Home / Romansa / Bukan Istri Pemuas Nafsu / Bab 7.  Ramuan Penggugur Kandungan

Share

Bab 7.  Ramuan Penggugur Kandungan

last update Last Updated: 2022-12-08 18:59:31

“Baik, aku mau bukti! Dia harus mengugurkan kandungannya di depan mataku, lalu  Mas Bagas harus talak dia,  juga di depan mataku!  Bawa perempuan ini masuk!” tegas Tatiana lalu melangkah pergi.

“Begitu? Itu yang kau inginkan?” Rinay menghentikannya. 

“Kau berani berbicara padaku? Lihat dirimu! Apa pantas manusia rendah seperti kau berbicara dengan perempuan terhormat seperti aku, ha?” Tatiana berbalik, lalu mencengkram dagu Rinay dengan kasar.

“Jangan pernah sentuh aku!” bentak Rinay menepis cengkraman di dagunya. “Jangan pernah kalian bermimpi bisa mengugurkan kandunganku! Aku bisa membesarkannya meski tanpa suami!  Aku tak butuh laki-laki bangsat itu! Ambil dia untukmu!”

Aku tak butuh laki-laki bangsat itu! Ambil dia untukmu!” ketus Rinay langsung beranjak pergi. Tas kain miliknya tak lupa dia ambil dulu di dekat gerbang.

“Mau ke mana kau?” Tatiana menyambar tangannya.  “Kau pikir, kau bisa keluar dari rumah ini begitu saja, setelah aku tahu kau mengandung anak suamiku, ha? Sini kau!” paksanya menarik tangan Rinay.

“Mau apa kau? Lepaskan! Kau mau bawa aku ke mana?” Rinay mencoba meloloskan diri dari tarikan kasar dan kencang Tatiana. Tetapi Tatiana malah makin kencang mencengkram. Makin kuat Rinay berusaha melepaskan diri, makin dalam kuku-kuku panjang dan runcing Tatiana menancap di daging pergelangan tangannya.

“Bantu aku menyeret perempuan ini, Ma! Bang Aman, tutup dan kunci gerbangnya!” perintah Tatiana kepada ibu mertua dan penjaga kemanaan di rumah besar itu.

Rahayu langsung mencengkram tangan Rinay yang satu lagi, sementara Aman juga terpaksa melaksanakan perintah Tatiana, meskipun hatinya menolak. Betapa dia ingin  membantu Rinay  terlepas dari seretan kedua majikannya. Namun, dia takut kehilangan pekerjaan karena itu. Anak dan istrinya bisa-bisa tak makan lagi, kalau sampai dia dipecat dari tempat ini. 

“Lepaskan aku!” teriak Rinay dengan tubuhnya yang terseret. Kondisinya yang lemah karena baru saja muntah-muntah memudahkan kedua perempuan itu menyeretnya secara paksa.

Aman kembali menelepon Bagas. Kali ini disertai ancaman. “Bapak datang cepat! Perempuan hamil yang bernama Rinay itu sedang diseret masuk ke dalam rumah oleh Nyonya Rahayu dan Non Tatiana. Jika dalam tempo sepuluh menit Bapak tidak datang, terpaksa aku akan lapor polisi! Enggak peduli meski aku kan dipecat dari sini!” ancamnya menutup telepon. Dia meraih tas kain milik Rinay, lalu membawanya ke pos jaga.

Sementara Rinay kini sudah berada di dalam rumah. Tatiana mendorongnya masuk ke dalam gudang, tepat di samping dapur. Rahayu masih membantunya dengan setia. Bik Lastri, ART di rumah itu sontak menghentikan aktivitasnya. Berlari menyusul ke arah gudang.

“Ada apa ini, Nyonya, Non? Siapa perempuan ini? kenapa di seret-seret?” tanyanya panik sekaligus iba.

“Perempuan ini pelakor! Bibik tau pelakor? Enggak penting juga Bibik tau! Dia hamil! Hamil anak suamiku. Sekarang, cepat Bibik siapkan ramuan untuk mengugurkan kandungannya. Bibik pasti tau, kan, apa ramuannya! Cepat siapkan! Kalau enggak ada bahannya, suruh dibeli Bang Aman! Aku tunggu paling lama setengah jam! Cepat!” perintah Tatiana mengagetkan wanita  empat puluh lima tahun itu.

