Share

Bab 269

Penulis: Ayesha
"Bu Brielle, boleh bicara sebentar?" Suara bariton yang dalam dan berwibawa terdengar dari belakangnya.

Brielle menoleh. Melihat itu Lambert, dia mengangguk sopan. "Pak Lambert."

Lambert mengambil alih institut milik Chiva. Di dunia farmasi, dia juga merupakan sosok berpengaruh. Ditambah lagi, aura menekan yang secara alami dia miliki membuat orang lain terintimidasi.

Orang-orang di sekeliling mereka pun tahu diri. Mereka perlahan menjauh dan menyisakan ruang pribadi untuk keduanya.

Lambert menatap Brielle, sudut bibirnya terangkat. "Sepertinya malam ini kamu cukup populer."

"Hanya obrolan sesama industri." Brielle tersenyum tipis.

Tanpa peduli tatapan sekitar, Lambert mulai membicarakan soal hasil eksperimen terakhir dengan Brielle.

Tak jauh dari sana, Raline menatap tajam ke arah mereka. Bibir merahnya hampir tergigit sampai berdarah.

Devina yang baru selesai menyapa tamu pun menghampirinya. Melihat wajah Raline yang penuh cemburu dan iri, dia menepuk lengannya dengan tenang untuk me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iin Iin
benar bgt Brielle, kamu bersinar tanpa bantuan siapapun, ga kaya Davina yg perlu bantuan Raka..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 306

    Apalagi sosok ayahnya yang berdiri di podium penghargaan, itu juga membuat Brielle sangat kagum.Kemudian, di usia 18 tahun, dia bertemu Raka. Di usia 19 tahun, dia merawat Raka. Di usia 20 tahun, Raka menikahinya, lalu dia menjadi seorang yang sehari-hari pikirannya selalu tertuju pada Raka.Tatapan sekilas Raka yang terkesan sembarangan bahkan bisa membuatnya tersenyum bodoh seharian. Dia menutup pintu rasa ingin tahunya terhadap ilmu, malah sibuk menafsirkan setiap pandangan yang menunjukkan cinta Raka padanya.Adam bahkan pernah menasihatinya dengan serius, "Brie, jangan biarkan siapa pun mematahkan sayapmu." Namun, dia tidak pernah benar-benar mendengarkan.Kini, setelah kembali fokus pada kariernya sendiri, Brielle merasa hidupnya sangat luas dan terbuka.Madeline melaporkan perkembangan risetnya kepada Raka. Di akhir, dia tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Brielle membawa Anya ke sini.""Profesor Madeline, aku sedang dalam perjalanan dinas." Raka tersenyum.Madeline sedikit

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 305

    Meira hanya menemani sekitar satu jam, lalu dia pun pergi.Sore harinya, kondisi Anya mulai stabil, bahkan semangatnya sudah kembali normal. Besok pagi dia sudah bisa keluar dari rumah sakit."Malam ini biar aku yang temani Anya, kamu pulang saja untuk istirahat." Raka menatap wajah pucat Brielle."Nggak perlu, aku bisa menjaganya." Brielle menolak perhatian Raka."Tapi wajahmu ...." Raka mengernyit.Brielle menegakkan kepala, ekspresinya tampak dingin dan datar. "Bukan urusanmu."Bagi Brielle, pria ini bahkan tidak lagi punya kualifikasi untuk mengkhawatirkannya.Raka terdiam, tak berkata apa pun.Malam itu, Brielle menemani putrinya tidur. Pagi ketika bangun, Lastri memberitahunya bahwa Raka sudah pergi dini hari tadi.Setelah urusan administrasi keluar rumah sakit selesai, Syahira datang menjemput mereka dengan mobil.Di rumah, setelah istirahat dua hari, Anya sudah bisa meloncat-loncat riang dan kembali ke sekolah.Dalam beberapa hari itu, Brielle juga terus menerima data eksperime

