Share

Bab 111

Penulis: Ayesha
Bandara.

Brielle menggandeng Anya dan bertemu dengan Harvis. Melihat gadis kecil yang manis itu, Harvis langsung merasa senang, sementara Anya pun cepat akrab dengannya. Maklum, anak-anak juga kadang menilai dari wajah.

Sebelum naik pesawat, Harvis sempat membelikannya sebuah mainan, membuat Anya semakin menyukainya.

Brielle melihat mereka bisa berinteraksi dengan baik, hatinya ikut merasa tenang. Setidaknya, di pesawat nanti ada satu orang lagi yang bisa membantunya menjaga Anya.

Dua jam kemudian, penerbangan mereka mendarat dengan selamat.

Begitu keluar dari bandara, Harvis memesan mobil dan mereka langsung menuju hotel bintang lima dekat Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional untuk check-in.

Karena masih ada dua hari sebelum acara penghargaan, Brielle memutuskan mengajak Anya berkeliling Kyoza, menikmati sejarah dan suasana kota tua. Harvis juga tidak keberatan menjadi "ayah dadakan" yang sigap menemani. Saat mereka berjalan bersama, suasananya bahkan seperti keluarga kecil yang harmonis
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 162

    Brielle kemudian mengambil spidol fluoresen, lalu mulai memasuki inti presentasinya hari itu. Dia membalikkan badan, lalu menggunakan spidol penanda untuk menunjuk bagian yang dia jelaskan, tetapi tetap menjaga sikap sopan dengan sesekali menghadap audiens.Teori-teori ilmiah yang rumit, seakan menjadi sesuatu yang alami dan mudah di tangannya. Suaranya jernih dan indah, tetapi mengandung wibawa dan kekuatan yang membuat orang tak berani meremehkannya.Di bawah panggung, belasan anggota tim tamu dari luar negeri mendengarkan dengan penuh perhatian. Beberapa bahkan langsung membuka laptop dan mencatat di tempat.Banyak orang yang hadir sebenarnya tidak benar-benar mengerti penjelasan Brielle, misalnya para mahasiswa di bagian belakang. Untungnya, meskipun Brielle berbicara dalam bahasa Inggris, layar proyeksi menampilkan terjemahannya sehingga mereka bisa mengikuti.Tatapan Raka tampak dalam dan sulit ditebak, sementara Lambert dan Jay mendengarkan dengan mudah sekaligus merasa kagum. M

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 161

    Brielle mengarahkan pandangannya dan melihat Devina mengenakan setelan modis yang tetap memancarkan kesan seksi, dengan rambut panjangnya terurai ke belakang. Dia berjalan di depan, sementara Jay mengikuti di belakangnya.Devina menengadah sekilas ke arah panggung. Saat melihat Brielle, entah itu karena terkejut atau nyaris tersandung, langkahnya tampak goyah. Ketika dia hendak duduk, tubuhnya limbung sejenak lalu terjatuh ke dalam pelukan Raka.Lengan Raka segera terulur untuk melingkari pinggangnya dan menopang bahu Devina agar tidak jatuh.Jay juga buru-buru duduk. Dengan bantuan Raka, Devina berhasil menstabilkan diri. Dia menyibakkan rambut panjang di pelipis, lalu tersenyum manja bercampur genit pada Raka sebelum menoleh ke arah Brielle di atas panggung.Dalam tatapan matanya, terselip kilatan puas yang hanya bisa dipahami Brielle.Devina baru saja datang, sehingga dia tidak tahu mengapa Brielle berada di panggung. Dia berpikir, mungkin Brielle telah bergabung dengan tim kerja da

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 160

    Waktu menuju presentasi tinggal tiga menit lagi. Brielle berjalan dari arah toilet, kebetulan melihat Raka sedang menerima telepon di luar ruang presentasi. Begitu mata mereka saling bertemu, Raka menutup teleponnya, seolah-olah ingin menghampiri dan berbicara dengan Brielle.Namun, Brielle segera memalingkan wajah dan masuk ke ruang istirahat. Gerakan itu membuat langkah kaki Raka sedikit terhenti, lalu dia berbalik dan masuk ke aula."Brielle, sebentar lagi sudah boleh masuk." Harvis mengingatkannya dari samping.Brielle mengangguk, merapikan pakaiannya. Barusan dia sempat menambahkan lipstik di toilet, membuat bibir merahnya tampak segar dan menawan. Wajah mudanya yang cantik jelita, bukan terlihat seperti seorang peneliti yang hendak naik panggung, melainkan seperti seorang artis yang akan berjalan di karpet merah."Nggak ada masalah, 'kan?" Brielle tersenyum menoleh pada Harvis."Tenang saja, kamu pasti sukses. Semoga presentasimu lancar," sahut Harvis sambil ikut tersenyum."Jang

