Share

Terbawa Perasaan

"Zelina, kenapa tidak bersama Vano, Sayang?" Zelina tersenyum lembut, lalu memeluk Sania pelan.

"Vano tidak balas pesan aku, Tante. Jadinya aku ke sini sendiri."

Sania bedecak, dia menuntun Zelina untuk duduk di sofa. "Anak Tante itu benar-benar, padahal ada acara keluaraga seperti ini. Bisa-bisanya dia acuh tak acuh, kebiasaan sekali memang. Nanti tante jewer kalau dia sudah datang."

Zelina tertawa kecil. "Oh, iya. Tante, aku bawa brownies, kebetulan ada resep baru, jadi aku coba-coba deh."

Sania berbinar kala melihat beberapa box brownies yang Zelina sodorkan."Astaga! Apa yang tidak kamu bisa lakukan, sih, Sayang? Mingggu depan kita masak bareng, yuk?"

Seketika raut wajah Zelina berubah sendu, dia menatap Sania dengan pandangan bersalah. "Maaf, Tante. Untuk kedepannya aku ada pemotretan di luar kota. Atau gini aja, aku langsung ke sini setelah pulang. Bagaimana?"

Bukannya menjawab, Sania justru memeluk Zelina erat. "Tidak apa-apa, Sayang. Bisa kapan-kapan. Andai Tante punya ana
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status