Share

Bab 162

Author: Ayesha
Brielle kemudian mengambil spidol fluoresen, lalu mulai memasuki inti presentasinya hari itu. Dia membalikkan badan, lalu menggunakan spidol penanda untuk menunjuk bagian yang dia jelaskan, tetapi tetap menjaga sikap sopan dengan sesekali menghadap audiens.

Teori-teori ilmiah yang rumit, seakan menjadi sesuatu yang alami dan mudah di tangannya. Suaranya jernih dan indah, tetapi mengandung wibawa dan kekuatan yang membuat orang tak berani meremehkannya.

Di bawah panggung, belasan anggota tim tamu dari luar negeri mendengarkan dengan penuh perhatian. Beberapa bahkan langsung membuka laptop dan mencatat di tempat.

Banyak orang yang hadir sebenarnya tidak benar-benar mengerti penjelasan Brielle, misalnya para mahasiswa di bagian belakang. Untungnya, meskipun Brielle berbicara dalam bahasa Inggris, layar proyeksi menampilkan terjemahannya sehingga mereka bisa mengikuti.

Tatapan Raka tampak dalam dan sulit ditebak, sementara Lambert dan Jay mendengarkan dengan mudah sekaligus merasa kagum. M
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Noor Natifah
anjay ... aku senyum-senyum sendiri baca komentar pembaca...
goodnovel comment avatar
Iin Iin
nah... bisa lihat sendiri kan Raka, istri mu bisa berkilau tanpa bantuan mu, dan banyak sekali pria" tampan yg mau dgn istri mu itu..
goodnovel comment avatar
Jihan Dwi Annisa
si Raka cemburu tuh........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 378

    Brielle baru saja duduk di dalam mobil ketika Raka berjalan mendekat. "Sore ini kamu ada waktu?" tanyanya datar.Brielle mengerutkan kening. "Nggak ada.""Aku mencarimu untuk urusan pekerjaan," jawab Raka tenang."Urusan apa?""Kamu sudah dua minggu nggak memberiku laporan perkembangan eksperimen," katanya sambil menatap jam tangannya. "Jam dua nanti aku akan datang ke laboratoriummu." Tanpa menunggu jawaban, Raka langsung berbalik dan masuk ke mobilnya. Dia menyalakan mesin, lalu pergi lebih dulu.Siang itu, di kantin laboratorium, Brielle makan siang bersama Madeline. Mereka sambil berdiskusi tentang arah penelitian terbaru dan kemungkinan pengembangan eksperimen.Obrolan kemudian mengalir ke topik pribadi tentang ayah Brielle."Kalau nggak salah, ayahmu dulu juga seorang peneliti, 'kan?" tanya Madeline sambil tersenyum. "Dia pasti bangga kalau tahu kamu melanjutkan jejaknya."Brielle menunduk sedikit dan berkata dengan suara lembut. "Ayahku memang selalu mendorongku untuk menjadi se

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 377

    Tak lama kemudian, Devina memamerkan gelang giok itu di lingkaran media sosialnya.[ Terima kasih atas perhatianmu, aku sangat menyukainya. (emoji hati) ]Meskipun tidak menyebut nama, semua orang di lingkaran sosialnya tahu siapa yang dia maksud. Kolom komentar langsung ramai.[ Wow! Giok ungu! Ada yang mau dilamar, nih? ][ Selamat, Devina! Sepertinya kabar bahagia sudah dekat! ][ Cowokmu benar-benar royal, ya. Gelang itu minimal harga miliaran, deh! ]Melihat deretan komentar penuh ucapan selamat, bibir Devina perlahan terangkat membentuk senyum puas. Belakangan ini dia memang tertekan oleh sorotan yang didapat Brielle dan sudah lama dia tidak merasa sebahagia ini.Sementara itu, malam itu Brielle baru saja menidurkan Anya dan hendak ke ruang kerja untuk menyelesaikan beberapa dokumen ketika ponselnya bergetar.Pesan dari Syahira masuk.[ Brielle, kamu sudah lihat unggahan Devina di media sosial belum? Dia baru saja pamer gelang giok seharga miliaran. ]Pesan itu disertai tangkapan