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 159

    Materi yang disiapkan Madeline sudah mulai dipelajari Brielle sejak semalam. Untuk bidang penelitian sel, Brielle sudah punya pengalaman yang sangat kaya di laboratorium. Sekalipun tanpa naskah, dia bisa membawakan presentasi dengan tenang.Tentu saja, karena materi ini memang disiapkan Madeline, Brielle tetap mengikuti alur dan ritmenya.Saat ini, Faye dan Cherlina masuk dari pintu luar. Mereka melihat Brielle yang mengenakan kemeja putih dengan rok ketat panjang. Rambut panjangnya terikat rapi ke belakang, riasannya tipis, wajahnya cantik dan anggun. Seluruh penampilannya memancarkan pesona elegan dan tenang khas akademisi.Faye tertegun. Bukankah Brielle seharusnya gugup sampai berkeringat dingin? Ini pertama kalinya dia naik panggung dan hari ini ada begitu banyak ilmuwan. Dari mana datangnya ketenangan itu?"Brielle, kamu pasti gugup, 'kan?" Cherlina maju, pura-pura menanyakan dengan penuh perhatian.Brielle menoleh, tersenyum tipis. "Nggak juga.""Aku rasa kamu cuma terlihat tena

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 158

    Setelah mengobrol lebih dari 20 menit, keduanya meninggalkan balkon. Hingga pukul 11 malam, Cherlina sudah menguap karena mengantuk."Faye, sudahlah, jangan menunggu lagi. Sudah jam 11 malam, mungkin mereka sudah pergi tidur."Bayangan Brielle dan Harvis yang bermesra-mesraan kembali muncul di kepala Faye, membuatnya begitu iri sampai hampir menggertakkan giginya hingga hancur. Akhirnya, dia menyalakan mobil dan pergi.Sepuluh menit kemudian, Brielle mengantar Harvis keluar. Dia berkata dengan nada menyesal, "Maaf ya, malam ini Anya entah kenapa begitu lengket, sampai menahanmu hingga jam segini.""Nggak apa-apa, Anya sangat lucu, aku juga senang menemaninya." Harvis tersenyum tipis."Sekarang dia sudah nggak sekolah, jadi semakin susah diatur," ucap Brielle dengan tak berdaya."Kembalilah ke dalam, temani dia tidur. Aku akan datang lagi lain kali."Brielle melambaikan tangan mengantar kepergian Harvis. Begitu dia hendak berbalik masuk ke rumah, dari ekor matanya dia melihat sebuah sed

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 157

    "Faye, kamu mau mengikuti mereka?" tanya Cherlina dengan kaget.Faye menggertakkan giginya. "Aku mau lihat sendiri, apakah mereka benar-benar tinggal serumah."Cherlina memang tipe yang suka ikut-ikutan, jadi dia langsung mendukung. "Faye, Brielle memang punya kehidupan pribadi yang nggak beres, tapi jangan sampai dia merusak Kak Harvis! Aku juga nggak tahan lihatnya. Ayo, kita ikuti mereka."Faye cukup jago menyetir. Dia terus membuntuti mobil Harvis sampai berhenti di depan rumah bergaya klasik milik orang tua Brielle. Lokasinya di sebuah jalanan tua, jalannya agak sempit.Mobil Harvis terparkir di depan rumah itu. Harvis dan Brielle turun, lalu masuk ke toko buah di sebelah, membeli dua gelas kopi, dan akhirnya masuk ke rumah."Ya ampun! Mereka benaran tinggal bareng! Lihat tuh, beli buah sama-sama, beli kopi sama-sama. Sudah jelas mereka tinggal serumah!" seru Cherlina dengan kaget sambil menutup mulutnya.Mata Faye langsung dipenuhi rasa iri. Brielle benar-benar tak tahu malu! Sud

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status