Bukan Pemuas Nafsu
Part 1
#Rhienz
"Aw, sakit! Aku mohon, pelankan sedikit!"
"Sabar sayang! Bertahanlah, sedikit lagi aku mencapai puncak! Bukankah kamu ingin segera punya momongan?"
"Iya' sayang! Tapi gerakanmu terlalu kasar!" mendengar ucapanku, Anto hanya tersenyum. Ia sama sekali tidak peduli denganku yang merintih menahan keganasan nya di atas ranjang.
Satu jam setelah pertempuran hebat itu, kami masih terbaring di atas peraduan. Aktivitas rutin yang selalu kita lakukan setiap malam agar segera mendapat momongan, walaupun pada akhirnya hasilnya selalu negatif.
Sudah satu tahun kami menunggu hadirnya seorang bayi di rumah ini. Berbagai usaha telah kami lakukan. Namun, semuanya belum berhasil.
Aku dan Anto menikah setelah lima tahun berpacaran. Selama kita pacaran kita sudah seperti layaknya pasangan suami istri. Aku sering menginap di kost Anto tanpa sepengetahuan orang tua ku.
Karena Mama dan Papa ku orang yang sangat sibuk dengan bisnisnya, jadi tidak begitu memperdulikan aku anak sulungnya.
Hampir lima tahun aku berpacaran dengan Anto sudah tidak terhitung berapa kali kami berhubungan badan, Anto laki laki yang perkasa yang selalu bisa memuaskan hasratku di atas ranjang.
***
Satu minggu setelah pertempuran hebat malam itu, Anto pergi keluar kota. Ia ditugaskan untuk mengecek pengiriman barang yang tersendat karena ada insiden kebakaran di cargo pusat.
Sudah dua minggu ia pergi, tapi belum ada kabar kapan ia pulang. Rasa rindu ini sudah membuncah di dalam dada. Bagaimana tidak, selama menikah aku belum pernah berpisah dengannya selama ini.
Ditengah kerinduanku padanya, tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke ponselku.
[Bersiaplah! Malam ini aku pulang!] isi pesan yang dikirim oleh Anton sontak membuat senyumku mengembang.
[Kamu pulang malam ini?] tanyaku memastikan.
[Iya Nona manis! Aku tau, kamu pasti sudah tak sabar ingin bertemu, kan? Bersiaplah! Jam sembilan malam aku sampai dirumah!] setelah membaca pesan itu, aku bergegas pergi ke salon. Aku harus tampil maximal nanti malam.
**
Sore berganti malam, tak sabar rasanya menunggu Anto pulang. Aku yang sudah mengenakan mini dress berwarna hitam duduk di ruang tengah menunggu kedatangannya.
Tak lama kemudian bell pun berbunyi, gegas ku membuka pintu, dan benar saja, Anto sudah berdiri di depan pintu dengan dua buah paper bagian besar ditangan nya.
"Sayang! Akhirnya kamu pulang! Aku kangen," ucapku mencium pipinya. "Masuklah! Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu!" ajakku pada Anto.
"Kamu sexy banget pake baju ini! Bikin aku nggak tahan pengen segera eksekusi!" ucapnya saat menyantap makan malam yang aku hidangkan.
"Udah, ah! Jangan gombal. Cepet habisin makanannya! Ntar keburu dingin, nggak enak!"
"Serius, Tin! Malam ini kamu cantik banget! Aku jadi nggak selera makan yang ini! Aku mau makan yang lain saja!" ucapnya lantas menggendongku ke kamar.
"Ikh, kamu ini apa-apaan, sih' sayang! Mandi dulu sana! Bau!"
"Nggak! Aku nggak mau mandi dulu! Aku mau makan kamu dulu!" teriaknya lalu menghempaskan tubuhku diatas Kasur.
Setelah melucuti pakaianku, ia pun lantas menanggalkan pakaiannya di lantai. Sepertinya malam ini akan menjadi malam panjang untuk pertempuran ku dengannya setelah dua minggu kita menahan hasrat diatas ranjang.
Dering ponsel berbunyi, membuat Anto menghentikan aktivitasnya. Sebuah panggilan yang tiba-tiba masuk saat kami akan memulai pertempuran, membuat Anto harus menahan hasratnya dan segera pergi ke kantor tempatnya bekerja.
Bosnya menelpon dan menyuruhnya datang disaat yang tidak tepat. Malam ini seharusnya menjadi malam pelepasan kita berdua setelah lama berpisah. Tapi, semuanya sirna karena Anto tidak mungkin menolak perintah dari atasannya yang killer itu.
