Gawaiku berdering, kulihat dari layar nama Pak Salman yang sedang menghubungi."Assalamualaikum, Pak," jawabku sopan."Waalaikumsalam, Yati. Kamu apa kabar, Nak?” tanyanya dari seberang telepon."Alhamdulillah, baik, Pak.""Begini, Nak, Bapak sudah memasukkan surat laporan penipuan Arjuna. Jadi Bapak butuh kerja sama denganmu, Nak. Bapak butuh surat pernyataan kamu." Beliau menceritakan semua prosesnya."Baik, Pak, apa yang harus saya lakukan?” tanyaku setelah mendengar penjelasan dari lelaki yang telah membeli rumah peninggalan orang tuaku itu."Besok kamu datang ke kantor pengacara Bapak di kota. Nanti alamatnya Bapak SMS kamu, ya.""Baik, Pak." Telepon pun terputus, dan SMS datang sesaat setelah perbincangan melalui telepon itu berakhir, berisikan sebuah alamat. ***Pagi itu aku berangkat menuju kantor pengacara ditemani oleh Bu Sarti mengendarai taksi online, karena aku masih belum hafal betul dengan kota ini. Bu Sarti menemaniku, agar wanita itu tidak bosan juga di rumah. Itu a
Aku mendapat surat panggilan dari kepolisian terkait kasus penipuan yang dilakukan Mas Arjuna. Sebelumnya Pak Salman sudah memberi tahu, polisi hanya menanyakan beberapa pertanyaan saja.Aku mendatangi kantor polisi ditemani oleh Nadya. Seperti yang diucapkan Pak Salman, pihak kepolisian hanya mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku dan kujawab dengan sejujurnya.Beberapa hari kemudian sepulang dari tempat kursus, aku mendengar kabar bahwa Mas Arjuna ditahan untuk sementara waktu sampai jadwal pengadilan tiba. Baru bisa ditentukan berapa lama Mas Arjuna harus berada di tahanan. Mungkin bisa lima tahun bahkan sepuluh tahun.Dengan ditahannya Mas Arjuna, mungkin bisa meringankan gugatan perceraianku karena bukti alasan untuk berpisah dengannya sudah sangat kuat. Aku menunggu saat pengadilan agama menyatakan secara resmi dan tertulis bahwa kami bercerai. Agar lebih tenang dan fokus menata masa depan dengan calon bayi yang ada dalam kandunganku.Biarlah kami hidup berdua saja, mungkin set
Siang itu anak keduaku––Arjuna menelepon. Dia ingin menikah dengan gadis kampung. Aku sangat terkejut dengan kabar yang disampaikannya. Begitu frustrasinya dia setelah putus dari Tiara. Sampai ingin menikahi gadis yang berasal dari desa.Impianku mempunyai besan dari keluarga terpandang pupus sudah. Awalnya Arjuna mempunyai kekasih bernama Tiara berasal dari keluarga berada. Orang tuanya memiliki pabrik batik dan Tiara merupakan keponakan Walikota. Aku membayangkan jika Arjuna menikah dengan gadis itu, pasti pestanya meriah dan dihadiri oleh Bapak Wali Kota. Betapa bangganya aku, yang bisa pamer kepada ibu-ibu di sini dan teman-teman arisanku.Ah, pasti derajat ini naik dan bisa berjalan sambil menaikkan dagu sambil memandang rendah orang lain. Anakku, Arjuna yang ganteng dan sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama, harus mendapatkan jodoh yang sempurna.Dulu dia memperkenalkan wanita cantik itu sebagai kekasihnya. Bisa kulihat dari penampilannya sangat berkelas sekali memakai tas
“Kak Yati ... Kak ...,” ucap Nadya.Aku Berusaha Membuka mata, mengerjap beberapa kali dan akhirnya mata ini terbuka. Namun, bibir ini tidak bisa digerakkan, tenggorokan panas, badanku seperti tidak bertulang, lembek bagaikan jeli.Air mataku mengalir, jiwa dan perasaanku masih normal, tetapi fisikku lemah bahkan lumpuh. Aku bisa mendengar dan melihat, tetapi tidak bisa berkata.Ya Allah ... berilah hamba Kekuatan.Ambulans berhenti di sebuah rumah sakit dan aku segera dilarikan ke UGD.Di ruang pemeriksaan, dokter memeriksaku bersama beberapa perawat. Tidak berapa lama dokter keluar ruangan, dan aku dipindahkan ke ruangan lain.Di saat tempat tidur didorong keluar menuju ruangan lain, kulihat Bu Sarti dan Nadya berlari menghampiriku."Yati, anak Ibu, yang kuat, ya, Nak ...,” bisik Bu Sarti lembut.Aku dibawa ke ruang operasi dan gelap.***Sementara di tempat lain, ada dua orang wanita yang merasa bahagia dengan apa yang dialami oleh Yati. Siapa lagi kalau bukan Bu Anik dan Mila."B
Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit dan kondisinya sudah mulai membaik, kini Yati diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter.Mereka membereskan segala administrasi. Bu Sarti membayar semua biaya di rumah sakit, tetapi ditolak oleh Yati karena Yati masih punya tabungan penjualan rumah kedua orang tuanya.***Di suatu sore saat Bu Sarti membersihkan bunga-bunga di halaman depan, dibantu oleh Yati, Bu Anik menghampiri."Yati, kamu sudah sembuh?” tanyanya tidak percaya."Alhamdulillah, sudah, Bu,” ucap Yati.Bu Anik diam dan berlalu. Yati merasa heran, karena tidak biasanya mantan mertuanya itu menanyakan keadaan, sampai detail seperti tadi. Biasanya juga hanya mengajaknya untuk ribut dan sibuk mencaci makinya.Yati melanjutkan kursus memasak kuenya yang sempat tertunda karena sakit. Yati harus semangat lagi, harus bangkit lagi. Tidak boleh terlalu lama bersedih karena keguguran.Yati yakin, Allah sudah mengatur segalanya. Tugasnya sebagai manusia hanya menjalankan hidup dengan sebai
Dengan kaki gemetaran Mila melangkah memasuki rumah paranormal tersebut.Krieet. Bunyi suara pintu ketika di buka menambah keseraman suasana. Jantung Mila berdebar lebih kencang, buliran keringat memenuhi keningnya.Di tengah ruangan, paranormal tersebut menatap Mila tajam."Ganti pakaianmu, pakai kain ini,” ujarnya sambil menyerahkan sebuah jarit batik.Mila menuruti semua Perintah sang paranormal tersebut. Dinikmatinya tubuh Mila sepuasnya. Seminggu berlalu. Mila menjadi budak nafsu paranormal tersebut. Batin Mila tersiksa, tetapi tidak bisa menolak. Air matanya menetes setiap paranormal tersebut menuntaskan nafsu bejatnya.Kesempatan untuk kabur selalu terbuka, tetapi mental Mila tidak cukup berani untuk keluar rumah paranormal tersebut yang ada selalu dihantui rasa ketakutan. Namun, dia sangat tersiksa menjadi budak nafsu sang paranormal.Penyesalan menghantui perasaan Mila. Dia rindu kedua anaknya, Rana dan Radit yang selama ini tidak dipedulikannya. Selama ini, yang ada di pik
Yati memutuskan untuk pergi ke masjid membawa dagangan kuenya. Dia membagi-bagikan penganan manis itu kepada orang-orang yang sedang kerja bakti membersihkan tempat ibadah itu. Kemudian Yati pun pulang ke rumah Bu Sarti."Wah, laris, Kak, jualannya?” ucap Nadya menghampiri."Nih, Nadya, ada kue, yuk, dimakan,” ucap Yati tanpa menjawab pertanyaan Nadya."Loh, kok, nggak dijual semua? Tadikan Yati udah meninggalkan beberapa dan itu udah cukup," ucap Bu Sarti menimpali."Iya, Bu. Nggak apa-apa, sisa sedikit, nih," jawabnya sambil tersenyum miris.Yati menyembunyikan kejadian tadi pagi karena lagi malas membahas semua masalah itu.🌸🌸🌸🌸🌸Bu Anik tertawa terbahak-bahak merasa puas dengan kejadian tadi."Syukurin, kau, Yati, jadi nggak laku, kan, jualanmu, aku nggak akan membiarkanmu hidup tenang,” ucapnya sembari melipat tangan di dada dan tersenyum licik penuh kemenangan. “Bi, buatkan kopi!" teriak Bu Anik memanggil pembantunya.“Iya, Nyonya,” jawab wanita muda tersebut.Bu Anik me
Setelah kedua orang tua Kak Mila datang, Yati pamit dan kembali ke rumah Bu Sarti.Sebelum pulang kedua orang tua Kak Mila menghampiri untuk mengucapkan terima kasih. Tidak lupa mereka meminta maaf atas perlakuan Kak Mila selama ini kepadaku. Kejiwaan Kak Mila benar-benar terganggu bahkan melihat Ayah kandungnya dia menjerit ketakutan. Setelah itu tertawa tanpa sebab lalu menangis. Kak Mila terpaksa menjadi penghuni rumah sakit jiwa karena kalau sudah mengamuk cukup membahayakan orang di sekitarnya.🌼🌼🌼🌼Hari-hariku berjalan seperti biasa lagi, berjualan kue melalui online dan aku sudah menyelesaikan kursus memasak kue. Alhamdulillah sudah mulai banyak yang order.Sedikit demi sedikit aku sudah mulai bisa menabung.“Yati ... Yati,” panggil Bu Anik saat aku melewati depan rumahnya.Mau apa lagi, sih, Ibu ini ..., ucapku dalam hati.“Bisa masuk sebentar, Yati,” ucap Bu Anik dengan lembut.Aku kaget tumben sekali berbicara lembut seperti itu, biasanya kasar dan ketus."Ada apa, Bu?"