Share

Bab 8. Semburan Ludah Rinay di Wajah Bagas

Dengan tangan gemetar, Bagas memutar anak kunci. Dia menguakkan daun pintu sedikit, lalu menyusup masuk.  Dadanya berdebar hebat, saat netranya menemukan tubuh yang teronggok di sudut gudang.

“Nay, Sayang …,” lirihnya memanggil nama wanita itu sambil berjalan cepat ke arah sudut. “Sayang, kamu baik-baik saja?” tanyanya menempelkan punggung tangan di kening sang wanita.

“Kenapa menyusul ke sini? Apa benar kamu hamil, Sayang? Nay …,” bisiknya seraya memeluk sang istri.

“Lepaskan aku, ba … jingan!” Dengan gerakan pelan, Rinay mendorong dada Bagas. Masih ada sisa tenaga yang dia punya.  Bik Lastri tadi sempat memberinya segelas minuman hangat tadi.

“Jangan sentuh aku! Mulai sekarang, haram tanganmu menyentuh tubuhku!” ancamnya dengan suara serak.

“Jangan bicara begitu, Nay! Mas sayang sama kamu! Dengar, nanti Bik Lastri akan memberi kamu ramuan, kamu minum, ya! Biar cepat kuat dan pulih. Setelah kamu kuat, Mas akan mengantarkanmu pulang. Kamu tunggu di desa, Sayang! Seperti biasa. Ingat, kamu adalah istriku, akan tetap menjadi istriku, hem? Mas balik ke kantor dulu, ya! Nanti malam, Mas akan mengeluarkan kamu dari gudang ini. Kita bisa tidur bareng di salah satu kamar di rumah ini. Tapi, setelah Tatiana tidur, ya!”

Puih!

Semburan ludah Rinay tepat mengenai wajah pria itu.

“Kau meludahiku, Nay?” Bagas tersentak kaget. Dia meraba wajahnya yang basah terkena semburan ludah Rinay.

“Ya, kenapa? Kau tidak terima? Kau pantas mendapatkan itu! Bahkan sejujurnya aku ingin muntah di wajahmu itu! Kau pembohong! Kau penipu!” ketus Rinay dengan nada makin kasar. Tenaganya serasa kembali pulih setelah bertemu Bagas. Emosi yang melanda membuatnya merasa lebih kuat.

“Jangan kasar, gitu, Rinay! Aku ini suamimu!”

“Sekarang tidak lagi! Sejak aku tau siapa kau yag sebetulnya!” sergah Rinay dengan suara serak beriring tangis tertahan. Wanita delapan belas tahun itu berusaha keras agar tangis itu tak pecah sekarang. Apalagi di hadapan pria yang telah menghancurkan masa depan dan segala harapan.

Jangan salah paham, Mas bisa jelaskan!” Bagas mengulurkan tangan, hendak membelai kepala sang istri.  “Dengar, sebenarnya Tatiana itu ….”

“Jangan sentuh aku!” bentak Rinay menepis tangan pria itu dengan kasar. Kalimat Bagas menggantung. Rinay memotong ucapannya.

“Aku tidak butuh penjelasan apa-apa! Aku sudah dengar semuanya dari mulutmu lewat teleponmu dengan ibumu tadi! Kau menipuku! Kau bilang itu vitamin penguat rahim, nyatanya  itu obat penggugur kandungan! Kau bilang orang tuamu sangat merindukan cucu dariku, nyatanya ibumu sama sekali tak pernah mengharapkan aku!” lanjut Rinay dengan mata basah. Suaranya tersendat, sesekali terhenti untuk menarik napas berat.

“Nay …,” panggil Bagas pelan. Pria licik itu sedang berpikir keras bagaimana cara menaklukkan kembali istri sirinya ini.

“Kenapa kau tidak pernah talak aku seperti janjimu kepada orang tuamu, juga janjimu kepada istri barumu itu? Kenapa kau tak talak aku?” cecar Rinay dengan lantang.

“Karena aku mencintaimu, Nay! Aku sayang sama kamu!”