****
"Sayang ⦠ko tumben pagi pagi sekali kamu uda bangun?" tanyaku pada Anto yang tidak biasa bangun di pagi hari.
"Iya! ... Hari ini aku mau berangkat ke kantor lebih awal, ada janji dengan teman." jawab Anto sambil bergegas ke kamar mandi.
"Sayang yuk sarapan dulu!" ucapku menghampiri Anto yang baru keluar dari kamar mandi bertelanjang dada.
Anto pun tersenyum dan berkata. "Sarapan nanti aja, aku sedang buru-buru".
Aku yang mendengar penolakan dari Anto sedikit kesal dan merajuk.
"Gak peka banget, sih! Padahal dari semalam aku nunggu dia! Apa dia tidak berfikir bagaimana perasaanku saat ia tinggalkan begitu saja dalam kondisi polos di atas ranjang!" gumamku dalam hati.
Melihatku dengan wajah masam Anto yang masih telanjang dada segera menghampiriku, memelukku dengan erat, lalu menciumku hangat dan tanpa basa basi Anto pun menggendongku sampai ke atas kasur.
Kami pun bersenggama sampai tidak terasa jarum jam menunjuk ke arah jam delapan tiga puluh.
Anto yang masih basah kuyup dengan peluh harus segera bergegas ke kantor. Dia memang selalu totalitas saat bersetubuh, dia selalu memberiku kepuasan.
"Sayang kamu yakin mau langsung berangkat ke kantor dalam kondisi yg masih ngos ngosan gini?" tanyaku sambil meledek Anto yang kala itu benar benar terlihat kelelahan.
"Iya sayang, aku ada janji dengan teman lama akan bertemu di kantor jam 9 pagi ini. Jadi aku harus segera berangkat," jawab Anto sambil mengambil kunci motor di atas meja.
"Aku berangkat dulu ya sayang! Hati-hati di rumah," Setelah mengecup keningku Anto pun berangkat ke kantor meninggalkan aku sendiri yang masih kelelahan di atas kasur.
**
[Tin, kamu di rumah 'kan? Aku ke rumah kamu' ya sekarang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu!] Bunyi pesan singkat dari Ayu.
Ayu adalah sahabat baikku dari SMA. Kami bersahabat hampir 10 tahun. Aku sudah menganggapnya seperti saudara. Kita selalu terbuka dalam segala hal. Mulai dari hal kecil sampai hal ranjangku dengan Anto selalu ku ceritakan kepada Ayu, begitupun sebaliknya.
[Iya! Aku dirumah. Kamu kesini aja, aku tunggu!] balas ku pada Ayu.
Tak berapa lama Ayu pun datang bersama Bagas. Bagas adalah anak Ayu dari pernikahannya yang pertama, usianya masih empat tahun.
"Mamy Na⦠" teriak Bagas sambil memelukku.
Mamy Na adalah panggilan sayang Bagas kepadaku, memang dari kecil Aku dan Ayu bergantian menjaga Bagas. Kebetulan aku juga belum memiliki anak
"Tin..please tolongin aku, Aku bingung harus berbuat apa. Gery selingkuh dengan perempuan lain.
"Apa Gery selingkuh lagi? Benar-benar keterlaluan, sudah kuduga dia pasti akan mengulangi perbuatannya. Ini yang membuatku keberatan kamu menikah dengan Gery! Dia bukan pria yang baik!"
Jengkel sekali aku mendengar Gery selingkuh untuk yang kesekian kalinya.
Gery adalah laki-laki brengsek yang kini menjadi suami Ayu. Setelah Ayu bercerai dengan Ayahnya Bagas, ia menikah lagi dengan Gery. Usia Gery lebih muda tiga tahun dari Ayu.
Gery adalah anak konglomerat yang tampan dan tidak pernah merasa puas dengan satu wanita.
"Terus apa yang harus aku lakukan, Yu?" tanyaku pada Ayu yang sedang menangis.
Tak tega rasanya melihat Ayu yang menangis tersakiti oleh laki laki untuk yang kesekian kalinya.
"Aku ingin kamu memata-matai Gery! Aku ingin kamu selidiki apakah benar Gery selingkuh lagi?"
"Tapi, gimana caranya aku selidiki Gery, Yu? Aku saja jarang keluar rumah, sedangkan Gery seharian di kantor, kan?" jawabku sambil menyeka air mata Ayu yang terus mengalir.