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 376

    Raka menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Di dalam ruang makan pribadi itu, semua adalah teman-teman dari kalangan Devina. Di atas meja ada kue besar bertuliskan ucapan selamat. Jelas ini pesta kecil untuk merayakan penghargaan yang baru saja diraihnya."Kak, maaf ya! Aku benar-benar nggak bermaksud bikin panik. Aku Cuma ...." Wajah Raline memerah penuh rasa bersalah. Dia hanya ingin bercanda, tidak menyangka kalau Raka akan langsung datang secepat itu.Melihat wajah Raline yang tampak menyesal, Devina segera menoleh ke arah Raka dan membela, "Raka, maafkan Raline, ya. Dia benar-benar nggak sengaja. Dia cuma nggak tahu kalau kamu bakal sekhawatir itu padaku."Ucapan itu membuat semua orang di ruangan saling berpandangan, beberapa bahkan menahan tawa. Gaya Raka tadi yang menerobos masuk seperti orang panik memang jelas menunjukkan bahwa dia benar-benar peduli pada Devina.Tiba-tiba ponsel Raka berdering. Dia menatap layar sejenak, lalu menoleh pada Raline. "Jangan ulangi lagi hal se

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 375

    Brielle melirik jam tangan dan berkata pelan, "Nenek, sudah cukup malam. Aku harus mengantar Anya pulang."Emily menepuk tangannya dengan lembut. "Jangan buru-buru, Nenek ada hadiah untukmu." Dia lalu mengambil sebuah kotak kayu berukir indah dari tas di sampingnya. "Ini gelang giok yang sengaja Nenek belikan untukmu."Brielle menatap gelang giok berwarna ungu bening di dalam kotak itu. Kualitasnya luar biasa, nilainya di pasaran pasti mencapai miliaran. Brielle langsung menolak halus. "Nenek, aku nggak bisa terima ini ....""Ambil saja. Ini bukan sesuatu yang mahal bagi Nenek. Lihat tanganmu, polos sekali, bahkan nggak ada cincin satu pun," kata Emily dengan tegas.Brielle menerima kotak itu dengan kedua tangan, tapi segera meletakkannya kembali di atas meja, khawatir kalau menolak terlalu keras malah membuat gelang itu jatuh atau rusak."Nenek, pekerjaanku nggak memungkinkan memakai perhiasan seperti ini. Setiap hari aku harus bekerja di laboratorium dan memakai aksesori malah akan m

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 374

    Wajah Brielle jelas menunjukkan penolakan. "Aku sudah ada janji malam ini.""Belakangan ini kesehatan Nenek nggak terlalu baik dan dia terus-menerus ingin bertemu denganmu," kata Raka pelan. Mendengar nama Emily, hati Brielle pun melunak sedikit.Sejak pertama kali bertemu dengan Emily, Brielle selalu merasakan kehangatan tulus darinya. Karena kakek dan nenek Brielle sudah lama meninggal saat dia masih kecil, perhatian dan kasih sayang dari Emily terasa seperti pengganti yang tulus dari keluarga yang hilang.Nenek itu benar-benar tulus menyayanginya.Namun, mengingat kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, Brielle kembali menguatkan hatinya. "Lain kali saja, aku akan sempatkan untuk menjenguk Nenek."Raka tampak tidak berniat memaksa lagi. Namun tepat saat itu, ponsel Brielle berdering, nama Emily muncul di layar. Raka juga melihatnya dan berkata dengan suara rendah, "Aku ke dalam dulu menjemput Anya."Brielle akhirnya mengangkat telepon itu. "Halo, Nenek Emily.""Sayang, Nenek denga

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 373

    "Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.""Nggak apa-apa," jawab Lambert sambil tersenyum tipis. "Aku penasaran, ada urusan apa Pak Sigit menemuimu?"Brielle sempat ragu sejenak sebelum menjawab, "Dia memperkenalkanku pada seorang tokoh penting, membicarakan sedikit soal pekerjaan."Melihat Brielle tidak ingin membahas lebih jauh, Lambert pun tidak memaksa. "Kamu bawa mobil sendiri? Kalau nggak, biar aku antar pulang.""Terima kasih, aku bawa mobil sendiri kok," jawab Brielle lembut sambil tersenyum. Tatapannya penuh rasa terima kasih. "Tapi tetap terima kasih atas bunganya hari ini."Lambert tersenyum hangat, menatap Brielle dengan lembut. "Sama-sama." Dia terdiam sejenak, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya hanya berkata pelan, "Kalau begitu, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku kapan saja."Brielle menganggukd an menatapnya sampai sosoknya menghilang dari pandangan.Setelah naik ke mobil, Brielle membuka ponselnya dan mencari kontak Niro. Dia mengirim pesan.[ Niro

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status