“Ramuan menggugurkan kandungan? Waduh, saya enggk paham, Non! Saya ….”

“Cepat, Bik!” Tatiana mendelik. “Minggu lalu bibik membuatkan ramuan itu untuk pembantu rumah seberang, kan? Pembantu seberang itu hamil padahal enggak punya suami, begitu, kan? Bibik membantunya membuatkan ramuan penggugur kandungan! Bibik pikir aku enggak tahu, apa? Sekarang buat lagi yang seperti itu, cepat!”

“Tapi, Non ….”

“Waktu Bibik tinggal dua puluh sembilan menit! Awas kalau enggak ada! Bibik kupecat! Keluar semua! Biar dia di dalam sendirian!” Tatiana lalu mengunci pintu gudang dari luar, lalu meningglkan tempat itu diikuti sang mertua.

Bik Lastri terhenyak. Bingung dan ketakutan. Benar minggu lalu dia ada membuatkan ramuan buat  Yayuk, seorang  janda yang bekerja sebagai ART di rumah seberang. Tetapi, itu terpaksa dia lakukan karena pacar Yayuk yang seorang supir taksi tiba-tiba menghilang. Yayuk memohon-mohon bantuannya karena takut dipecat sang majikan.

Lastri  sangat menyesal, bersumpah tak akan pernah melakukan itu lagi. Tapi sekarang, Tatiana memaksanya lagi. Setengah jam waktu yang dia punya terus berjalan. Haruskah dia akan kehilangan pekerjaan kali ini?

*

“Sayang?” Bagas buru-buru membuka pintu kamar.

“Kamu pulang? Enggak jadi ke terminal?” Tatiana menurunkan layar ponsel dari wajahnya. Bangkit dari baringnya, lalu bersender di bagian kepala ranjang. “Ibumu yang nelpon, ya? Makanya kamu cepat-cepat pulang ke rumah? Dasar berengsek!” sinisnya tersenyum miring.

“Sayang, Rinay itu ….”

“Istri sirimu!”  sergah Tatiana memotong ucapan Bagas.  

“Kau udah janji akan talak dia sebelum menikahiku waktu itu! Seluruh keluargamu bahkan bersaksi bahwa kau sudah talak dia! Aku dan papaku percaya! Nyatanya apa? Kau tak pernah talak dia! Bahkan saat ini dia hamil anakmu!” lanjutnya dengan nada penuh emosi.

“Begini, Sayang, sebenarnya aku sudah talak dia, tapi dia enggak mau. Dia ngancam mau bunuh diri kalau aku talak.”

“Bohong! Aku tidak percaya! Aku akan aduin ini ke papa aku. Aku pastikan kau dan papamu akan dipecat dari perusahaan Papa aku detik ini juga.”

“Jangan, Sayang! Mas minta maaf. Tolong jangan lakuin itu, ya! Mas akan talak dia sekarang, hem?”  Bagas memeluk Tatiana. Secepat kilat wanita itu menepisnya.

“Kau talak dia sekarang, di depan mataku? Kau mau?” tantangnya menatap tajam tepat di bola mata Bagas.

“Baik, aku akan lakukan.”

“Ok, tapi setelah perempuan itu keguguran! Aku tidak mau ada bagian dari dirimu yang tertinggal bersamanya. Aku enggak mau  anak itu akan menjadi alasan bagimu untuk kembali kepadanya kelak! Kau harus talak dia setelah dia menggugurkan kandungannya, paham!”

“Tentu, Sayang. Mas akan bujuk dia mengugurkan kandungannya, ya!”

“Membujuk? Hehehehe ….” Tatiana terkekeh sumbang. “Kau mau membujuk dia sambil peluk, sambil cium, begitu?” sinisnya dengan alis terangkat sebelah. “Tak ada bujukan! Bik Lastri sudah aku paksa membuatkan ramuan penggugur kandungan! Dua tiga kali meminum ramuan itu, aku yakin istri dekilmu itu akan keguguran. Setelah perempuan itu keguguran, mungkin besok atau lusa, baru kau talak dia! Kau balik saja ke kantor!”

“Kenapa tidak bawa ke dokter kandungan saja, Sayang? Mas khawatir dia kenapa-napa kalau minum ramuan sembarangan.”

“Khawatir? Kau mengkhawatirkan dia? Artinya kau masih sangat sayang sama dia?”

