Home / Romansa / (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah / 3. Kehancuran Selanjutnya

Share

3. Kehancuran Selanjutnya

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-03-28 07:33:55

Happy Reading

*****

Melajukan motornya meninggalkan kediaman Fathin, Ayumi mencoba menghubungi lelaki kedua yang sangat dia hormati setelah sang ayah. Namun, berkali-kali melakukan panggilan, tak ada satu yang dijawab oleh lelaki pemilik nama Muhammad Gaza.

Sepanjang perjalanan menuju rumah saudara tertuanya, Ayumi memikirkan keadaan Fathin. Kehidupannya sangat berbanding terbalik dengan cerita yang didengar oleh Ayumi. Saudara perempuannya itu selalu menceritakan kebahagian dalam rumah tangganya. Namun, apa yang dilihat sangat jauh dari bayangan kebahagiaan. Fathin ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang oleh suami dan mertuanya.

Entah berapa banyak rahasia lagi yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarganya. Ayumi mengembuskan napas kasar. Sepanjang perjalanan, sang gadis memikirkan banyak hal. Dadanya begitu sesak dengan segala permasalahan keluarga yang tidak pernah diketahuinya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Ayumi sampai di pelataran rumah Gaza. Rumah tidak berpagar memudahkan sang gadis mencapai pintu dengan mudah setelah memarkir kendaraannya.

Perlahan, Ayumi mengetuk pintu berwarna cokelat tua. Tangannya sedikit gemetar karena menahan rasa dingin dan gelisah serta khawatir. Beberapa kali ketukan belum ada jawaban dari sang empunya.

Ayumi membuka gawai dan makukan panggilan sekali lagi pada Gaza. Namun, hasilnya nihil. Mencoba mengetuk sekali lagi, dia pun mendengar suara kenop pintu yang diputar.

Seorang perempuan berjilbab dengan daster batik tampak membulatkan mata ketika tatapannya beretmu dengan manik Ayumi.   

"Ngapain malam-malam ke sini? Jangan mengganggu masmu. Dia baru keluar rumah sakit dan butuh istirahat. Kehadiranmu pasti membuatnya repot," tanya sang kakak ipar.

Tatapan matanya sudah menunjukkan rasa tidak suka atas kehadiran si bungsu. Seperti orang yang kehilangan kesadaran, Ayumi terdiam dengan sorot kosong. Apa yang dia pikirkan selama perjalanan benar-benar terjadi.

Merasa tak ada tanggapan dari lawan bicaranya, sang kakak ipar kembali berkata, "Pulang sana! Jangan mengganggu istirahat Mas Gaza. Lagian, cewek kok malam-malam keluyuran. Seperti cewek tidak baik saja." Bersiap menutup pintu.

Reflek, tangan Ayumi berusaha menahannya. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, terutama tetang sakitnya si sulung.

"Tunggu, Mbak," ucap Ayumi, "Kami sekeluarga tidak pernah tahu tentang hal ini. Mas Gaza sakit apa? Kenapa tidak pernah cerita jika beliau sakit?"

Sang kakak ipar memutar boa mata malas. Berasumsi perkataan Ayumi hanyalah sebuah pembelaan atas ketidakpedulian keluarganya.

"Alasan, bilang saja tidak mau merawatnya. Padahal, Mas Gaza ikut andil membantu biaya kuliahmu. Sekarang, setelah dia sakit, tidak ada satupun keluarganya yang menengok."

"Mbak," peringat si gadis berjilbab, "jika salah satu dari kami ada yang diberi tahu. Pastilah kami dengan senang hati menengok atau bahkan merawat beliau. Mas Gaza adalah kebanggaan keluarga, tidak mungkin kami membiarkannya sendirian dalam sakit. Kami semua menyayanginya, terutama aku dan Mbak Fathin."

Mencebik, ibu muda di hadapan Ayumi berkata, "Benarkah seperti yang kamu katakan. Nyatanya, seminggu berada di rumah sakit, tidak ada seorang pun dari keluargamu yang menengok Mas Gaza. Apa ini yang disebut peduli dan sangat menyayangi?" Suaranya meninggi.

Ayumi terpaksa mundur satu langkah karena terkejut dengan kalimat yang dilontarkan sang kakak ipar. Apa yang dikatakan sang gadis memang benar. Tidak ada yang tahu tentang sakitnya si sulung.

"Kami memang tidak tahu, Mbak. Andai Ayah atau Bunda tahu, pastilah mereka bercerita. Tapi ...."

Tangan kanan sang ipar terangkat, menghentikan kamt yang akn diucapkan Ayumi selanjutnya.

"Jangan lagi beralasan. Sebaiknya kamu pang sekarang. Jangan samppai Mas Gaza mendengar obrolan kita sehingga istirahatnya terganggu. Pergi sana," usir istri saudara tertua Ayumi.

"Mbak biarkan aku bertemu dengan Mas Gaza. Aku ingin melihat keadaanya," ucap ayumi sedikit memaksa sang kakak ipar agar dia dipekenankan masuk dan melihat keadaan si sulung.

