Share

Bab 7

P.O.V Author

Mobil Zafira berhenti di halaman luas Bude Siti. Terlihat dekorasi mewah terpampang di depan mata, pasti harganya sangat fantastic.

Terlihat di depan yang menyambut tamu adalah Aira dan beberapa Wanita. Zafira dari rumah sudah mempersiapkan Amplop berwarna cokelat yang di dalamnya ada uang senilai 5 juta.

Pandangan mereka teralihkan ke arah mobil mewah berwarna grey yang terparkir di halaman. Wajah Aira terlihat tersenyum lebar sambil berlari ke dalam memberitahu Ibunya.

"Ibu ada tamu spesial, pake mobil mewah di depan, pasti amplopnya tebal," ucap Aira berbisik pelan di telinga Bude Siti yang sedang menyalami tamu dengan gelang yang kebak di tangannya.

Juga cincin berjejer di jari nya. Pernikahan anaknya yang mewah menjadi ajang pamer juga.

"Serius kamu Ai?" Bude Siti langsung bergegas ke depan setelah berpamitan dengan besannya. Sedangkan suaminya– Rusdi hanya menatap dengan tatapan penasaran.

Bude siti seketika melotot melihat mobil mewah di depan rumahnya.

Wajahnya seketika pias menatap orang-orang yang turun dari mobil mewah itu.

"Ngapain kalian datang ke sini? Kalian nggak di undang, pake sewa mobil segala, biar kelihatan kaya ya? Dasar Halu!" Wanita tambun dengan dandanan menor itu langsung menyerocos.

"Saya datang kesini karena mewakili Bos saya untuk menghadiri pernikahan Jefri." Adnan berucap dengan wajah datar. Sambil menyerahkan Undangan kepada Bude Siti.

"Pasti kamu babunya jeffri di perusahaan kan? Pake sewa mobil segala. Biar kelihatan kaya gitu, padahal cuma OB," ejek Bude Siti sambil tertawa.

"Iya, ini mobil hasil rental." Ucap Zafira sambil tersenyum. Sedangkan Ibu mertuanya hanya terdiam.

Amira terlihat mulai emosi namun Zafira langsung menggenggam tangannya. Jangan sampai rencananya ambyar gara-gara adik iparnya ngereog disini.

"Nggak usah ngaplop, paling cuma mapuluh rebu. Kesini juga cuma mau numpang makan enak kan, kalau bukan karena jefri udah aku usir dari sini." Kata bude siti dengan nada mengejek, sengaja mempermalukan karena yang menonton banyak orang.

"Wah kebetulan dong, tadinya mau ngamplop tapi mau gimana lagi, kan di suruh makan gratis aja, ya udah deh duitnya masuk tas lagi, Aman." Zafira mengeluarkan uang lima juta isi amplop cokelat, kemudian hendak memasukkan kembali ke dalam tas. Mata Bude Siti melotot melihat pecahan uang merah senilai lima juta di tangan Zafira. Wanita gempal itu langsung merebut uang itu dari tangan Zafira.

"Enak aja, kalau sudah niat mau ngamplop jangan di ambil lagi dong." Ucap Bude Siti sambil berlalu tanpa malu.

Zafira hanya tersenyum menyaksikan kejadian di hadapannya.

"Silahkan masuk." Wanita yang berdiri di depan untuk menerima tamu mempersilahkan masuk. Sedangkan Aira hanya terdiam sejak tadi. Wanita itu masih trauma dengan kejadian kemarin.

Zafira masuk dengan senyum penuh kemenangan.

"Ayo buk," Ajak Zafira.

Buk Ningsih dan Amira mengekor dari belakang. Sedangkan Adnan sudah berjalan di depan Zafira.

"Selamat ya Jef, semoga sakinah mawaddah warohmah." Ucap Adnan sambil menyalami jefri.

"Pak Adnan— suatu kehormatan bagi saya karena bapak dan Buk Zafira Sudah berkenaan hadir di acara pernikahan saya." jefri menyambut mereka dengan mata berbinar. Sedangkan Bude Siti hanya melongo menyaksikan adegan di depannya.

"Buk, perkenalkan… ini Pak Adnan, Manager di perusahaan Jefri. Dan ini Buk Zafira, anak pemilik perusahaan sekaligus istri dari Pak Adnan."

Buuugh!!

Bude siti sudah jatuh pingsan di lantai, dan menimbulkan suara gedebugh karena tubuh gempalnya. Orang-orang langsung panik.

"Ih nggak seru ah, baru mulai sudah pingsan." Batin zafira yang rasanya ingin tertawa.

Bude Siti sudah di pindahkan ke kamar.