“Bu-bukan begitu, Tian …. Tapi, resikonya terlalu besar. Bagaimana kalau dia pendarahan, lalu ….”

“Lalu apa? Lalu mati, begitu? Ok, aku akan telpon Papa. Aku mau kita cerai!”

“Ok, ok. Aku ikuti kemauan kamu, Sayang! Baiklah, aku kembali ke kantor.” Bagas melangkah gontai meninggalkan kamar. Tatiana tersenyum penuh kemenangan.

Bagas tidak langsung blik ke kantor, tetapi  berbelok ke arah dapur, langsung menuju gudang. Dengan tangan gemetar, dia memutar anak kunci

****

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 66. Tamat (Bagas Menderita Gangguan Mental)

    *****“Rindi … Rin … Rindi ….” Rinay memanggil. Bocah dua tahun itu tak ada di kamarnya. Harusnya dia tidur siang di jam seperti ini. Di kamar anak-anak hanya ada Deo sedang tertidur pulas.“Ning, Rindi mana?” teriak Rinay sambil berjalan menuju dapur.“Enggak ada di kamarnya, ya, Bu? Palingan main di halaman depan, seperti biasa,” jawab Ningrung sambil mencuci piring di samping meja kompor.“Loh, kan ini jam tidur siang anak-anak, Ning? Kenapa dibiarin main?”“Non Rindi selalu terbangun di jam seperti ini, Bu! Dia udah kenyang tidur siang, kok!”“Terus, dia main sendiri di halaman depan, begitu? Enggak ada yang mengawasi?”“Biasanya juga enggak lama, Bu. Bentar lagi juga balik. Dia marah kalau saya ikutin. Katanya dia mau main sendiri. Lagian di depan kan ada penjaga dan satpam.”“Lain kali, tolong jangan biarkan anak anak main sendiri! Meskipun ada penjaga di depan!”“Baik, Bu! Saya akan susul Non Rindi!”“Enggak usah, biar saya susulin sendiri!”***“Ooom …. Oooom …!” Seorang

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 65. Tatiana Melabrak Rinay

    *****“Bapak … saya … saya tidak percaya ini?” lirih Rinay kembali menundukkan wajah basahnya.Aldo kembali meraih dagu wanita itu, membawanya tengadah, lalu mengikis jarak di antara mereka. Embusan napas keduanya saling menerpa wajah masing masing. Betapa Rinay ingin menunduk, namun tak bisa lagi karena Aldo menahannya.Tak ada yang bisa dia lakukan selain memejamkan mata, saat wajah Aldo kian mendekat, hingga tak ada lagi jarak. Sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Sentuhan paling lembut yang pernah dia terima. Bahkan Bagas tak pernah seperti ini caranya. Sentuhan sang manta suami selama ini teramat brutal, selalu membabi buta mengacak acak setiap senti kulit wajahnya.“Aku mencintaimu, Rinay! Tolong terima aku dan anakku! Kumohon,” pinta Aldo berbisik lembut di dekat telinganya.Tak ada penolakan, tak ada gelengan kepala. Namun, Rinay juga tak sanggup meski sekedar untuk mengangguk. Aldo telah menyatukan mulut dan bibir mereka.Wanita yang tengah hamil tiga belas mingg

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 64. Lamaran Aldo Saat Rinay Ketakutan

    *****Aldo pulang lebih awal sore ini. Keputusan Hendrawan yang akan memecat Bagas dan memaksa pria itu menceraikan Tatiana sangat mengganggu pikirannya. Bagas pasti akan marah dan bis saja melampiaskannya kepada Rinay. Tatiana juga sama. Dengan status jandanya dia pasti akan datang mengacau kehidupan Aldo selanjutnya. Semua itu akan berdampak pada Rinay. Wanita itulah yang akan menjadi sasaran mereka selanjutnya.“Rinay di mana?” tanyanya begitu memasuki rumah, Bik Yuni yang menyambutnya.“Di kamar Den Deo, Pak,” jawab Bik Yuni seraya meraih tas kerja sang majikan.“Ya, saya akan langsung menemuinya!” Aldo menuju tangga. Itu membuat Bik Yuni gelisah.“Maaf, Pak. Saya duluan, ya!” pamit seraya berjalan cepat menapaki anak tangga. Sikapnya yang gelisah dan buru-buru sempat membuat Aldo curiga, namun dia urung menegurnya. Dengan langkah tenang dia mengikuti Bik Yuni. Langkahnya terhenti di ambang pintu kamar putranya.“Nay …! Bangun! Bapak Datang! Nay …! Nanti Bapak marah, kalau nge