"Tidak! Sana pergi." Sedikit mendorong gadis berjilbab di hadapannya.

"Mbak, tolong," pinta Ayumi. Kedua tangannya sudah menangkup di depan dada, memohon.

"Sekali tidak, ya, tidak."

Dua perempuan beda umur itu masih bersikeras dengan keinginan masing-masing bahkan sang kakak ipar mulai berani mendoong tubuh Ayumi. Walau pelan, tetapi tindakan tersebut mampu menggeser tubuh sang gadis.

"Mbak, jangan keras kepala. Sebagai adik, aku perlu tahu keadaan saudara kandungku." Suara Ayumi mulai meninggi.

"Tidak. Sana pergi. Kamu membuat keributan saja di rumahku."

"Ma, kamu lagi ngobrol sama siapa?" Terdengar suara seorang lelaki dari dalam. Ayumi yakin, suara itu milak Gaza.

"Mas, ini aku. Gimana keadaanmu?"

Sang kakak ipar segera membanting pintu dengan keras dihadapan Ayumi tanpa peduli bagaimana perasaannya yang ingin mengatahui keadaan Gaza.

"Astagfirullah. Mengapa Mbak Kanaya bisa sejahat ini padaku?" gumam Ayumi ketika pintu rumah saudara sulungnya tertutup sempurna dan tak ada celah baginya masuk. Jika tidak ingin ada keributan, tentu dia harus segera pergi dari sana.

Melangkah menuju motor, sang gadis mendapat chat dari seorang.

"Sepertinya, kita sudah tidak bisa bersama lagi. Maaf, jika selama ini sering membuatmu kecewa."

Mata Ayumi membulat sempurna. "Apa maksudnya ini?"

Cepat, gadis itu melakukan panggilan pada seseorang yang mengirimkan chat. Namun, berkali-kali bahkan sampai puluhan kali, tidak terangkat.

"Apa lagi ini Ya Allah? Berapa banyak kejutan lagi yang akan menghampiriku?" tanya Ayumi sambil melajukan motor meninggalkan kediaman Gaza. Tak tahu harus berbuat apalagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah   61. Kebahagiaan

    Happy Reading *****"Lho, Om? Kok, bisa ada di sini?" tanya Zakaria heran. Pasalnya, lelaki itu mengatakan akan keluar kota selama seminggu, tetapi baru dua hari sudah terlihat lagi."Om terpaksa pulang lebih cepat. Niat semula akan menemui Hana, tapi ternyata tantemu itu sibuk dengan berondongnya.""Kenapa mencariku?" tanya Hana sinis."Baca chat-ku. Pabrik yang aku berikan padamu akan dijual oleh lelaki ini. Dia benar-benar bajingan tengik yang akan menghisap seluruh harta dan uangmu," ucap Ashwin.Wibisana tertawa. "Sayangnya, bukan aku yang menjual pabrik itu. Tapi, Hana sendirilah yang menginginkan.""Tapi, kamu tidak harus membodohinya, kan? Pembeli itu bukan orang lain melainkan dirimu sendiri yang menggunakan nama salah satu perempuan yang sedang menjadi targetmu selanjutnya. Kamu kira aku bodoh? Tidak semudah itu membohongi orang tua sepertiku, anak muda," kata Ashwin lantang. Hana menatap Wibisana tak percaya. "Tega kamu melakukan semua ini, Bi. Selama ini, aku benar-benar

  • (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah   60. Berakhir Semua

    Happy Reading*****Seorang perempuan cantik, berumur di atas ketiga perempuan yang sejak tadi berdebat, terlihat menggandeng tangan Wibisana dengan mesra. Tak canggung sama sekali walau usianya terpaut jauh dari si lelaki bahkan mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak. Inara mulai tak tahan melihat pemandangan di depannya. Dia pun melangkah mendekati Wibisana dengan wajah marah penuh kecemburuan. "Siapa dia, Bi?" tanya Inara mengagetkan lelaki parlente di depannya.Kelopak mata terbuka sempurna dengan mulut sedikit menganga, Wibisana melirik perempuan paruh baya di sebelahnya yang tak lain adalah Hana. "Siapa, Sayang?" tanya Hana.Wibisana memutar bola mata malas. "Dia calon istriku," jawabnya."Kalau dia calon istrimu, lalu aku siapa?" Inara dan Hana berkata berbarengan.Diam sejenak, menetralkan detak jantungnya yang berlompatan. Wibisana tersenyum kecut. "Tenang, Sayang. Aku bisa menjelaskan semuanya."Tangan merangkul pundak Hana, Wibisana menatap Inara marah. "Bisa tidak

  • (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah   59. Rahasia yang Terbongkar

