Share

Bab 8

"Rumah ini enggak usah di renovasi!" Ucapan Zafira membuat Adnan seketika membeku.

"Maksud Zafira, Rumah ini nggak usah di renovasi, kita bangun rumah baru buat Ibu di tanah yang baru." Sambung Zafira yang membuat prasangka buruk Adnan terhadapnya terpatahkan.

"Tapi—,"

Ucapan Adnan terhenti karena pintu depan di hempaskan kuat. Semua mata memandang ke arah pintu.

"Ada apa Mas?" Tanya Ningsih dengan wajah panik karena kaget.

"Kembalikan uang 50 juta yang dulu kalian pinjam untuk biaya rumah sakit Rusli–suamimu!" Bentak lelaki yang berdiri di ambang ointu rumah Ningsih.

"Astagfirullah Mas, seenggaknya ucapkan salam dulu sebelum masuk,"Ningsih menjawab dengan nada sopan.

"Halahh.. Rumah kayak kandang ayam aja harus pake salam segala. Cepat kembalikan Uang itu!" Bentak Rusdi–suami Bude siti dengan tatapan nyalang.

"Pakde Rusdi yang terhormat, anda orang terpandang di desa ini, tolong sisipkan sedikit etika untuk menjaga marwah anda," Adnan berucap dengan wajah tenang.

"Heh Anak miskin kurang ajar! Jangan mengajari saya ya, cepat kembalikan uang saya atau rumah ini saya ratakan dengan tanah!" Bentakan kasar keluar dari mulut lelaki dengan tampang garang itu.

"Heeeyyy… orang tua! Apa yang hendak mertua saya kembalikan?" Zafira menatap Lelaki yang berdiri di ambang pintu itu dengan tatapan intimidasi.

"Kamu tidak tau apa-apa, diam kamu!" Bentak Rusdi sambil menunjuk ke arah Zafira.

"Apa yang tidak saya ketahui? Hutang 50 juta? Tanah warisan milik almarhum ayah mertua saya yang kalian jual kemudian seperempat dari uangnya kalian berikan dengan dalih hutang kepada mertua saya untuk biaya pengobatannya? Padahal itu adalah hak penuh milik mertua saya! Atau… pekerjaan Anak bungsu anda selama di kota?" Gertak menantu Ningsih itu dengan penuh penekanan.

Semua yang ada di dalam ruangan itu melongo mendengar fakta yang baru terkuak. Sedangkan Rusdi terkejut mendengar fakta yang keluar dari mulut istri keponakannya. Rahasia yang selama ini di simpan begitu rapi terkuak dengan mudahnya dari mulut menantu adiknya.

"Oh iya, satu lagi, hutang yang anda maksudkan sudah mertua saya bayar dan ini buktinya," Zafira mengotak-atik hp nya kemudian menghadapkan layarnya pada lelaki yang masih membeku di ambang pintu rumah peninggalan orang tua Ningsih. Rusdi syok menyaksikan nominal yang tertera di layar hp wanita cantik di hadapannya.

"Dan satu lagi, bukankah biaya rumah sakit ayah mertua saya cuma lima juta? Saya sudah cek Administrasinya di rumah sakit tempat mertua saya di rawat," Sambung Zafira sambil menaikkan Alisnya. Seketika wajah Rusdi pias, lelaki itu tampak syok mendengar ungkapan yang keluar dari mulut Wanita di hadapannya.

"Jangan sembarangan bicara kamu!" Muka Rusdi memerah menahan malu karena keserakahannya terbongkar.

"Sembarangan? Mau saya perlihatkan buktinya? Dan saya bawa ke ranah hukum atas kasus penipuan?" Ucapan Zafira membuat Rusdi kalah telak.

"Oh iya, jangan lupa kembalikan sisa uang 45 juta karena hutang mertua saya cuma 5 juta, kembalikan sisanya. Sama uang penjualan tanah milik ayah mertua saya juga di kembalikan, atau saya bawa kasus ini ke jalur hukum." Ucapan Zafira membuat Lelaki yang sedari tadi mengamuk itu pucat pasi.

"Semua kata-katanya itu bohong! Mana ada saya menjual tanah adik saya sendiri, lelaki miskin macam mertua kamu mana punya tanah?" Rusdi mengelak dari tuduhan Zafirah.

"Silahkan saja kalau Pakde tidak mau mengaku, saya punya bukti-bukti yang valid, silahkan nanti kita bertemu di pengadilan dan seorang Zafira tidak pernah main-main dengan kata-katanya," Ucap Zafira dengan nada tenang namun penuh penekanan.

Ucapan Zafira membuat Rusdi panik. Niatnya hendak menagih hutang malah rahasia-rahasianya terbongkar.

