Share

Hamil

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2024-06-26 07:35:48

“S-saya hamil, Dok?” Suara Inge tercekat. Bibir perempuan itu bergetar, kemudian getarannya merambat ke tangan, kaki dan sekarang sekujur tubuhnya sudah bergetar. 

Inge memandang nanar ke arah Lucas. Yang dibalas tatap datar oleh lelaki itu. Hampir sekira tiga detik mereka saling menatap. Sampai akhirnya Inge menggigit bibirnya sendiri sambil mengalihkan pandangan ke arah langit-langit. 

“Apakah ini kehamilan Anda yang pertama, Bu?” tebak sang dokter. Seakan dia sudah sangat terbiasa dengan ekspresi yang baru saja dia lihat.

Inge memandang Lucas lagi. Kemudian dia mengangguk lemah. Bersamaan dengan itu air mata mengalir tanpa permisi.

Sang dokter tersenyum. “Sekali lagi, selamat ya, Bu. Memang Ibu sudah memasuki usia yang terbilang cukup rawan untuk kehamilan yang pertama, tapi tidak perlu khawatir. Yang penting jaga pola makan, istirahat cukup dan hindari stres.”

Lalu sang dokter berganti menatap ke arah Lucas. “Bapak juga wajib membantu istri Bapak untuk mengingatkan hal-hal tersebut ya.”

Bola mata Lucas bergerak, kemudian lelaki itu menerbitkan senyum canggung, lalu mengangguk. 

Lucas dan Inge kembali saling menatap. Entah mengapa sedari tadi dokter mengira mereka adalah sepasang suami istri. Membuat air mata Inge bertambah deras.

Setelah memastikan kondisi Inge lebih fit, dokter mempersilahkan Inge turun dari ranjang periksa. Dan Lucas dengan sigap membantu Inge. Lelaki itu memegangi lengan Inge sampai ke tempat duduk. Kemudian mereka duduk bersebelahan di hadapan dokter, bersama-sama mendengar sedikit arahan lagi. 

Sepanjang mendengar dokter bicara, air mata Inge terus menerus meluncur lancang, meski wanita itu berupaya keras untuk menghentikan tangisnya. Melihat hal itu Lucas diam-diam mengulurkan sapu tangan ke pangkuan Inge, dan perempuan itu langsung mengambil tanpa berpikir panjang. Dia memang sedang membutuhkan benda segi empat ini untuk membantu mengeringkan wajahnya yang basah.

Di akhir pembicaraan sang dokter memberikan lembar resep, lagi-lagi Lucas dengan cekatan menerima resep tersebut. Mereka pun keluar dari ruang praktek dokter beriringan. Inge mendahului berjalan, langkahnya sedikit gontai. 

Setelah menutup pintu, Lucas menjejeri Inge. Tangannya terulur, sepertinya lelaki itu bermaksud untuk memapahnya lagi seperti saat di dalam ruang praktek, tapi kali ini Inge buru-buru menepis dengan kasar. Lelaki itu tampak terkejut sekejap. Kemudian dia mundur.

“Tunggu di sini, biar saya tebus resepnya dulu.” Lucas menunjuk salah satu kursi di sebelah mereka.

Deretan kursi di depan ruang praktek dokter itu memang kosong. Tidak tampak orang selain mereka berdua.

“Pak Lucas,” cegah Inge. Lelaki itu pun urung melangkah. 

Mereka kini berhadapan kembali. Inge menunduk sebentar, mengelus perutnya yang masih rata. Perlahan dia menatap Lucas kembali. 

“Dari sekian banyak orang di sekolah tadi, kenapa Tuhan tetapkan dia yang menjadi orang untuk mengantarku sampai ke sini? Apakah karena supaya dia tahu bahwa yang kukandung ini adalah benihnya?” ucap Inge dalam batin. “Jadi dengan begitu aku harus memberitahunya?”

Inge masih menatap Lucas, kali ini tatapannya diliputi oleh kebimbangan luar biasa. Harus dikatakan atau sebaiknya dia simpan saja? Beberapa jenak Inge hanya mampu mematung. Pikirannya kacau, lebih-lebih perasaannya.

“Miss,” ucap Lucas. Seakan dia memberitahu kepada Inge bahwa dia masih menunggu perempuan itu membuka mulut untuk mengatakan sesuatu. Namun Inge terus mematung.

