Share

Jomlo 44

*Happy Reading*

"Nanti saya delivery order buat situ," jawabku akhirnya dengan sinis.

Tamu kok ya ngerepotin.

"Emang di sini bisa delivery juga? Bukannya ini kampung terpencil?"

Allahhu robbi, nih orang gak ngerti sindiran apa gimana, sih?

"Tentu aja bisa. Tapi mungkin datangnya dua tahun kemudian," jawabku lagi, yang sukses membuat Gito meradang.

"Kamu--"

"Gito cukup!! Kita ini lagi ngelayat. Bukan lagi me time di cofee shop. Jadi berhenti merengek." Dimas memotong omongan Gito dengan pedas. Membuat Gito kembali mendengus kesal.

Mamam tuh!!

Lalu tak lama kemudian. Teh Laras pun datang, dengan salep luka bakar yang kumaksudkan tadi, dan sebelum Dimas meraih salep itu. Aku lebih dulu mengambilnya, kemudian langsung mengoleskannya pada Umi dengan perlahan. Agar tidak menyakiti kulit tangan Umi yang benar-benar merah akibat ulah si Gito-Gito itu.

Bangsul emang tuh cowok! Pepes juga dah nih lama-lama, sama cabe sekilo

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Mimi Haikal
modelan maknya rina di kampung buanyakk...Alhamdulillahnya aq di karuniai wajah judes jd cm main lirik doang kicep tuh mulut...
goodnovel comment avatar
MonLy
definisi nyinyir juilid yang terang benderang. gila ya tuh . ih PPen ngebanjur aja tau mihhh..
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
waahhh makin seru ni kayaknya amih....lanjut dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status