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 304

    Devina mengenakan piama sutra, terlihat seperti baru selesai mandi.Dia sama sekali tidak terkejut melihat Brielle muncul. Devina merapikan rambutnya, lalu berkata kepada pelayan, "Tolong panaskan segelas susu dan bawakan ke kamar, terima kasih.""Baik, Nona."Brielle cepat-cepat naik ke lantai atas menuju kamar Meira. Di sana, dia melihat Raka sedang duduk di tepi ranjang, mengompres dahi putri mereka dengan handuk basah.Meira berdiri di samping dengan wajah cemas. Melihat Brielle datang, dia segera menjelaskan, "Sore tadi masih baik-baik saja, entah kenapa tiba-tiba demam tinggi."Brielle menghampiri putrinya. Dengan wajah kecilnya yang merah karena panas, Anya mengulurkan tangan. "Mama, gendong ...."Brielle langsung mengangkatnya ke dalam pelukan, mengusap lembut dahinya, lalu berkata kepada Raka, "Lebih baik dibawa ke rumah sakit!"Raka mengangguk. "Baiklah, aku yang nyetir."Mereka segera ke rumah sakit. Setelah daftar di IGD dan melakukan pemeriksaan, Brielle membaca hasil labo

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 303

    "Apa karena Brielle?" Jay langsung menebak isi hati Devina."Kamu benci dia?" tanya Devina.Jay sedikit tertegun, lalu menggeleng sambil tersenyum. "Nggak benci."Devina melotot dengan kesal. "Kamu tahu aku nggak suka dia, tapi masih bilang begitu."Setelah berkata demikian, Devina melepaskan tangan Jay dan berbalik meninggalkannya, membuat Jay berdiri sendirian di lantai dansa dengan canggung.Jay mengusap hidungnya, lalu turun dan mengambil segelas anggur. Dia menenggaknya dengan murung.Selesai sesi dansa, acara berlanjut ke pelelangan. Malam ini dipersiapkan cukup banyak barang langka, yang memang menjadi tujuan para nyonya kaya yang datang.Karena malam ini Anya menginap di rumah Keluarga Pramudita, Brielle tidak terburu-buru pulang. Dia duduk, berniat melihat keramaian.Pelelangan resmi dimulai. Sang pembawa acara dengan penuh semangat memperkenalkan koleksi malam ini.Brielle duduk di barisan agak belakang. Tiba-tiba, Lambert duduk di sampingnya. "Ada barang yang menarik perhati

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 302

    Brielle menatap tajam, malas menanggapi. "Provokasimu nggak ada gunanya untukku."Devina menyeringai meremehkan. "Brielle, kamu sok apa sih? Benar-benar mengira dirimu hebat sekali?"Brielle memilih diam.Wajah Devina sedikit kaku. "Kamu nggak mungkin masih berpikir bisa memengaruhi hubunganku dengan Raka, 'kan?"Devina tersenyum penuh kemenangan. "Sekarang, hubunganku dengan Raka bukan sesuatu yang bisa diganggu oleh seorang mantan istri sepertimu."Brielle sama sekali tidak ingin meladeni. Dia berusaha melewati Devina, bersiap untuk pergi.Namun, Devina tiba-tiba mengulurkan tangan, mengadang. "Brielle, di lingkaran ini nggak ada tempat untukmu. Kalau tahu diri, lebih baik menjauh sendiri."Brielle menarik napas dalam-dalam, memperingatkan dengan dingin, "Devina, kalau kamu terus bersikap nggak masuk akal, jangan salahkan aku kalau semua orang melihat siapa dirimu sebenarnya."Wajah Devina langsung berubah. "Maksudmu apa?""Artinya sesuai kata-kata," jawab Brielle dengan tenang.Devi

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 301

    "Ada apa?""Minggu depan ada perayaan ulang tahun perusahaan Grup Seraphine. Aku ingin mengundangmu sebagai tamu. Boleh, 'kan?" Lambert sedikit mencondong ke depan, sorot matanya penuh harap.Brielle sempat tertegun. Belum sempat dia menjawab, tiba-tiba dari belakang terdengar suara pria. "Sepertinya aku datang di saat yang kurang tepat."Brielle menoleh, melihat Raka dalam setelan jas hitam yang rapi. Pria itu berdiri sambil menatap mereka dengan sorot mata yang dalam.Di sampingnya, Devina menyapa Lambert. "Lambert, sudah lama nggak ketemu."Malam ini Devina mengenakan gaun malam yang dirancang khusus. Riasannya anggun, sosoknya memancarkan aura bangsawan."Raka." Lambert berdiri, menyapanya dengan ekspresi tenang.Brielle menengadah, tepat bertemu tatapan Raka. Mata hitamnya dalam, menyimpan emosi yang tidak bisa ditebak.Namun, Brielle bisa merasakannya. Pria ini tampaknya marah. Brielle tahu betul apa yang membuatnya marah. Raka tidak suka dirinya terlalu dekat dengan Lambert, apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status