Laura terus mencari resep makanan yang cocok untuk usaha baru yang akan ia jalankan.
"Daripada uang yang Vincent berikan menjadi sia-sia, lebih baik aku memutarnya untuk buka usaha kecil-kecilan saja," tutur batin Laura.Sudah lebih dari lima resep yang Laura tandai, tapi ia belum bisa menemukan yang paling cocok dengan kemampuannya.Ia mencari dan terus mencari tanpa kata lelah. Hingga di sebuah website ia menemuka tentang rekomendasi cara membuat nasi uduk.Laura menganggap bahwa memasak nasi uduk adalah hal yang tidak terlalu sulit dan kemungkinan ia bisa melakukannya, meskipun belum pernah sama sekali.Melihat bahan dan cara memasaknya, Laura terus menghafalkan satu per satu. Terkadang ia juga mencatatnya di sebuah buku kecil agar tidak lupa."Selesai," kata Laura sembari menutup buku tersebut.Mengingat bahwa ponsel yang masih ia gunakan itu adalah pemberian Leon, Laura berniat untuk mengembalikannya sekarang jugaDi bawah langit yang masih redup, Laura sudah tiba di lapak yang akan ia pakai untuk berjualan.Ia menempati sebuah lapak kosong di sebelah para pedagang lain yang juga mengais rejeki di tempat yang sama.Dengan penuh semangat Laura menyusun semua barang bawaan ke atas sebuah meja lipat yang ukurannya cukup besar. Kebetulan ia mendapatkan meja tersebut dari hasil pinjam ke salah satu tetangga baiknya.Setelah selesai menyusun semuanya dengan rapi, kini Laura duduk manis sembari mengamati para pengendara yang berlalu-lalang di hadapan dia.Meski belum ada satu pun yang datang, Laura tetap tidak mengeluh karena tau bahwa semuanya butuh proses dan tidak ada yang instan.Benar saja. Tak lama kemudian, datang beberapa pembeli yang membeli dagangan Laura.Hatinya begitu senang. Ia benar-benar sangat antusias melayani pembeli tersebut."Pagi-pagi sekali buka dagangannya, Neng," ucap salah seorang di antara mereka.Laura tersenyum kecil seraya menjelaskan bahwa dia terlalu bersemangat hingga
Suatu hari Laura sedang membuat banyak pesanan karena ada salah satu pelanggan dia yang memesan untuk sebuah acara. Tapi kali ini pesanan yang harus Laura tangani jauh lebih banyak dari yang dipesan oleh temannya Galen tempo hari.Bukan sesuatu hal yang mudah jika dilakukan hanya seorang diri. Hingga Tuhan mengirimkan bantuan untuk Laura dengan mendatangkan Vincent ke kontrakannya.Awalnya Vincent hanya ingin berkunjung saja dan melihat kondisi Laura terkini. Tapi menyadari bahwa ada wangi sedap dari dalam, Vincent menebak jika Laura sedang membuat masakan enak.Mendengar ketukan pintu, Laura mengecilkan api kompor terlebih dahulu dan melihat siapa yang datang."Vincent?" ucap Laura kaget.Vincent tersenyum lebar melihat wanita cantik yang menyambut kedatangannya. Apalagi dengan rambut diikat, membuat Laura terlihat jauh lebih mempesona karena berbeda dari biasanya."A---ada apa, ya?" gugup Laura. Ia bukannya tidak senang jika Vincent mengunjungi tempat tinggalnya. Hanya saja ia taku
Tepatnya di balkon area kamar, Leon terlihat sedang menatap pemandangan megah di sekitar. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, yang jelas dia sedikit senang karena cincin pertunangan palsu itu sudah kembali padanya.Mungkin bagi sebagian orang itu hanyalah benda biasa saja, namun tidak untuknya yang sangat menghargai sebuah hubungan. Leon kembali mengingat tentang kejadian waktu itu. Ketika pertama kali dirinya bertemu dengan sosok Laura.Saat itu Leon baru saja pulang dari luar kota. Ia mendapati sosok wanita tersebut yang tengah menangis di tengah jalan dan hampir saja terserempet oleh sebuah motor.Dengan sigap Leon menolongnya, dan mereka pun mulai saling menatap satu sama lain.Leon tak pernah ingin jatuh cinta pada gadis itu. Tapi anehnya wajah tersebut terus muncul di pikiran dia.Hingga suatu hari Nek Risa meminta Leon untuk mencari seorang wanita dan menjadikannya sebagai pengganti dari tunangan lama Leon yang telah tiada.Leon berinisiatif untuk mencari kembali sosok
Tanpa sepengetahuan Laura, ternyata Vincent adalah seorang pembunuh bayaran. Ia akan menghabisi nyawa siapa saja yang dianggap telah mengganggunya maupun orang-orang di sekitar.Tentu ia melakukan ini bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain juga. Ya, dia memiliki bos pribadi dan selalu menjalankan perintah dari bosnya itu.Tapi tak jarang Vincent sering menentang perintah yang diberikan padanya dan berani untuk melanggar. Namun, bosnya juga tidak bisa terus-terusan memaksa kehendak Vincent karena ia takut jika Vincent akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menyerangnya balik.Vincent mengirimkan sebuah pesan pada si bos dan mengatakan kalau ia baru menyelesaikan tugasnya.Tak hanya itu saja, Vincent juga meminta bayaran yang jauh lebih besar. Jika tidak maka Vincent akan membongkar semua rahasia si bos pada beberapa target mereka selanjutnya.Tentu saja ancaman yang Vincent lontarkan selalu membuat bosnya takut dan menuruti setiap kemauannya. Sekalipun dia harus menge
