Share

Bukan Istri Sah
Bukan Istri Sah
Penulis: Kanietha

Bukan Istri Sah

“Damay,” ujar gadis 19 tahun itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.

Wanita dengan penampilan modis khas ibukota itu pun, mengulurkan tangan kepada Damay. Tanpa senyum, hanya menampilkan tatapan datar. Cenderung tidak suka.

“Mentari, panggil aja Tari,” balasnya singkat tanpa minat sama sekali. Bisa-bisanya, gadis yang berasal dari daerah itu dalam sekejap mata menjadi istri pria yang sudah menetapkan tanggal pernikahan dengannya.

Bumi, pria yang berdiri canggung di antara dua wanita itu semakin salah tingkah dan serbasalah. Sungguh, menikah dengan gadis yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali, bukanlah kemauan Bumi. Namun, Bumi tidak bisa mengelak karena mereka terjebak dalam situasi yang tidak terelakkan.  

“Ayo, kita pulang,” ujar Bumi meraih tangan wanita yang akan dinikahinya, dalam kurun waktu tidak sampai satu bulan lagi. Tatapan Bumi lantas beralih pada Damay. Ada setitik rasa benci di hati, karena Bumi yakin gadis itu juga ikut menjebaknya hingga semua berakhir seperti sekarang. “Ikuti kami dan jangan jauh-jauh, aku nggak mau tanggung jawab kalau kamu hilang di bandara.”

Damay mengangguk dan memaksakan senyum itu melengkung di bibirnya. Ia tahu pasti, Bumi membencinya, tapi, Damay juga tidak punya pilihan lain selain menikah dengan pria itu. Andai waktu bisa diulang, insiden memalukan yang terjadi dua hari yang lalu itu pasti tidak akan terjadi pada mereka.

Di antara keramaian hiruk pikuk terminal kedatangan Bandara Soekarno-Hatta, Damay berjalan di belakang Bumi dan Tari yang bergandengan erat. Damay tidak iri, maupun cemburu karena di antara dirinya dan Bumi juga tidak ada perasaan sama sekali. Damay hanya sudah pasrah dan tinggal menapaki takdirnya dengan baik untuk ke depannya.

“Duduk di belakang,” titah Bumi pada Damay, sembari membukakan pintu mobil untuk Tari. Bumi bahkan tidak mau repot-repot membuka pintu bagasi untuk meletakkan koper yang dibawa oleh Damay. Yang ada di pikiran Bumi saat ini, hanyalah nasib pernikahannya dan Tari ke depannya.

Setelah mereka masuk ke mobil, Bumi tidak langsung melajukan mobil Tari keluar dari parkir bandara. Bumi hanya menyalakan mesin, dan membiarkan pendingin udara menyejukkan hawa panas yang masih menggulung di dalamnya. Ada beberapa hal, yang harus dibicarakan terlebih dahulu di antara mereka bertiga.

Bumi dan Tari kompak memutar separuh tubuh mereka untuk menatap Damay yang duduk di belakang.

“Jadi, May—”

“Begini, Kak,” sela Damay memberanikan diri mengangkat wajah untuk memotong ucapan Bumi. “Karena saya sudah di Jakarta, dan jauh dari Samarinda, juga jauh dari keluarga saya, Kakak sudah bisa ceraikan saya, dan bisa nikah sama Kak Tari dengan tenang.”

What the hell a—”

“BETUL!” Tari yang setuju dengan ucapan Damay langsung berujar keras sembari menjentikkan jari. “Kalian, kan, cuma nikah siri di sana, jadi, nggak ada masalah kalau kamu cerain Damay, Yang.”

Bumi berdecak sembari menatap Tari dengan ekspresi yang tidak bisa ia jelaskan sama sekali. “Yang, keluar bentar,” pinta Bumi lalu lebih dulu keluar dari mobil, dan menunggu wanita yang sudah dipacarinya selama lima tahun itu menyusulnya.

Tari segera menyusul Bumi yang sudah berdiri tepat di depan mobil dan bersandar di sana. “Kenapa kamu kayaknya nggak setuju dengan usulan Damay barusan? Kamu sudah mulai ada rasa sama dia? Jangan-jangan—”

“Yang,” putus Bumi lalu berdecak, “gila aja aku langsung cerain dia. Kalau ada keluarganya dari Kalimantan datang ke sini, terus tahu aku sudah cerai sama Damay, senjataku bisa aja mendadak hilang kalau mereka sakit hati. Mati ajalah sekalian daripada nggak punya—”

“BUMI!” Tari mengentak satu kaki lalu bersedekap kesal menatap calon suaminya. “Ini Jakarta! Jangan—”

“Sssttt ….” Bumi meletakkan terlunjuknya pada bibir Tari, karena kepalanya pun sudah pusing memikirkan jalan keluar yang terbaik. “Jangan buru-buru ngambil keputusan, aku mau bicarain semua sama keluarga dulu, gimana baiknya.”

“Terus pernikahan kita?” Tari segera menepis tangan Bumi dengan kasar.

“Ya, tetaplah, Yang,” ujar Bumi meyakinkan sang kekasih hati. “Tanggal, undangan, baju, tempat, semua sudah disiapin, nggak mungkin kita batalin cuma karena dia.” Bumi menoleh ke dalam mobil dan menunjuk Damay dengan dagunya.

“Tapi kamu sudah nikah duluan sama dia, kan?” Tari masih belum bisa tenang jika Bumi tidak menceraikan Damay terlebih dahulu.

“Cuma siri, Yang,” ujar Bumi sembari menarik pinggang Tari ke arahnya. Menghabiskan jarak mereka, lalu Bumi pun menangkup wajah cantik itu agar menatapnya. “Dan tahu sendiri, aku nikah sama dia karena dijebak. Bukan karena aku suka sama dia. Kenal aja nggak.”

Tari pun dengan manja mengalungkan kedua tangannya pada pinggang Bumi. “Tapi tetap aja, aku nggak nyaman karena dia juga istrimu sekarang.”

“Dia bukan siapa-siapa,” ungkap Bumi meyakinkan sang calon istri yang sangat dicintainya. “Jadi, kita jalani semua yang sudah direncanakan, dan nggak usah pedulikan dia. Karena nantinya, cuma kamu istriku satu-satunya di mata semua orang.”

“Terus dia?” Tari melirik sekilas ke dalam mobil lalu mencibir ke arah Bumi. “Dia juga istrimu, kan?”

“Yaaa, tapi, bukan istri sah.”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Amier
kerseeeeenya
goodnovel comment avatar
Shifa chibii
baru mulai baca dan langsung Terlope Lope (◠‿◕)
goodnovel comment avatar
Yielda Sofyan
keereeennn mbak Beyybbb..... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status