Sedangkan para tamu undangan masih bersalam-salaman dengan pengantin.

"Kata bidan, Ibu kecapekan dan sedikit syok tekanan darahnya juga agak tinggi." Bisik Aira kepada Alisya–Adiknya sekaligus oengantin yang menjadi ratu hari ini.

Tamu-tamu terkagum kagum menyaksikan penampilan Zafira yang terlihat ellegan dan berkelas. Adnan pun tak luput dari perhatian perhatian tamu wanita yang hadir di sana. Buk Ningsih dan Amira juga tak luput dari perhatian mereka. Wanita yang sehari-harinya selalu tampil lusuh kini tampil dengan gaun mewah dan berkelas.

Adnan menggenggam tangan Zafira erat sekan menunjukkan pada dunia bahwa wanita cantik nan anggun itu adalah istrinya dan miliknya.

Zafira yang sedari tadi memasang wajah penuh wibawa seketika pucat. Tangannya menjadi sedingin es karena gugup. Detak jantungnya berpacu cepat. Wanita itu berusaha menetralisir rasa gugup dengan meminum jus orange di hadapannya.

Perlahan ia mulai menguasai diri. Zafira langsung tersenyum menatap Adnan yang pandangannya lurus menatap objek di depannya. Zafira balas menggenggam tangan adnan erat.

Adnan seketika langsung reflek menghadap ke arah wanita dinsampingnya. Ada perasaan aneh menyelusup di dalam Hati Adnan. Debaran yang selalu di rasakan ketika berdekatan dengan wanita di sampingnya.

Adnan tidak berani menyentuh Zafira bukan karena tak cinta, tetapi karena minder juga merasa tak pantas.

Adnan diam-diam selalu menyelipkan nama Zafira di setiap sujudnya. Lelaki itu jatuh cinta pada pandangan pertama, dan tidak menyangka bahwa wanita karier yang di kaguminya kini menjadi istrinya.

Posisi Adnan di perusahaan juga bukan karena dia Menantu pemilik perusahaan, tetapi murni karena kejujuran dan dedikasinya di perusahaan.

* * *

Sampai acara selesai bude siti tidak muncul. Setelah berpamitan mereka langsung pulang ke rumah. Dulu ketika ada acara di rumah Bude setelah acaranya selesai, Bu Ningsih lah yang oaling sibuk namun kini, Ibu mertua Zafirah menjadi tamu terhormat di acara mewah ini.

"Terima kasih nduk, kamu sudah mengangkat derajat Ibu di hadapan mereka." Kata Bu Ningsih kepada menantunya.

"Selamanya Fira tidak akan membiarkan Ibu di hina lagi. Fira akan membuat semua orang kampung menghormati Ibu." Zafira berucap sambil memeluk mertuanya.

Adnan langsung tersenyum menyaksikan adegan mengharukan di hadapannya.

"Terima kasih." Adnan berucap lirih di telinga Zafirah.

Zafira hanya tersenyum menanggapi.

Amira sejak sampai langsung masuk ke kamar untuk gati pakaian.

"Lusa rumah Ibu mau di renovasi. Nanti malam kita bicarakan kuliah Amira." Ucap Adnan sambil merangkul bahu Ibunya.

"Nggak usah Nan, sebaiknya di tabumg untuk masa depan." Ucap Bu Ningsih lirih dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tabungan Adnan sudah cukup untuk merenovasi rumah ibu. Itu impian Adnan sejak dulu." Ucap Adnan sambil memeluk Ibunya.

"Banyak kenangan yang tersisia di rumah ini Nan, setiap sidut rumah ini menjadi saksi bisu kisah masa kecil kalian, juga kenangan bersama Almarhum Ayah kalian." Ucap Bu Ningsih dengan mata menerawang dan bulir bening yang berlomba lomba keluar.

Adnan mengusap-usap punggung ibunya.

"Andai Ayah kalian masih ada, pasti juga akan bahagia." Lanjutnya dengan air mata yang sudah menganak sungai. Zafira ikut mengusap-usap punggung Ibu mertuanya.

"Rumah ini nggak usah di Renovasi," Ucap Zafira. Adnan langsung melotot mendengar ucapan yang keluar dari mulut wanita yang di kaguminya tersebut.

Kira-kira kenapa Zafira tidak mau merenovasi Rumah mertuanya?

Apakah kebaikan yang di tunjukkan selama ini hanya pencitraan? Temukan jawabannya di Next Bab…

Comments (4)
goodnovel comment avatar
NURLIANA
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Iwan Hermawan
beli novel berbayarnya
goodnovel comment avatar
Eti Eti
bagus ceritanya hanya malas jadinya kalau bacanya pakai koin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status