“Saya ambil obatnya dulu ya,” kata Lucas pada akhirnya. Dia pun berbalik badan.

Tiba-tiba tangis Inge meletus hebat. Hanya sebentar, sebab Inge langsung membekap mulutnya sendiri. Dia masih sadar di mana dirinya berada saat ini, dan dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian.

Lucas pun buru-buru balik badan kembali serta mendekat. Dia meraih pundak Inge, kemudian menuntunnya untuk mengambil duduk. Kali ini Inge tidak menampik, dia pasrah saja sembari terus menahan tangis. 

Kini mereka berdua duduk. Lucas memandang Inge dalam diam, lelaki itu nampak bingung.

Inge menghela napas panjang, dengan susah payah dia berkata, “S-saya s-sudah berpisah dari suami saya lima bulan lalu, Pak … dan satu-satunya pria y-yang m-menyentuh saya a-adalah A-anda.”

Lucas tampak kaget. Matanya terlihat menyala sebentar, lalu redup dengan cepat. Lelaki itu terdengar menghela napas panjang, dia meraup wajahnya sebentar, kemudian mendongak sambil memejamkan mata beberapa detik. 

Inge menunduk, bersiap menerima respon lain dari Lucas. Mungkinkah lelaki ini akan segera menyangkal? Ah, perasaannya yang sudah kacau sejak mendengar dokter menyatakan dirinya hamil, kini rasanya bertambah kacau. 

Perempuan itu menghela napas lagi saat melihat Lucas masih terpaku.

“Saya selalu memimpikan punya anak, yang saya lahirkan sendiri, bahkan selama lima tahun pernikahan saya dulu, saya menguras tabungan demi bisa hamil, tapi kenapa dengan Anda – ah, terserah kalau Anda tidak percaya.” 

Inge terisak lagi. 

Setelah mengambil jeda beberapa detik, Inge berkata, “Meski saya sangat menginginkan anak ini, tapi saya tidak bisa melahirkan anak ini. M-mungkin s-sebaiknya saya gugurkan saja. Saya tidak ingin anak saya menyandang gelar anak haram seumur hidupnya.”

Lagi-lagi Inge menggerungkan tangis. Sapu tangan Lucas yang masih di tangannya, dia sapukan ke wajahnya kembali. Sapu tangan yang sebenarnya sudah menjadi lembab karena terlalu banyak air mata yang terserap di sana.

Lucas terlihat menelan ludah. Pandangannya yang melayang jauh, akhirnya jatuh menumbuk lantai. Napasnya sudah lebih teratur dibanding detik-detik yang baru saja terlewat.

Beberapa saat hanya isak Inge yang terus terdengar. Perempuan itu berupaya sekuat tenaga untuk tetap tegar. Namun memikirkan kemungkinan bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk bisa mempunyai anak biologis, membuat tangisnya berkepanjangan. Dia sudah tiga puluh tiga tahun sekarang, dan dengan perceraian yang membuatnya trauma, entah apakah dia akan menikah lagi atau tidak. 

Inge mendongak, berusaha terus agar air matanya berhenti mengalir. Sembari memegang dadanya sendiri, seakan tidak percaya bahwa Tuhan masih memberinya cobaan lagi setelah dia berhasil keluar dari badai kemelut rumah tangga. 

“Saya akan bertanggung jawab,” bisik Lucas. 

Inge menoleh cepat. “Maksudnya?”

“Saya akan menikahi kamu,” lanjut Lucas. 

Inge menelan ludahnya. Dia memang telah mendengar rumor bahwa Lucas adalah seorang duda, istrinya pun tidak pernah tampak. Setiap kegiatan sekolah putrinya, Lucas selalu datang seorang diri. Dengan begitu sah saja jika mereka menikah. 

Harusnya dia bahagia sebab itu berarti masalahnya selesai. Terlebih dia bisa mewujudkan impiannya untuk mempunyai anak biologis yang sah. Namun Lucas bukan orang sembarangan, lelaki ini adalah anak direktur sekolah tempatnya bekerja dan orang tua dari siswa yang diajarnya.

“Tapi… apa kata orang nanti?” Suara Inge bernada putus asa.