    Happy Reading*****"Tidak perlu menyebar fitnah," ucap Rika, "memangnya kamu kenal sama Wibisana?""Aku memang tidak kenal sama Wibisana, tapi aku kenal siapa wanita yang sedang dekat dengannya saat ini.""Apa ... apa maksudmu?" tanya Inara dengan wajah pucat dan bibir bergetar."Coba tanya pada wanita di sebelahmu. Apa maksud perkataanku tadi. Bukankah dia juga begitu dekat dengan Wibisana."Seperti bom waktu, perkataan Ayumi membuat ledakan begitu hebat di hati Inara. Tak berbeda jauh dengan mantan istri Yovie, Rika juga kaget ketika rivalnya demikian. Tak menyangka jika akan ada yang mengetahui hubungan gelapnya denga Wibisana."Mulutmu terlalu berbisa, berani menuduh sembarangan," bantah Rika. Setelahnya, dia menatap kedua sahabatnya bergantian. "Bukankah kita bertiga sudah dekat dengan Wibisana sejak dulu?"Ayumi tersenyum mendengar kebohongan Rika. "Harusnya, kamu tahu. Kedekatan apa yang aku maksudkan tadi," katanya, "sudahlah. Kenapa aku harus capek-capek ngurusi kalian bert

  • (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah   58. Adu Mulut

    Happy Reading*****"Iya, aku," ucap seorang perempuan yang tak lain adalah Inara. "Lancang sekali kamu memutuskan untuk memecat karyawanku. Mentang-mentang sudah menikah dengan Zakaria." Wajah sombong Inara terlihat mendominasi seolah tak ingin ada seseorang yang mengalahkannya. Ayumi memegang pipinya yang terkena tamparan tadi. Bukan rasa sakit yang membuatnya ingin menangis, tetapi penghinaan Inara."Bukankah sudah menjadi peraturan perusahaan. Kenapa kamu malah melindungi karyawan yang bersalah dan tidak produktif sepertinya," jawab Ayumi. Dia menunjuk Prima dengan jari telunjuk sebelah kiri sangking jengkelnya pada lelaki tersebut."Berani kamu tidak menghormatiku?" ucap Inara. Merasa kalimat yang dikeluarkan lawan bicaranya kurang sopan apalagi panggilan yang tersemat tadi.Ayumi mengangkat bibirnya. Lalu, merotasi bola mata. "Untuk apa aku harus menghormati orang yang selalu menginjak-injak harga diri manusia lainnya. Dulu, aku masih bisa mentolelir karena Anda adalah atasan,

  • (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah   57. Tamparan Keras

    Happy Reading*****Oza berdiri dan mendekati Andini. "Coba sini lihat, Ma. Pasti ada kutu atau hewan yang menggigit Mama pas tidur tadi. Ini banyak sekali, lho, Ma," ucap si kecil."Teruskan PR-nya sama Mama biar. Papa mau nyariin obat supaya luka Mama tidak terlalu merah seperti ini." Zakaria berdiri dan meninggalkan keduanya."Aku tinggal dulu, Yang," bisik Zakaria, "selesai ngerjain PR Oza, segeralah kembali ke kamar. Aku lapar.""Lapar, ya, makan, Mas. Kenapa malah ke kamar?" tanya Ayumi dengan kening berkerut."Makannya bukan nasi, Sayang. Tapi, itu." Zakaria menunjuk sesuatu yang menggelantung pada tubuh sang istri. Bahkan lelaki itu sampai mengerlingkan mata."Dasar mesum. Sana pergi." Ayumi mendorong tubuh suaminya."Papa kenapa, Ma?" tanya Oza. Menggaruk kepala yang tak gatal. Ayumi tersenyum canggung. "Lanjutin saja PR-nya."*****Membuka mata, Zakaria tersenyum puas ketika melihat Ayumi masih berada dalam pelukannya. Semalam, lelaki itu sama sekali tak membiarkan istrinya

  • (Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah   56. Pecah Telor

    Happy Reading*****Ayumi benar-benar mendorong tubuh sang suami keluar kamar mandi. Lalu, menutup pintu dengan keras. Zakaria tentu saja sangat marah, dia pun merebahkan diri secara kasar pada ranjang dengan beberapa umpatan kekasalan."Kalau cuma untuk dibohongi seperti ini, harusnya tidak perlu menerima ciumanku tadi," kata Zakaria.Tubuh yang cuma terlilit handuk tanpa memakai dalaman sama sekali, tentunya cukup menyulitkan memadamkan gairah yang terlanjur membara. Suara pintu terbuka, terdengar. Zakaria menoleh.Jantungnya kini mulai berlompatan ketika menatap insan terindah di depannya. Sosok Ayumi berubah menjelma bak artis-artis korea. Rambut lurus dan panjang tergerai indah. Baju berbahan sutra potongan minim menempel erat membungkus setiap lekukan tubuhnya. Susah payah Zakaria menelan ludahnya sendiri. Sang lelaki terlalu terpesona dengan tampilan istrinya. Berjalan sangat pelan, Ayumi seperti mempermainkan pandangan dan hasrat suaminya. Bagaimana mungkin lelaki itu tidak t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status