Bukan Pembantu Gratisan

Bukan Pembantu Gratisan

By:  Henny_Hutabarat  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
61Chapters
6.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Yati wanita desa, yang menikah dengan lelaki yang berasal dari kota yang bernama Arjuna, semenjak menikah, Yati dijadikan pembantu gratisan oleh mertua dan keluarga suaminya, akankah Yati akan terus bertahan atau melawan kedzaliman yang terjadi pada dirinya?

View More
Bukan Pembantu Gratisan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Aleeaaz
Wanita tangguh
2023-10-25 15:04:01
0
61 Chapters
Kuhancurkan Semua
"Yatiii!” Ibu mertua memanggilku dengan suara lantang dan memekik, tergopoh tungkai kaki ini menghampiri. “Dari mana saja kamu, hah?! Ini cepat beresin rumah berantakan semua!” titah Bu Anik– mertuaku dengan wajah bengisnya. “Tadi sudah saya bersihkan, Bu, tapi anak-anak Kak Mila yang berantakin lagi," ucapku gugup sambil meremas ujung baju kaos yang sedang aku kenakan. “Jangan banyak alasan! Ayo, beresin lagi!" Dengan mata melotot Bu Anik berteriak memberi perintah. "Ba … baik, Bu," ucapku lagi dengan nada suara yang masih gugup dan takut. "Kamu itu, udah numpang hidup di sini, harusnya tahu diri, jangan sampai Arjuna menceraikan kamu, dan balik lagi kamu ke kampung lalu jadi kuli di ladang orang! Dasar menantu nggak tahu diri, udah jelek, bodoh, dan mandul lagi!" cecar ibu mertua tanpa perasaan. Gusti Allah. Perih rasanya hati ini ... dengan hati yang terluka, aku membersihkan lagi rumah mertua, iris mata ini membayang dan dalam hitungan detik bulir air mata sudah jatuh ke a
Read more
Meminta Pertolongan
‘Aku harus segera pergi dari sini, sebelum Mas Arjuna memukulku’ batin ku sambil mengemasi barang-barangku.Tangan ini bergerak cepat memasukkan pakaian ke dalam tas yang dulu aku bawa saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini, aku kumpulkan rasa berani dari ancaman Mas Arjuna, tapi kalau aku terus-terusan merasa takut, mereka akan terus mengintimidasi mental dan jiwaku. Aku mendengar mertuaku menangis meraung-raung penuh drama. Padahal, masih melekat ingatan di kepalaku, dia juga pernah mencocol mulutku pakai sambal, saat aku ketiduran setelah menyetrika pakaian mereka yang menggunung.Setelah selesai berkemas dan sudah berganti pakaian, aku menuju pintu keluar. Sebelum keluar, tangan yang bekas sambal tadi kusapukan di baju Mas Arjuna yang tersusun rapi di lemari. Biar saat dia memakai baju yang terkena sambal, merasakan sensasi hangat terbakar di kulitnya. Agak konyol, tetapi biar saja karena dia juga sering membuatku sakit hati.Kubuka pintu kamar, seketika semua mata tert
Read more
Diselamatkan oleh warga
Mas Arjuna dan Bu Anik seolah tidak percaya dengan apa yang barusan aku ucapkan. Mereka berpikir aku wanita yang lemah dan hanya mengandalkan uang pemberian suami, tidak mungkin meminta cerai dari Mas Arjuna. "Aku tidak akan menceraikan kamu, Yati?! Kamu harus balik lagi ke rumah!" teriaknya. Aku bergidik ngeri membayangkan harus balik ke rumah yang sudah seperti ne*aka itu. Seketika diri ini meng*muk, aku menghampiri Mas Arjuna, tanpa terduga olehnya, kukuku sudah tert*ncap di kulitnya, lalu tak lupa, aku pun menghadiahi sebuah tend*ngan telak di daerah terlarangnya.Aku bagaikan monster yang mengamuk bertarung melawan musuh. Warga memegangi kedua tanganku, tetapi aku terus berontak dengan sekuat tenaga. Ingin rasanya menc*bik-c*bik wajah Mas Arjuna, dia ingin aku lebih lama lagi tersiksa di rumah ibunya. "Lihatlah dia ... begitu kurang ajarnya, kepada suaminya!?" teriak Bu Anik "Sudah gila, dia,” lanjutnya lagi sembari mencebikkan bibirnya.Rasanya ingin kuc*kari wajah Bu Anik,
Read more
Tinggal Di Rumah Bu Sarti
"Yati ...Yati ...."Aku sudah setengah sadar, ketika mendengar ada suara yang memanggil namaku. Kurasakan juga, sebuah tangan lembut membelai rambut. Dengan mata yang masih berat, aku memaksa mataku terbuka."Bu ... aku di mana?" ucapku berbisik, setengah memicingkan mata karena silau.Kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Aku bingung dengan suasana yang masih asing, lalu mencoba untuk duduk di pinggiran kasur, dengan dibantu oleh Bu Sarti.“Kamu istirahat dulu, Nak, kamu lagi di rumah Ibu. Sementara kamu di sini dulu,” ucapnya ramah sambil menyunggingkan senyum."Ini ada teh dan bubur, kamu makanlah dulu tadi kamu pucat sekali," ucap Bu Sarti penuh dengan kasih sayang.Aku teringat belum ada satu makanan pun yang masuk ke dalam lambung. Karena kalau aku kedapatan makan sebelum acara arisan selesai, Bu Anik pasti sudah berteriak dengan sadis dan brutal.Segala caci maki lepas bebas dari mulutnya untukku.Walau dengan rasa malu, aku menghabiskan semangkuk bubur ayam dan teh hangat
Read more
Hamil?