Inge kembali menangis. Sungguh otaknya yang sekarang tidak dapat diajak berpikir. Dilema benar-benar membalut dirinya. Betul dia menginginkan anak ini, tetapi kalau dia menerima tawaran menjadi istri Lucas, apakah situasinya tidak menjadi lebih sulit? Inge tahu diri, siapa dia dan siapa Lucas.

“Bagaimana pun bayi itu hadir karena kesalahan saya. Saya akan bertanggung jawab,” kata Lucas mantap, meskipun ada getar halus mengiringi ucapannya.

Inge memandang Lucas. Dia jadi mempunyai pandangan lain kepada lelaki ini. Perasaan benci yang pernah ada di hatinya sejak peristiwa itu, perlahan menipis. 

“Anda sungguh-sungguh, Pak Lucas?” tutur Inge pelan.

Lucas mengangguk. “Saya bisa usahakan pernikahan yang sah dan resmi, meski pun kamu akan menjadi istri kedua saya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arini Asrini
Aiiih... jadi istri kedua.. kalau aku emoooh ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Panggil Aku Sayang

    “Temuilah Lucas, coba kalian bicara dulu dengan lebih tenang. Apa pun keputusanmu, Mama akan mendukungmu.”Inge bergerak memeluk sang mama. Dia mengucapkan terima kasih, tetapi satu detik kemudian perempuan itu terisak. Ketika Mama Niken terlihat cemas, Inge justru mengeluarkan tawa kecil. Tentu saja Mama Niken mengernyit heran.“Kamu kenapa? Jangan bikin Mama bingung, Ing.” Nada suara perempuan yang melahirkan Inge itu menjadi naik.Inge justru tertawa lebih kencang.“Inge!” Mama Niken menjerit tertahan. Untung saja semua pegawainya sedang sibuk di depan, menata katering di dalam mobil, untuk segera diantar pada para pelanggan.“Aku tiba-tiba ingat , Ma. Dulu waktu Mama nganter aku sekolah naik sepeda, Mama pernah bilang kan kalau besok suamiku adalah orang yang sangat kaya, jadi aku bisa diantar kemana-mana naik mobil. Terus suamiku punya restoran di mana-mana… . Ingat kan?” Mama Niken memandang Inge dengan lurus. Senyumnya merekah. “Mama rasa kamu enggak perlu cocoklogi begitu. D

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sebuah Petunjuk

    Inge yang masih memandangi pesan gantung di telepon Lucas, menjadi sangat terkejut ketika tiba-tiba mendengar Lucas berdehem tepat di belakang punggungnya.“Pak Lucas.” Inge salah tingkah. Dia merasa seperti tertangkap basah sedang melakukan hal yang kurang sopan. Dengan sedikit gemetar dia menyodorkan telepon itu kepada si empunya.Lucas menerima, kemudian memeriksa telepon tersebut. Dua detik kemudian dia merekahkan senyum. “Apa kamu baca pesan dari Mama ini?”“Maaf, benar-benar tidak sengaja, Pak.” Inge menunduk lebih dalam.Lucas tertawa kecil. “Baguslah. Jadi aku enggak perlu repot memberitahu kamu kalau Mama menunggumu di rumah. Ayo kembalilah ke rumah kita.”“Maksudnya… .” Inge sengaja menggantung ucapannya. Dia beranikan diri untuk menatap wajah Lucas.“Ini sedikit memalukan, Ing. Ternyata selama ini Mamaku menyewa orang untuk menyelidiki kamu.” Lucas bergerak mendekat. Dia mengambil kedua tangan Inge, lalu tersenyum melihat wajah sang istri yang tampak lucu dengan mata membel

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Karina Kepada Inge

    Naomi memandang wajah Inge sejenak, sebelum akhirnya mengangguk samar. Dia pun menurut saat dibawa masuk ke dalam kamar.“Mimi,” panggil Karina dari layar telepon Lucas. Tampak wajah cantiknya masih sedikit pucat. Latar belakang ranjang rumah sakit juga ikut terekam dalam panggilan video. Tampaknya Karina sedang sendirian di ruang tersebut.Inge mengajarkan Naomi untuk melambaikan tangan sekaligus mengucapkan salam pada ibu kandungnya itu. Lagi-lagi Naomi menurut, meski dengan sedikit canggung.“Mimi senang ya main sama Mama Inge?” ujar Karina.“Iya.” Naomi yang dipangku Lucas menyahut dengan menundukkan kepala .“Mimi sayang sama Mama Inge?” tanya Karina lagi.Naomi spontan memandang Inge, sehingga Inge sekuat tenaga melempar senyum. Segumpal perasaan bersalah menyergap hatinya. Dia begitu tertohok dengan pertanyaan Karina.Lucas cepat menguasai keadaan. Dia pun bersuara dengan meminta Naomi untuk menjawab ujaran sang ibu. Sementara tangan Lucas perlahan mengulur untuk menyentuh ping