"Ngomong-ngomong kapan Kakak pulang dari luar negeri? Kenapa baru datang ke rumah sekarang?" tanya Harry yang dikenal paling dekat dengan Vincent."Sebenarnya aku pulang sudah cukup lama, sekitar dua minggu yang lalu. Tapi aku memutuskan untuk tinggal di apartemenku saja. Makanya aku ingin mengunjungi adik-adikku sejenak di sini," jelas Vincent."Vincent, apakah kau memiliki kenalan wanita untukku? Barang kali ada temanmu yang cantik-cantik dan siap untuk aku jadikan kekasih." Tiba-tiba Damian kembali menyalip pembicaraan."Damian! Kau boleh memanggilku dengan sebutan nama karena aku hanya lebih tua beberapa bulan darimu. Tapi kau tidak boleh memanggil Kak Vincent dengan sebutan nama juga. Tolong hormati dia," tegur Leon pada Damian.Kali ini Damian tidak mau mendengarkan ocehan Leon. Ia ingin mengikuti keinginannya sendiri saja. Karena bagi Damian, menyebut nama lebih nyaman dibandingkan memakai kata 'Kakak'."Percuma saja Kak Leon menasihatinya. Setan seperti dia tidak akan bisa men
Laura sedang berada di sebuah toko barang antik yang dulu sering ia jumpai bersama ibunya.Melihat kondisi toko yang sedang ramai, Laura berinisiatif untuk berpura-pura memilih barang-barang antik terlebih dahulu.Melihat banyak gelas yang menggemaskan dan menarik, tentu ia sangat ingin membelinya. Apalagi ibu Laura juga suka mengoleksi barang seperti ini.Laura kembali mengalihkan pandangannya ke meja khusus pembayaran dan melihat apakah masih ada pembeli lain di sana atau tidak. Dan ternyata sudah kosong, alias sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain dia dan si pemilik toko.Laura memberanikan diri untuk mendekat ke arahnya. Kedua tangan saling mengepal erat di depan tubuh.Meski mereka sudah kenal sangat lama, tapi Laura juga sedikit segan untuk menyapa karena entah berapa lama mereka sudah tidak bertemu lagi."Laura? Kau Laura, 'kan? Putrinya Bu Manda."Si pemilik toko mulai mengenali wanita di hadapannya. "I---iya, Pak," balas Laura gugup sambi berusaha untuk tersenyum."Ada kep
Leon bangun dari duduknya dan hendak meninggalkan Vincent.Dengan santainya Vincent mematikan sumbu rokok pada tanah rumput di taman tersebut.Leon melirik Vincent dengan tajam."Jangan lakukan itu lagi karena bisa merusak taman ini," ujar Leon yang langsung tegas dalam sekejap. Kedua telapak tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.Akhir-akhir ini Leon terlihat sangat sensitif jika membahas soal pasangan. Padahal dulu sebelum mengenal Laura, dia tak pernah mau menanggapi serius tentang dunia percintaan.Vincent tersenyum tipis. Ia kagum pada Leon yang sejak dulu selalu berani menegurnya jika salah. Walaupun terkadang Vincent juga sering melanggar dan tidak mau mendengarkan nasihat Leon."Baiklah, aku akan segera kembali ke apartemenku. Lain kali mungkin aku akan datang ke sini lagi," seru Vincent yang juga langsung bangun dari duduknya.Kemudian ia berjalan cepat menyusuli dan melewati Leon. ***Launa dan Devano tengah asik berbelanja di sebuah mall yang paling terkenal dengan kem
"Aku khawatir jika alam seindah ini bisa hancur karena dipandangi oleh manusia sepertimu."Sontak suara seorang pria yang tidak asing di telinga berhasil memaksa Laura untuk membuka matanya.Laura yang kaget langsung berdiri dan menghadap ke belakang."Devano, sedang apa kau di sini? Apa masih belum puas kau menyakitiku?" tanya Laura.Devano malah tertawa kecil."Apa kau bilang? Menyakitimu? Cih!!""Memangnya sejak awal siapa yang memulainya duluan? Bukankah kau yang selingkuh dengan pria brengsek itu?"Mendengar sebutan 'Pria Brengsek', Laura langsung paham siapa yang dimaksud oleh Devano."Berhentilah menghina Leon! Dia tidak salah apa-apa. Kau boleh menuduhku telah berselingkuh atau apa pun itu, tapi jangan pernah bawa-bawa Leon dalam hal ini.""Astaga ... sepertinya ada yang marah saat nama selingkuhannya dicemari oleh mulutku," ujar Devano menyinggung Laura.Dengan langkah perlahan, Devano maju mendekati Laura sambil mendorong pundak wanita itu sedikit demi sedikit.Laura yang ti