Isi dalam perut ini keluar semua, aku merasa mual sekali, kepalaku pusing mencium aroma sambal tadi.Bu Sarti menghampiri dan memapahku ke sofa di bantu oleh Mbok Darmi"Kamu kenapa, Nak?" Bu Sarti menatapku dengan ekspresi prihatin."Tidak tahu, Bu, tiba-tiba aku mual mencium bau sambal tadi, biasanya tidak pernah seperti ini, Bu.”Aku memijit pelan kepala yang terasa pusing. Mbok Darmi membuatkan teh, lalu memijat kaki ini.Diperlakukan sangat istimewa seperti itu, membuat aku merasa sungkan padahal keadaanku saat ini memang butuh pertolongan."Atau jangan-jangan, Yati hamil," ucap Mbok Darmi.Degh. Ada perasaan yang menjalar di hati saat Mbok Darmi berkata seperti itu. Entahlah perasaan apa, aku juga masih meraba. "Nanti siang kita coba ke klinik dokter.Ibu juga khawatir kemarin kamu pingsan dan sekarang muntah-muntah," ucap Bu Sarti.Walaupun khawatir dengan kondisi diri sendiri, tapi melihat kepedulian keluarga ini, terasa damai. Hangat sekali keluarga ini, aku begitu nyaman
Read more
Di Paksa Balik Ke Rumah Mertua
Bu Sarti menggenggam tanganku untuk menguatkan, lalu dia berjalan menuju pintu dan membukanya. “Silakan masuk, Bu Anik,” ucap wanita yang telah banyak berjasa padaku.Bu Anik pun memasuki ruang tamu diikuti oleh Kak Mila.“Ada apa datang ke sini, Bu?" Dengan sedikit rasa takut, aku memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu.“Ini rumah Bu Sarti, tidak seharusnya kau bertanya, Buluk!” bentaknya.“Eh, Yati, baru sebentar saja di sini sudah seperti tuan rumah gayamu, ya,” sambung kak Mila.“Hati-hati, Bu Sarti, mending anak ini diusir saja daripada bikin beban di rumah ini.” Sepertinya tidak puas mungkin rasanya, kalau kedua orang itu tidak menyakiti perasaanku.Astagfirullah, apalagi mau mereka. Tidak bisakah aku lepas dari mereka dan hidup dengan tenang? batinku menggerutu.“Sudah, jangan ribut di sini!” sentak Bu Sarti menghentikan ejekan mereka terhadapku."Ayo, duduk dulu, Bu Anik, ada apa gerangan datang ke rumah saya malam-malam begini?” tanya Bu Sarti setelah keduanya dudu
Read more
Balik Kampung
Aku bersiap pulang ke kampung halaman, Bu Sarti sudah memesan travel menuju kampung ku, butuh waktu tujuh jam perjalanan."Yati sebelum travelnya datang, sebaiknya kita makan dulu," ajak Bu SartiSetelah sarapan dan meminum vitamin penguat kandungan kami menunggu mobil yang akan membawaku ke kampung halaman, datang.Tin. Tin. Suara klakson berbunyi, aku mengintip dari jendela, mobil travel sudah parkir di halaman rumah Bu Sarti, kami segera menaiki minibus tersebut."Hei, tunggu!" teriak Bu Anik dia menyambar tanganku dan menariknya. Aku hampir terjatuh untung saja tangan ini dengan cepat berpegangan pada besi dekat pintu travel tersebut."Apa-apaan, sih, Bu!" teriakku kesal. "Pokoknya kamu tidak boleh pulang," ucapnya sambil memegangi pergelangan tanganku."Bu ... tolonglah, apalagi yang Ibu inginkan, izinkan aku pergi, Bu," ucapku memelas."Setelah melahirkan baru kamu boleh pulang dan bayimu tidak boleh kau bawa ke kampung," ucapnya lagi. "Bu, aku tidak ingin berdebat, travel i
Read more
Kemana Kedua Orang Tuaku
