Share

6. Rumit

                Anne berpegangan pada setiap dinding yang ia lewati. Perasaannya begitu hancur. Kalimat dari Austin yang barus saja terlontar terngiang-ngiang di dalam ingatannya. Tidak ada lagi airmata yang mengalir pada pipinya. Terasa kering dan kosong seperti hatinya.

‘Kau pikir, aku sudi menikahimu?’

‘Kalau bukan karena Elena yang memohon padaku sampai aku muak karena setiap hari harus mendengar namamu, aku tidak akan pernah menikahimu! Tidak akan pernah, Anne!’

‘Wanita kotor!’

‘Wanita licik!’

‘Jangankan memiliki perasaan untukmu, aku bahkan merasa jijik saat aku berpapasan denganmu!’

                Sumpah serapah yang Austin katakan begitu tegas tanpa adanya keraguan. Perasaan Anne sudah hancur lebur tanpa sisa. Anne tidak bisa mengelak karena pada kenyataannya, ia menerima sejumlah uang atas pernikahannya dengan Austin. Anne tidak memungkiri hal itu.

                Anne seharusnya diam, menerima dan tidak terluka saat Austin menghinanya. Pada dasarnya, ia menikah karena uang. Ia menerima takdirnya menjadi istri kedua karena uang. Lagi-lagi tentang uang. Anne sudah seperti menjual dirinya sendiri. Namun, apakah hanya itu alasannya?

“Anne!”

                Anne menoleh. Sosok yang begitu baik, sosok yang selama ini peduli denganya. Hanya Elena yang akan selalu hadir pada masa terpuruknya. Anne malu untuk menyapa. Anne malu karena gagal mejadi wanita yang kuat seperti Elena.

“Maaf, Kak. Aku sedang ingin sendiri,” ujar Anne sembari memalingkan wajahnya.

“Apa kau akan menyerah, Anne?” tanya Elena.

                Anne ingin sendiri untuk menjernihkan kembali otaknya yang sedang kacau. Namun, pertanyaan Elena seperti mengundang emosinya. Anne menarik napasnya dalam-dalam. Elena tidak layak untuk mendapatkan amarahnya.

“Kak Elena inginkan anak, bukan? Aku akan berikan,” kata Anne.

                Elena terbelalak. Ia tidak menyangka kalau Anne akan mengatakan itu di saat dirinya sedang kacau. Namun, Elena menunduk dan tersenyum getir.

“Maaf kalau aku membebanimu, Anne.”

“Kak!” panggil Anne. “Bagaimana jika aku menyerah?” lanjutnya.

“Terserah!”

                Anne merasa ada nada kemarahan dalam suara Elena. Elena tidak melihat ke arah Anne. Hal itu membuat hati Anne lebih sakit dibandingkan sebelumnya. Elena yang terdiam seperti itu, membuat Anne merasa dirinya begitu egois.

                Anne mendekati Elena. Memegang lengan Elena sembari menatap sayu tanpa paksa. Sulit dijelaskan menggunakan kata-kata. Semuanya terasa begitu rumit.

“Kak, aku minta maaf. Maaf sudah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak aku katakan,” ucap Anne.

“Kau benar. Kau tidak perlu minta maaf,” ujar Elena. “Kenyataannya, aku memanglah istri yang gagal,” sambungnya.

                Elena menyingkirkan tangan Anne yang menyentuhnya. Ia tersenyum pahit dan mengambil langkah pergi. Dada Anne semakin sesak saat melihat punggung Elena yang semakin jauh meninggalkannya. Torehan luka yang Austin berikan, ternyata bukan apa-apa.

“Kak!” teriak Anne memanggil Elena. “Aku tidak akan menyerah!” lanjutnya.

                Terdapat sebuah kekecewaan yang belum larut dalam diri Elena. Keegoisan diri yang berdasar keinginan atau kasih sayang. Mereka berdua merupakan dua wanita yang berbagi suami. Sama-sama saling membutuhkan. Namun, bagaimana jadinya kalau keduanya sudah terluka?

“Kau boleh menyerah sesuai dengan keinginanmu, Anne. Aku sama sekali tidak ingin memaksamu,” sahut Elena tanpa menoleh meski langkahnya terhenti beberapa saat.

“Aku menyadari sesuatu,” kata Anne. “Alasan kenapa aku menerima pernikahan ini,” lanjutnya.

                Elena memutar tubuhnya. Ia kembali pada Anne dan memeluknya yang sedang menangis seperti seorang adik yang merengek pada kakaknya. Elena memberikan kenyamanan yang selama ini belum pernah ia rasakan.

“Jadi, kau menerima pernikahan ini bukan karena kau menyukai Austin?” tanya Elena.

                Anne menggeleng. “Aku menerima karena demi membuatmu menjadi istri sempurna,” jawab Anne.

‘Anne, andai hubungan kita tidak dipertemukan dalam keadaan seperti ini, tentu saja aku sangat bahagia. Sayangnya, meski kau melakukan semuanya demi aku, tapi—‘ batin Elena tanpa meneruskan apa yang sedang ia pikirkan.

“Anne, aku akan membuatmu memiliki waktu untuk bulan madu bersama Austin. Tapi, kau harus belajar memahami apa yang Austin sukai. Bagaimana?” tanya Elena.

                Anne ingin menolak, tapi ia sudah mengatakan dengan yakin kalau ia tidak akan menyerah. Anne hanya bisa mengangguk dan menepis keinginannya sendiri.

“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Anne.

“Buatlah Austin merasa senang. Rebut segala perhatian yang membuatnya bangga dan tersipu.”

                Apakah sebesar itu keinginan Elena, sehingga mengalahkan cintanya? Bagaimana bisa seorang istri meminta wanita lain untuk merebut perhatian suaminya tanpa ada luka yang terlihat? Pikir Anne. Namun, isi hati seseorang hanyalah diri mereka yang mengetahuinya. Anne tidak bisa menebak seberapa besar Elena menahan kesakitannya demi sebuah harapan.

“Heuh!” Anne tersenyum hambar. “Semua hal yang aku lakukan, hanyalah sebuah kesalahan baginya. Aku sampai enggan untuk mendekat lagi,” ucap Anne. Sekujur tubuhnya terasa merinding membayangkan bagaimana Austin akan mencaci-makinya.

“Terkadang, ungkapan yang sulit dikatakan membuat semuanya runyam. Kau harus membuat Austin bicara, sampai akhirnya dia bisa baik padamu meski hanya sedikit.”

“Apa Kak Elena akan membantuku?” tanya Anne.

                Terdengar suara langka kaki seseorang. Elena dan Anne sama-sama menoleh secara bersamaan. Sosok yang datang membuat Anne menelan salivanya.

“Apa kau akan terus menggadaikan suamimu, Elena?”

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status