-nya dulu. Baru seminggu lebih di kediaman Saskara, Mila sudah merasa seperti jauh dari peradaban. “Gue juga, Mil. Lo … baik-baik aja, Mil? Kok pakai baju ini?” Deva ternyata menyadari pakaian yang dikenakan Kemilau. Sepertinya dia sangat mengenali modelan seragam yang seperti itu, seringnya dipakai oleh pembantu di rumah-rumah orang kaya.Kemilau yang lupa kalau dia masih memakai seragam maid-nya, langsung menarik diri dari Devara lantaran malu. Dia pasti sangat kucel dan jelek.“E—h. Gue … baik-baik aja kok." Mila berusa
Rasa-rasanya Kemilau terlalu banyak tidur akhir-akhir ini. Ya, tidur karena pingsan lebih tepatnya. Seperti sekarang, setelah beberapa jam tak sadarkan diri, akhirnya kedua matanya terbuka. Sekujur tubuhnya langsung merasakan sakit akibat cambukan Radinka tadi.Kemilau mengingat hari sudah gelap saat dia diseret ke gudang ini tadi. Dan semakin gelap karena mungkin ini sudah tengah malam. Belum lagi lampu gudang dalam keadaaan mati. Mungkin memang tidak pernah dinyalakan kalau memang tidak ada yang penting di dalam sini. Gadis itu sama sekali tidak bisa bergerak. Persendiannya kaku setelah tidur selama berjam-jam di lantai gudang yang dingin dan kotor. Sama seperti kemarin pagi, ketika dia disuruh untuk membersihkan kolam renang.Sekarang Mila sedang menerka-nerka seperti apa penampakan bekas cambukan itu di tubuhnya. Apakah sekarang betis, punggung dan tangannya banyak bekas merah? Kalau iya, bagaimana Mila akan menyembuhkannya? Jangankan obat, makanpun dia tidak berhak di rumah ini. K
Tidak hanya memanggil petugas body massage untuk melakukan perawatan terhadap Kemilau yang begitu lusuh dan kucel, Nadya sudah menyiapkan MUA untuk merias menantunya juga. Yang jelas mereka tidak ingin Roni mengetahui kalau Mila tidak sejahtera di sini. Dari pagi sampai siang, Mila melakukan treatment khusus seperti lulur di seluruh tubuh dan juga masker di wajah. Cream bath rambut dan meni pedi. Sekalipun ini merupakan upaya yang dilakukan mama mertuanya untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan selama beberapa hari ini, Kemilau merasa beruntung bisa merasakan treatment mahal seperti ini, untuk yang pertama kalinya di dalam hidup.Tak hanya itu, Nadya juga membelikan pakaian baru yang jelas berasal dari brand mahal untuknya. Wanita itu sengaja memilih dress dengan model tali spaghetti dan panjang rok yang menutupi sampai ke mata kaki. Jelas, agar bekas cambukan tadi malam tidak terlihat. Sebagai atasan, ada cardigan berlengan panjang yang juga bertujuan untuk menutupi semua bekas
Radinka tiba di rumah dan langsung bergegas menuju kamar ibunya. Di sana sudah ada dokter keluarga yang sedang memeriksa kondisi perempuan berusia enam puluh tahun tersebut.“Bagaiman kondisi ibu saya, Dok?” Radinka masuk dan menghampiri dokter yang sedang berbicara dengan Greta di sisi kasur Nadya.“Tensinya terlalu tinggi, Pak Radin. Disarankan supaya tidak terlalu banyak pikiran dulu. Obatnya sudah diresep dan sebentar lagi pihak rumah sakit akan antar ke sini.” Dokter memberi tahu. “Terima kasih, Dok. Apa ada gejala lain, Dok?”“Tidak ada, Pak. Mungkin ibu Nadya hanya butuh istirahat. Emosinya dikontrol. Sama dijaga pola makannya, Pak. Karena usia ibu Nadya sudah termasuk masa lanjut usia. Jadis harus mulai hati-hati supaya hal seperti ini tidak kejadian lagi.”Orang suruhan dokter akhirnya datang membawa obat dari apotek rumah sakit. Saat itu juga Nadya langsung mengkonsumsi sejumlah obat agar tubuhnya lebih cepat pulih. Setelah itu dokter pamit untuk pergi, diantar oleh Radinka