"Aku mohon, Tin! Kali ini bantu aku demi Bagas," ucap Ayu sambil menunjuk ke arah bocah laki-laki tampan berambut ikal yang sedang bermain ikan di Akuarium milik Anto.
Aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan, Gak mungkin aku membiarkan bocah kecil yang tak berdosa itu kehilangan sosok ayah lagi.
Tapi, bagaimana dengan Anto? Dia pasti akan marah jika tau aku ikut campur dengan rumah tangga Ayu, apalagi sampai berhubungan dengan si Gery laki-laki mata keranjang yang tak pernah puas dengan satu wanita.
Mendengar nama Gery saja Anto pasti langsung emosi. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?
bersambung..
šøJangan lupa follow dan subscribe cerita baru ottor ini yah! . Tinggalkan jejak ulasanšø peluk cium dari jauh š¹š¤šø
Hari ini aku sudah boleh pulang, Gery mengantarku ke rumah, karena Papa ada urusan bisnis yang tidak bisa ditinggal. āMakasih ya, Ger! kamu sudah mau mengantar kami sampai rumah!ā ucapku pada Gery yang sedang sibuk menurunkan barang-barangku dari bagasi mobilnya. Mama menyuruh Gery masuk, dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Sepertinya Gery dan Mama mulai akrab semenjak Gery menemani kami di rumah sakit. Selesai makan aku menemani Vino yang tertidur di dalam box bayi. āTin, kamu disini?ā ucap Gery menghampiriku. āGer! sudah selesai makannya?ā āSudah, enak banget masakan asisten kamu!ā āSyukurlah kalau kamu suka, Ger! oh ya Ger, makasih ya, kamu sudah mau nemenin aku selama dirumah sakit!ā āSantai aja kali, Tin! Justru aku yang berterimakasi
Aku mulai mempersiapkan semua barang-barang yang akan kubawa, disana aku akan memulai semuanya dari awal. Membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu. Hari ini aku akan bertemu dengan Reo untuk perpisahan. Dia pasti sudah menungguku di bawah, aku harus segera menemuinya. āHai, Re! Maaf lama menunggu!ā sapaku pada Reo yang sudah menunggu di taman belakang rumahku. āGak ko, Tin! Santai saja. Aku tau kamu pasti repot, kan?ā jawab Reo datar. āRe! Makasih ya, selama ini kamu uda banyak membantuku, kalau gak ada kamu, aku gak tau gimana nasibnya hidupku ini!ā āNgomong apa sih, Tin! Santai aja kali. Oh ya Tin, kamu tau gak berita baru tentang Ayu dan Anto?ā
Dengan langkah gontai Anto pun terpaksa pergi dari sini, dia pergi bersama gundiknya. Terlihat penyesalan yang teramat dalam dari wajahnya. Namun, itu tidak akan merubah keputusanku. Sakit? Tentu! Ini benar-benar menyakitkan. Rumah tangga yang kubangun dengan penuh cinta kini hancur begitu saja karena kehadiran orang ketiga. Seandainya kamu tau, saat ini ada anakmu di dalam rahimku, aku yakin kamu pasti tidak akan mau bercerai denganku. Tapi itu tak mungkin terjadi. Karena kamu harus bertanggung jawab dengan anak yang ada di rahim Ayu. Ayu pergi dengan tatapan sinis, raut kebencian terlihat jelas di wajahnya. Begitu juga dengan Gery dan keluarganya, mereka pun berpamitan untuk pulang. Aku lelah, benar-benar lelah, aku ingin segera istirahat. **** Malam semakin larut, semua tamu undangan sudah pulang, begitu juga dengan Reo dan Beca, mereka berdua p
Kulihat jam di dinding sudah menunjukan pukul tujuh malam, aku harus segera turun ke bawah, kudorong tubuh Anto agar aku bisa terlepas darinya, dia benar-benar nafsu malam ini. āUda sayang! Kita harus segera turun!ā ucapku mengurai pelukan Anto. āHmm, kalau malam ini bukan acara pesta ultahmu, aku mau kita bercinta malam ini! Kamu terlihat sempurna,ā ucap Anto sambil membersihkan lipstik yang belepotan di bibirku. Aku segera merapikan penampilanku di depan cermin, dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Anto. Kami pun segera keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk menemui para tamu undangan. Semua orang dirumah ini sudah bersiap, Mama sudah terlihat cantik mengenakan baju couple dengan Papa,
Pagi hari>>>> Sebelum semua orang dirumah ini bangun, aku sudah terlebih dulu bangun, aku bergegas mandi dan sarapan sepotong roti gandum dengan selai stroberi. Aku juga telah mengirim pesan pada Gery agar menyuruh Ayu pulang, aku tidak ingin rencanaku gagal karena keberadaannya disini. āSelamat ulang tahun sayang!ā ucap Mama yang baru turun dari kamar, ia memeluk dan menciumku, lalu menyodorkan sebuah paper bag berisi ponsel keluaran terbaru. āMakasih, Ma!ā jawabku lalu mempererat pelukanku. Tak lama kemudian, Papa dan Alika turun membawa kue tart kecil di tangannya. āSelamat ulang tahun, Kak Tina!ā ucap Alika memelukku.