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Segelas Susu Hangat

    Inge menunduk. Perasaannya berkecamuk.“Pak Lucas, boleh saya bicara dengan Bu Karina?” Alih-alih menjawab, Inge justru melempar pertanyaan. Lehernya bergerak sehingga kepala Inge kini tegak dan memandang Lucas yang duduk di sampingnya.“Saya ingin menjelaskan hubungan kita,” ucap Inge.Respon pertama kali Lucas adalah menghela napas. Kemudian dia mereguk susunya kembali, sebelum akhirnya menyahut, “Tentu saja boleh. Tapi tolong jangan terus merasa aku dan Karina bercerai karena kamu.”Inge mengulas senyum. “Tapi pikiran dan pandangan orang pasti akan seperti itu. Bayangkan saja, Bu Karina baru bangun setelah koma empat tahun, tiba-tiba diceraikan, lalu Pak Lucas melanjutkan hidup bersama saya sebagai suami istri. Apa kata orang nanti?”Lucas meraih tangan Inge. Dia remas sedikit sembari memberi tepukan kecil.“Apakah anggapan orang sangat berarti buat kamu?” tanya Lucas. Nadanya tegas. “Kita sudah melewati sejauh ini bukan?”Inge kembali menunduk. Tanpa sadar dia membalas remasan Luc

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Tolong Jujur

    Inge terbangun dengan kaget, tiba-tiba dia merasa ada tangan yang memukul kandungannya. Ketika dia membuka mata, dia mendapati tangan mungil Naomi sudah terparkir manis di atas perut. Sedang tubuh kecil Naomi terlihat bergerak merapatkan diri pada Inge, sepertinya si kecil mencari kehangatan, sebab udara pagi di kota kecil ini memang lebih dingin dibanding di rumah Naomi.Inge menghela napas. Semalam dia akhirnya tertidur setelah berdiam diri memandangi wajah Lucas dan Naomi berganti-ganti. Entah mengapa hatinya merasa lebih tentram. Demikian juga dengan si bayi, dia terus bergerak tetapi gerakannya sangat halus.‘Eh, kemana Lucas?’ Inge tidak menemukan lelaki itu di samping Naomi. Bantal bekas dipakai Lucas sudah terlihat rapi.Tidak berapa lama, sayup-sayup telinga Inge mendengar tawa renyah di luar kamarnya. Dapat dipastikan suara itu berasal dari para ibu yang membantu mamanya. Mereka juga terdengar saling berbalas kalimat seperti biasa.Inge pun bangun dengan hati-hati. Sedikit m

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Aku Datang Mama

    Mesin mobil segera mati, dan Pak Ali perlahan turun. Dia membungkukkan sedikit badannya kepada Lucas dan juga orang tuanya, kemudian mengundurkan diri tanpa sepatah kata pun.“Mama kita perlu bicara.” Lucas menatap Mama Helen.Sedetik kemudian Naomi menjerit-jerit. Dia seperti sudah mempunyai firasat jika sang papa akan menggagalkan rencana mereka untuk pergi ke rumah Inge. Namun Edward sigap menenangkan gadis kecil itu. Edward membujuk Naomi untuk turun.Akan tetapi Naomi masih terus menjerit, sehingga Lucas akhirnya mendekati sang putri. Lelaki itu menatap Edward sejenak, sebelum akhirnya mengulurkan tangan pada Naomi.“Kita jemput Mama Inge, tapi kita siapkan dulu strawberry untuk Mama Inge. Tadi Mama Inge telepon minta dibawain strawberry,” ujar Lucas terpaksa sedikit berbohong. Dia perlu waktu untuk bicara dengan Mama Helen.Naomi terlihat langsung menghentikan kehebohannya. Dengan mata basahnya dia tersenyum lebar. “Mimi yang siapin, Pap?”Lucas mengangguk. “Coba tanya Bi Yati a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status