"Baiklah, saya akui memang itu tanah milik Rusli, warisan dari orang tua saya," Ucap Rusdi.

"Lalu biaya rumah sakit?" Cerca Zafira.

"I-iya, cuma 5 juta, dan itu dari uang hasil penjualan tanah." Jawab Rusdi tergagap karena ketakutan, takut kasus ini di bawa ke ranah hukum.

"Saya sudah mengakui, jadi tolong jangan bawa ke jalur hukum," Rusdi masih berucap dengan nada arrogan padahal posisinya sudah di ujung tanduk.

"Astagfirullah mas, tega sekali kalian terhadap keluarga kami. Bahkan hak kami juga kalian ambil, apa salah kami?" Ningsih tergugu mendengar semua fakta dan pengakuan yang terkuak di hadapannya.

"Kita ini keluarga Ning, apa yang menjadi milik Rusli juga menjadi milik saya. Ajarin juga itu menantumu, agar tau sopan-santun dan cara menghormati orang tua, saya ini kakak iparmu bilang sama menantumu agar tidak di bawa ke jalur hukum, kita selesaikan secara kekeluargaan."

Zafira melotot mendengar ucapan lelaki di hadapannya ini. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki paruh baya itu. Apakah ada satu organ syarafnya yang bermasalah? Tadi saat datang ngamuk-ngamuk, saat sudah terpojokkan baru mengaku saudara.

"Hey pak tua! Tidak sadarkah apa yang kau ucapkan? Atau anda sedang menggigau. Tadi saat datang ngamuk-ngamuk, sekarang sudah tersudut ngaku saudara, picik sekali pemikiran anda! Saya kasih pilihan, mau kembalikan uang mertua saya atau Saya bawa ke ranah hukum, kebetulan pengakuan anda tadi sudah saya rekam, jadi nanti akan memperkuat bukti-bukti yang ada," Ucap Zafira dengan tatapan sinis. Sudah hilang rasa hormatnya terhadap lelaki di hadapannya.

"Dasar menantu kurang ajar! Kamu tidak di ajarkan tata krama oleh orang tuamu? Tidak di ajarkan bagaimana bersikap kepada orang yang kebih tua?"

"Oh tidak, tentu saja saya di ajarkan, bahkan saya di ajari untuk menghormati orang yang pantas di hormati, orang tua saya juga mengajarkan jika saya di injak saya juga harus menginjak balik. Jika anda ingin di hormati bersikaplah sebagai orang yang patut di hormati. Poin utamanya kembalikan uang mertua saya yang sudah keluarga anda eksploitasi," Ucapan Zafira yang oenuh oenekanan membuat wajah Lelaki arogan itu pias.

Zafira tersenyum puas menatap wajah lelaki sombong di hadapannya.

"Tentu saja pasti saya kembalikan, Rusdi orang terkaya di Desa ini akan mengembalikan uang mertua kamu yang tidak seberapa itu. Menantu saya pekerja kantoran, Anak saya Alisya seorang manager perusahaan, jadi duit segitu kecil buat keluarga kami." Jawab Rusdi dengan sombongnya.

"Baiklah, saya tunggu ya, Oh iya, telusuri juga pekerjaan Alisya–anak anda," ucapan Zafira sontak membuat Lelaki yang hendak beranjak itu berbalik lagi.

"Apa maksud kamu?" Tanya Rusdi dengan tatapan bengis.

"Tanya sendiri ke Alisya," Jawab Zafirah santai.

"Awas kamu!" Ucap Rusdi sambil berlalu dengan emosi. Zafira tersenyum puas menatap kepergian lelaki itu.

"Terima kasih Nduk." Ucap ningsih sambil memeluk Zafirah.

Sedangkan Adnan hanya menatap istrinya dengan tatapan kagum.

Zafira mengusap-usap punggung mertuanya lembut.

Adnan dan Ningsih masih syok mendengar fakta-fakta yang selama ini di sembunyikan oleh keluarga Bude siti yang licik. Sedangkan Zafirah masih berkutat dengan pikirannya memikirkan mulut lemes Pakde Rusli yang persis seperti Istri dan Anak-anaknya. Memang paket lengkap.

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Desis Zafirah.

Nantikan kejutan-kejutan Zafirah untuk keluarga Budhe Siti.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Elviera
Cerita Nja' bagus untuk pelajaran mertuo kepada mi natu
goodnovel comment avatar
Arifin Wiwik
ceritanya bagus untuk dijadikan inspirasi
goodnovel comment avatar
Rizky9310995386
di KBM judulnya mertua miskinku kalo nggk slh ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status