Beruntunglah Mila karena semua kamar di rumah ini kedap suara. Teriakan-teriakannya sepanjang penyiksaan tadi rupanya sama sekali tidak terdengar sampai ke bawah. Sehabis mandi, dia mengeringkan rambutnya dengan menggunakan pengering rambut. Yang pasti dia berusaha mengembalikan penampilannya persis seperti saat dia keluar dari kamar mandi maid tadi. Walau area intimnya sangat sakit sekarang, Mila masih melanjutkan pekerjaannya. Dari pada menjadi sasaran pertanyaan orang-orang, mending dia mencari kesibukan sendiri.Sambil menyikat kamar mandi, air mata Kemilau masih tetap bercucuran. Rasanya dia sudah tidak sanggup lagi menanggung semua ini. Tiba-tiba saja terbersit dalam benaknya untuk kabur dari neraka ini. Dia sangat muak melihat semua orang. Apalagi Radinka yang sudah merampas kehormatannya dengan cara yang lebih keji dari seekor binatang.Ya ... Mila akan kabur. Tekadnya sudah bulat.***Malam harinya tidak ada acara makan malam karena Nadya masih belum bisa bangkit dari kasur.
Radinka langsung bangkit dari kasur. Darahnya langsung kocar-kacir melihat grafik yang terpampang di layar iPad. Belum pernah kejadian saham mereka anjlok dan tiba-tiba begini. Apa yang terjadi??Laki-laki itu dengan sigap mengambil ponselnya dan menelepon bagian direksi yang berwenang dalam mengawasi pergerakan saham mereka. Berbicara sejenak dengan suara yang dipenuhi rasa khawatir.“Benar, Pak Radin. Ini faktor internal kita, Pak. Ada sejumlah investor yang menjual semua saham mereka dalam kurun waktu tiga jam terakhir. Jadi kita menyesuaikan harga saham dengan permintaan yang cukup rendah.”Radinka mengusap pelipisnya. “Apa alasan mereka menjual sahamnya?”“Apa Pak Radin belum membuka portal berita hari ini?”Radinka pun langsung menyambar iPad-nya lagi. Apa yang dia lewatkan? Memang sejak Kemilau keluar dari kamarnya tadi, dia menghabiskan waktu dengan tidur untuk menghilangkan perasaan janggal di dalam hatinya. Sama sekali belum menyentuh gadget. Dan ... oh shit!! Apa Greta pun
Radinka tentu saja tidak ingin mengambil resiko. Dia mengurungkan niatnya untuk keluar rumah sekarang. Diberitahunya Sheza agar kekasihnya tidak kecewa untuk yang kedua kalinya. Radin memilih untuk menghubungi orang yang bisa dia andalkan untuk menghapus berita-berita itu. Sial sial! Bisa-bisanya dia tau setelah ini ramai di internet. Radin berharap belum terlalu terlambat untuk membereskan semuanya. Belum pernah dalam sejarah ada berita yang menyorot personal life seorang Radinka. Biasanya hanya tentang isu-isu seputar bisnis Saska T&G. Jadi sungguh wajar jika sekarang laki-laki dewasa itu sedikit berdebar, apalagi belum apa-apa dampaknya sudah terasa. Sejumlah investor langsung kabur karena ketakutan terkena imbasnya. Sial!! Radin harus memutar otak untuk segera mendapatkan investor lain.Orang kepercayaannya sudah mengkonfirmasi akan mengurus berita-berita tersebut. Begitupun dengan orang dalam yang ada di pihak kepolisian, sudah dia hubungi untuk mengurus wartawan yang ada di dep