“Lepasin, Ger! jangan macem-macem, jangan cari-cari kesempatan!” ucapku langsung menarik tangan yang sedang di sentuh Gery.Beberapa kali ponsel Gery berdering. Namun, Gery tidak menghiraukannya, dia pun tidak menjawab saat aku tanya panggilan itu dari siapa, dia terkesan acuh dan tak peduli.Hari semakin sore, aku harus segera pulang ke rumah Mama. Aku harus segera menyiapkan segala sesuatunya untuk acara besok malam.“Ger! aku pamit pulang dulu!” ucapku berpamitan pada Gery.“Biar aku antar kamu, Tin!” jawab Gery sambil beranjak dari kursinya dan berdiri tepat disampingku.“Gak usah, Ger! aku gak
Benar saja dugaanku, Ayu lah yang mencuri CCTV itu, ternyata dia bersekongkol dengan satpam dan pembantu di rumah Gery. Gery harus tau semua ini, aku harus segera memberi tahunya, jangan sampai Ayu berhasil menyebar video CCTV itu ke media social.“Tin! Ko malah main HP? Cepat habiskan makannya! kita harus segera ke dealer, Papa gak enak sama Om Surya jika sampai telat,” tegur Papa padaku yang sedang sibuk membaca setiap chat yang dikirim Ayu pada seseorang.“I-iya, Pah! ini uda hampir habis, ko!” jawabku sambil memasukan sushi ke dalam mulut.Selesai makan kita pun bergegas pergi ke dealer Om Surya untuk mengecek mobil baru yang akan aku beli. Anggap saja ini sebagai hadiah dari Papa untuk menyambut calon cucu yang ada di dalam peru
Ayu berlari menghampiri Papa, dia memeluk Papa lalu bersembunyi di belakang Papa seolah ketakutan dan meminta perlindungan. "Sial! Melihat Ayu terus menangis pasti Papa akan salah paham padaku." "Kamu kenapa sih, Tin? Ko' sampai nampar Ayu? Papa gak pernah ngajarin kamu untuk kasar sama orang lain! Apalagi sama sahabat sendiri!" bentak Papa padaku. "Jangan salah paham, Pah! Ini tidak seperti yang Papa liat, Tina bisa jelasin semuanya!" ucapku membela diri. "Aduh Pah, sakit Pah!" Teriak Ayu meringis memegangi pipinya. Aku yakin dia pasti hanya pura-pura kesakitan agar Papa bisa semakin iba padanya. Papa menelpon sekretarisnya dan menyuruhnya untuk membawakan alat kompres dan kotak P3K. Sepertinya Papa benar-benar khawatir dengan Ayu yang terus meringis kesakitan. &n
āYa tuhan, Ger! Terus apa yang harus kita lakukan?ā āAku juga bingung, Tin! Tapi kamu jangan khawatir, aku sudah suruh orang untuk mencari siapa pencuri rekaman CCTV itu!ā jawab Gery berusaha menenangkanku. Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa ini bisa terjadi disaat aku akan membongkar semua kejahatan si Ayu, gak bisa aku bayangkan bagaimana jika Papa dan Mama melihat video CCTV itu? apa yang harus aku katakan pada mereka? Walaupun pada akhirnya mereka akan tahu bahwa Ayu lah yang menjebak aku saat itu. Tapiāperusahaan mereka bisa hancur jika video itu tersebar di media. Bisnis yang suda Papa bangun dari nol bisa bangkrut. Dan Anto, dia pasti akan menjadikan video itu alasan sebagai pembelaannya nanti saat aku bongkar semua tentang perselingkuhannya dengan Ayu. Ya tuhan, aku benar-benar bingung harus berbuat apa?