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 63. Rahasia Bagas Terbongkar

    “Anda … pasti berbohong!” Hendrawan menatap Aldo dengan tajam.“Saya tidak bohong, sebenarnya saya tak ingin mengatakan hal ini kepada Om. Saya berharap Om akan mengetahui sendiri nanti, tapi tidak dari mulut saya. Nyatanya Om membuat saya emosi. Maaf, Om harus mendengar informai tak enak ini,” tutur Aldo dengan nada rendah. Betapa dia khawatir sekarang, dia takut Hendrawan kenapa-napa.“Jadi, perempuan kampung itu ada di kota ini? Peremupan licik, murahan, tak tau malu! Buat apa dia mengejar Bagas ke sini? Baik, aku akan mengembalikannya ke kampung sana dengan caraku! Tapi, kenapa Bagas dan Tatiana merahasiakan ini dariku?” Hendrawan yang awalnya emosi, berubah sayu. Dengan tatapan menerawang dia lalu mendesah berat.“Om mengenal Rinay?” tanya Aldo kebingungan.“Bagaimana dia bisa hamil, bukankah Bagas sudah menalak dia begitu proyek irigasi itu selesai waktu itu? Lalu, Bagas meninggalkannya di kampung sana. Bagas juga berjanji tak akan pernah tidur dengan perempuan itu. Tapi, ke

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 62. Pertengkaran Ado Dengan Ayah Tatiana

    “Masuk, Om!” sapa Aldo langsung bangkit dan keluar dari mejanya. Pria itu berjalan menyongsong Hendrawan.“Apa kabar, Om?” tanya Aldo lalu mengulurkan tangan hendak menyalam pria yang sebaya dengan papanya itu. Namun, tangannya mengambang di udara. Hendrawan tak mau menerima uluran tangannya.“Nih, Lihat!” Hendrawan melemparkan dua lembar kertas foto di lantai, tepat di kaki Aldo.“Ini hasil perbuatan Anda, bukan? Anda puas?” bentaknya menunjuk wajah Aldo.“I-ini, ini apa, Om?” Aldo terkejut. Pelan dia berjongkok, lalu meraih kedua foto itu. Gambar sebuah mobil yang sudah remuk terlihat di foto itu. Sesaat Aldo berfikir dn mencoba mengingat, dia seperti mengenal mobil itu. Tetapi lupa, di mana dan mobil siapa.“Oh, ini … mobil Pak Bagas. Ya, saya ingat sekarang, ini mobil Pak Bagas,” ucap Aldo kemudian. Kini dia paham, apa maksud kedatangan Hendrawan. Pasti untuk menuntut dirinya, karena anak buah Aldo yang telah menghancurkan mobil itu.“Apa maksud Anda melakukan ini, Pak

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 61. Mertua Bagas Mendatangi Aldo  

    “Lepaskan saya, Pak?” kata Rinay setelah semua penyerang bar-bar itu diusir paksa oleh anggota Aldo.“Oh, iya, maaf! Kamu baik-baik saja?” Aldo spontan melepas pelukannya.“Hem, terima kasih. Untung Bapak datang, dari tadi saya mengetuk pintu kamar, tapi Bapak tidak bukakan,” lirih Rinay mengusap pergelangan tanganya yang memar karena bekas cekalan paman Maya tadi.“Aku tidak mendengar, bukan tidak mau membukakan. Aku terbangun justru karena mendengar tangis Deo. Astaga, itu artinya Deo yang menyelamatkanmu, Rinay!” Aldo bagai tersadar.“Begitukah? Bapak terbangun karena mendnegar tangisnya, itu artinya ikatan batin di antar kalian begitu kuat, Pak.”“Sepertinya dia sengaja membangunkanku, karena pengasuh yang sangat dia sayangi dalam bahaya.”“Oh.”“Hem. Kamu mungkin tidak sadar, ikatan batin justru terjalin antara kau dan Deo. Bukan dengan Maya.” Aldo menatap Rinay dengan lekat.Rinay menunduk. “Maaf, saya pamit ke kamar Den Deo. Permisi, Pak!” pamitnya merasa jengah.“Ya, Bik Yuni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status