“Bohong! Kau sengaja tidak menalak aku karena kau ingin  jadikan aku sebagai istri simpananmu! Perempun pemuas nafsumu! Pelepas dahagamu!  Seperti yang dituduhkan oleh orang-orang di kampungku!  Tuduhan mereka benar! Kau hanya ingin menjadikan aku budak nafsumu!”

“Itu tidak benar, Rinay!”

“Itu benar! Tak perlu kau membantah lagi! Sekarang, aku sudah tahu semuanya. Dengar, Tuan Bagaskara yang terhormat! Aku menolak menjadi budak nafsumu! Sekarang, aku hanya minta satu hal padamu,  lepaskan aku!”

“Apa maksudmu lepaskan?”

“Talak aku! Lalu izinkan aku pergi dari sini! Jam lima sore ini masih ada Bus terakhir yang berangkat ke kampungku. Aku akan naik bus itu pulang!”

“Kau tidak sedih akan kehilanganku? Bukankah kau begitu tergila-gila pada ketampananku? Yakin, kau siap kalau aku talak?”

“Cih! Tergila-gila pada laki-laki seperti kau? Kalau bukan karena kau perkosa aku waktu itu, aku tidak akan pernah jadi istrimu! Karena kau sudah berstatus sebgai suamiku, maka aku berusaha menjalankan kodratku sebagai seorang istri. Aku berusaha mengabdi padamu! Aku belajar mencintaimu. Dengan tipu dayamu, aku berhasil kau taklukkan, aku jatuh hati padamu. Tapi, itu dulu. Sekarang aku sudah sadar siapa kau. Kau yang memang aslinya  bajingan tetap saja bajingan! Talak aku sekarang!”

“Wah, kau sombong juga ternyata, ya! Kau pikir kau itu siapa?  Sok kecantikan …. Seribu perempuan cantik seperti kau  bisa aku dapatkan  dengan uangku, tau kau!  Denganmu, aku hanya terjebak! Orang kampung  yang kolot itu memaksaku menikahimu! Kau pikir aku cinta padamu, begitu? Jangan besar kepala kamu, ya! Kau itu hanya perempuan kampung, yang kebetulan paling cantik waktu itu kulihat untuk ukuran orang kampung! Waktu itu juga karena aku kesepian, tak punya hiburan di kampungmu yang terpencil itu! Jangan  kepeden kamu!”

“Kau sudah puas menelanjangi dirimu? Kau sudah puas menceritakan semua kebusukanmu, ha? Sekarang talak aku, lalu ijinkan aku pergi dari sini! Kenapa istrimu itu mengurung aku di sini? Talak aku! Lalu biarkan aku pergi!”

“Dengar  sebenarnya aku bisa saja talak kau sekarang! Aku juga tidak butuh kau! Tapi, sayang sekali kau  dalam keadaan  hamil! Kok bisa kau hamil, coba! Padahal aku sudah memberimu obat anti hamil!”

“Tidak penting lagi kau bahas itu! Talak aku! Itu yang penting!”

“Kau pikir gampang talak kau begitu saja, hah! Keluargamu, warga desamu, juga perangkat-perangkat desa di kampungmu itu, akan menuntutku karena menceraikan kau yang sedang hamil. Kau gugurkan dulu kandunganmu itu? Setelah  itu, aku akan talak kau. Cuma itu jalan satu-satunya!”

“Kau …. Kau sama saja dengan ibumu, juga istrimu! Kenapa kalian mempermasalahkan anak ini?”

“Karena  aku, ibuku, juga istriku, tak mau ada bagian dari diriku yang tertinggal padamu setelah aku mentalak kamu, mengerti?”

“Licik! Kau jahat!”

“Kenapa? Kau merasa sedih harus kehilangan calon anakku  yang ada di perutmu itu, hem? Hehehe … kau pasti sengaja mempertahankan dia, agar kau bisa mengikat aku, iyakan?  Kau pikir aku akan mempertahankanmu demi anak itu? Sayang sekali, aku tak butuh anak itu, Rinay!”

*****

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status