Saat aku melihat sekeliling, posisi tempat yang dulu, ternyata rumah orang tuaku yang dulu sudah tidak ada. Kini, berubah menjadi bangunan yang di depannya tertulis Rumah Potong Ayam.Kaki ini melangkah mendekati rumah tersebut, Bu Sarti mengikuti dari belakang. Terlihat beberapa orang sedang melakukan aktivitas pekerjaan dan terlihat ada mesin pembersih ayam dan yang lainnya. "Permisi, Mas ... maaf mau bertanya, yang punya rumah ini dulu ke mana, ya? Pak Darminto," ucapku dengan sopan pada salah seorang pria yang berada di tempat itu."Maaf. Saya tidak tahu," jawab pria itu sekenanya, sepertinya, terganggu akan kedatanganku, mereka terus fokus bekerja.Aku mencoba keliling. Seribu pertanyaan bersarang di hati ini, tetapi entah kenapa, perasaanku mengatakan ada sesuatu yang terjadi.Ya Allah ke mana orang tuaku. Dan, ke mana rumah dimasa kecilku? Pertanyaan itu seperti bergema di hati ini."Ayo, Yati, coba kita tanya beberapa tetangga sekitar sini, tidak mungkin mereka tidak tahu. Pas
Read more
Makam
Bu Sarti Dan Bu Isur memapah tubuh ringkih ini untuk duduk di kursi yang berada dalam ruang tamu rumah ini.Dengan tergesa Bu Isur pergi ke arah dapur dan kembali lagi dengan memegang segelas teh hangat lalu diberikan padaku. "Bu, di mana makam Bapak dan Ibu," ucapku lemah setelah meminum sedikit, teh hangat yang diberikan Bu Isur tadi. "Setelah makan siang, Ibu akan mengantarkan kamu ke sana, sekarang kamu istirahat dulu," ucap Bu Isur sambil menatapku iba dan penuh kasih sayang. "Iya Yati, kamu istirahat dulu, apalagi kamu sedang mengandung, perhatikan juga kesehatan kamu dan janin yang sedang kamu kandung," timpal Bu Sarti. Rasanya kaki ini ingin segera pergi melangkah ke tempat peristirahatan Bapak dan Ibu yang terakhir. Namun, apa yang dikatakan Bu Sarti dan Bu Isur ada benarnya, aku tidak boleh egois, ada janin yang sedang kukandung dan harus diperhatikan kondisinya. Sejak tadi, tegang dan sakit yang kurasai pada perut dan bagian punggung ini, mungkin ini alarm tubuh untuk
Read more
Allah Maha Baik
Terima-kasih buat kalian yang sudah mau membuka kunci, semoga Allah memberikan rezeki berlimpah buat kamu ya, sehat selalu dan sukses selalu buat kita semua. Selamat Membaca. Malam itu aku bertamu ke rumah Pak Salman. Ingin menanyakan perihal rumah kedua orang tuaku yang dibelinya melalui Mas Arjuna.Aku berangkat ditemani Pak Darwin dan Bu Isur, sedangkan Bu Sarti atas saranku beliau istirahat dulu karena besok pagi kembali ke kota. Aku tidak ingin orang yang sudah kuanggap ibu bagiku jatuh sakit karena terlalu capek."Assalamualaikum, Pak," ucap Darwin."Waalaikumsalam, silakan masuk, Pak Darwin. Ada apa, nih malam-malam bertamu ke rumah bersama istri dan––“ Dia menghentikan ucapannya saat melihatku. "Yati? Kamu, Yati, ‘kan, anak almarhum Pak Darminto?”"Iya, Pak" jawabku sopan sambil membungkukkan badan tanda hormat kepada beliau."Ayo. Ayo, silakan duduk ...," ucapnya.“Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya ingin bertanya kepada Bapak, perihal rumah almarhum kedua orang tua
Read more
DMCA.com Protection Status