Bab 5) Kedatangan Kiara
"Kamu? Apa urusannya denganmu?" tuding Kiara dengan sepasang netranya.
Dia sangat terkejut, meskipun itu tak menyurutkan niatnya untuk melepaskan diri dari kungkungan Alvino. Kiara lelah. Dia sudah tak punya waktu lagi untuk melayani Alvino dengan segala argumentasinya.
Hanya perlu sekali sentakan menggunakan sikunya untuk memukul dada lelaki itu, Alvino mengaduh dan pelukannya pun terlepas. Kiara berlari kecil menuju kamarnya, mengambil tas kemudian segera pergi dari apartemen itu, tidak peduli dengan teriakan Alvino yang memanggil-manggil namanya.
Kiara masuk ke dalam lift dan segera menutupnya. Dia bermaksud turun ke lantai dasar dan dengan menggunakan ponselnya, Kiara memesan taksi yang akan ia gunakan untuk menuju gedung pusat berkah Bumi Group.
Tidak lama berselang, taksi pesanannya datang. Kiara segera masuk ke dalam dan mobil pun meluncur. Sepanjang perjalanan, gadis itu masih tetap bermain ponsel. Dia mencermati beberapa data tentang perusahaan milik Athar. Dia akan menggunakan itu sebagai bukti untuk menekan lelaki itu. Dia tak terima di permainkan seperti ini. Dia harus meraih Athar kembali, karena lelaki itu hanya miliknya.
Masa bodoh dengan Aira. Kiara sama sekali tidak menyukai gadis itu sejak pertama kali ia datang ke rumah dan menjadi bagian keluarga Hendra. Sikap Hendra yang begitu memanjakan dan menyayangi Aira membuatnya cemburu. Memang ia hanya anak tiri, tetapi ia sudah berusaha untuk berbaik-baik dengan lelaki setengah baya itu.
Kiara tidak habis pikir. Selama ini kurang apa mama Kalina kepada Hendra? Mama Kalina bahkan berhenti dari pekerjaannya untuk mengabdi kepada lelaki itu. Dia pun merasa sangat nyaman tinggal di rumah itu, hanya sayangnya perhatian Hendra terhadap Aira tak bisa tergantikan olehnya. Sebaik apapun ia bersikap kepada Hendra.
Akhirnya Kiara pun mulai merusak dirinya sendiri, bergaul dengan laki-laki di luar batas, keluar masuk tempat hiburan malam dan bermabuk-mabukan.
*****Sebenarnya bukan hal yang mudah untuk masuk ke gedung Berkah Bumi Group, tetapi bagi Kiara tentu bukan hal yang sulit. Dia sudah terbiasa keluar masuk gedung itu untuk menemui Athar, bahkan di lobby semua orang mengenalnya.
Kiara melangkah tergesa dengan mengabaikan pandangan orang-orang yang terlihat berbisik saat melihat kehadirannya di gedung itu. Dia segera masuk lift yang langsung terhubung dengan ruang kerja Athar.
Mendapati pintu ruang kerja Athar yang tidak terkunci, Kiara menerobos masuk begitu saja.
"Kiara!" Lelaki yang baru saja menutup laptopnya itu mendadak berdiri melihat sosok yang barusan masuk ke dalam ruang kerjanya. Kiara yang menatapnya beringas seolah ia adalah mangsa yang harus ia terkam sekarang juga
"Kenapa kamu membohongiku, Athar?!" desis perempuan itu seraya terus melangkah mendekat. Dia tak memperdulikan kebingungan di wajah Athar, justru merentangkan tangan berusaha memeluk lelaki itu. Namun dengan sigap Athar meraih tangan mulus Kiara, menangkapnya kuat.
"Jangan pernah memelukku, Kia. Tidak usah lebay?" Athar balas menatap gadis itu
"Aku lebay?" Spontan Kiara membentak. "Katakan padaku siapa yang lebay diantara kita. Aku atau kamu? Tega sekali kamu menipuku dengan membuat drama seolah-olah perusahaanmu jatuh bangkrut!"
"Dan kamu akhirnya pergi, kan?" sambung Athar bernada mengejek.
"Jadi ini yang kamu inginkan?" Wajah gadis itu seketika berubah merah padam.
"Aku tidak pernah menginginkanmu pergi dariku. Semua rencana pernikahan kita sudah matang 100%, hanya tinggal eksekusi, tetapi kenapa kamu kabur hanya karena mendengar kabar....." Suara Athar tertahan. Tenggorokannya seperti tercekik lantaran menahan emosi.
"Bagaimana aku tidak mempercayainya? Kamu sendiri yang bilang padaku. Aku tidak menyangka ya, Athar. Kamu itu ternyata pembohong!"
"Kamu atau aku yang pembohong?" Lelaki itu mengibaskan tangan Kiara sehingga membuat tubuh gadis itu mundur selangkah. Athar menghentakkan kaki keras-keras sembari melangkah menuju sebuah sofa yang terletak di sudut ruang itu.
"Athar, kamu itu kenapa?" Kiara berlari kecil mengejar lelaki itu.
Athar tidak kuasa mengelak saat perempuan itu duduk di sampingnya. Harum tubuh Kiara seketika menyeruak, mengusik indera penciumnya membuat dadanya yang bergemuruh seketika berhenti. Sapuan hangat nafas Kiara menyapu wajahnya membuatnya merasa menjadi lelaki yang sangat lemah. Athar memang lelaki rapuh.
Kiara menangkap perubahan yang terjadi di wajah dan tubuh lelaki itu. Dia kembali meraih tangan Athar, menciumnya dengan lembut.
"Aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan. Aku tidak bermaksud kabur, hanya saja aku sangat terkejut saat mendengar kabar darimu bahwa perusahaanmu akan bangkrut. Aku hanya terkejut, Athar. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri."
"Terus, sekarang apa maumu?" Athar menghela nafas berat.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu, Athar. Aku tidak peduli meskipun perusahaan ini akan bangkrut beneran. Aku akan tetap mendampingimu, karena aku mencintaimu. Athar, kamu hanya milikku," bujuk Kiara. Dia memainkan manik-manik di matanya agar Athar mempercayai bahwa ia benar-benar tulus kali ini.
"Kamu sudah terlambat, Kiara. Aku sudah menikah dengan Aira, kakakmu dan sekarang kamu adalah adik iparku. Sadarilah itu, Kiara," sahut Athar datar.
Bohong kalau Athar sudah melupakan semua kisah manisnya dengan Kiara. Athar sangat mencintai Kiara, bahkan rela memberikan banyak hal untuk gadis itu dan juga keluarganya, termasuk menyuntikan dana miliaran rupiah untuk pengembangan restoran Hendra yang merupakan papa tiri Kiara. Semua kemauan keluarga itu dipenuhi oleh Athar.
Akan tetapi wajar pula jika Athar sangat kecewa dengan Kiara. Kiara kabur dari rencana pernikahan mereka waktu itu. Ini melukai harga dirinya sebagai seorang lelaki. Salahkah jika Athar kemudian berpikiran bahwa Kiara adalah gadis matre yang hanya menginginkan hartanya?
"Aku tidak peduli. Aira adalah kakak tiriku, bukan kakak kandungku. Kami adalah anak bawaan dari pernikahan sebelumnya. Kamu bukan kakak iparku," tandas Kiara serius.
Athar mengangguk membenarkan. Dia sudah tahu itu sejak mengenal Kiara, tentang latar belakang keluarganya. Kiara adalah putri Kalina dari suami pertamanya, sedangkan Aira adalah putri Hendra dengan istri pertamanya.
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang, Kiara." Suara Athar terdengar frustasi.
"Kamu tidak tahu betapa rumitnya kami semua setelah kamu meninggalkan rumah. Aira yang dipaksa untuk menggantikanmu menikah denganku, sementara aku harus menikah dengan Aira. Semua di lakukan demi nama baik keluarga kita. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah kubayangkan. Kamu menghancurkan mimpi kita. Kamu membuat semua menjadi rumit. Lalu setelah semua terjadi, kamu ingin kembali?!"
Nafas Athar turun naik. Hembusan nafas yang bagi Kiara terasa begitu menggoda. Dia sangat menyukai aroma nafas itu yang terasa begitu menenangkan. Perbedaan usia mereka memang cukup jauh. Kiara baru 23 tahun sedangkan Athar sudah 30 tahun. Selisih usia 7 tahun membuat Kiara bahkan seperti adik bagi Athar. Kiara yang manja, sedangkan Athar yang dewasa.
Kiara merapatkan tubuhnya semakin dekat. Untuk yang kesekian kalinya ia menggenggam lengan lelaki itu, menciumnya. Athar tak kuasa menahan hati. Tanpa sadar ia menarik tubuh indah itu masuk ke dalam pelukannya.
Bermenit-menit waktu telah berlalu. Kedua insan itu tenggelam dalam rindu, hingga tak menyadari pintu ruang kerja itu kembali terbuka, memunculkan sosok perempuan cantik yang berdiri terpaku dengan mulut menganga saking terkejutnya.
Bab 132) Tak Ada Kesempurnaan Yang Sempurna"Sayang, sudahlah. Mama sudah bahagia di sana. Mama pasti melihat dari atas sana dan tersenyum pada cucunya. Jangan bersedih, Sayang." Athar mengusap-usaha pundak istrinya, kemudian mengajaknya berdiri.Tubuh Aira masih saja gemetar saat Athar membimbingnya menjauhi areal pemakaman. Mereka harus segera melanjutkan perjalanan menuju rumah Hendra. Perjalanan masih memakan waktu sekitar satu jam lagi. Aira kembali duduk di sisi Hendra yang tengah menyetir. Sementara Lina duduk di jok belakang sembari memangku Alia.Sepanjang perjalanan, pikiran Aira melayang tak karuan. Inilah yang membuat ia malas dan jarang mengunjungi makam itu. Bukan karena tak rindu. Setiap kali ia mengunjungi makam ibundanya, setiap kali juga luka itu kembali menganga. Luka masa kecilnya yang menyaksikan ibunya terbujur kaku dan dimasukkan ke liang lahat. Saat itu dia hanya seorang gadis kecil berumur 9 tahun yang tak mengerti kenapa ibunya tiba-tiba meninggal dunia, pad
Bab 131) Lambang Kerinduanku Kepada MamaBeberapa hari di rumah Albana serasa begitu lama bagi Aira. Meskipun Athar selalu meluangkan waktu untuk membersamainya di sela-sela aktivitas kerjanya yang padat, tetapi Aira benar-benar tak nyaman. Kalimat demi kalimat terus berkelanjutan keluar dari mulut Albana soal status Alia, putrinya. Wanita itu benar-benar kesal, karena yang ada di otak kakeknya hanya urusan warisan dan Diamond Group, seolah-olah tidak ada hal yang menjadi prioritas selain itu. Rasa-rasanya putrinya cuma dijadikan alat bagi sang kakek untuk mengekalkan kekuasaan pada kerajaan bisnisnya."Apakah dia menganggap kelahiran anakku hanya sebagai pengisi kursi pewaris Diamond Group kedepannya? Sebegitu murah harganya," gumam Aira dalam hati. Dia benar-benar tak habis pikir. Setelah mendiang ibu dan dirinya, kini giliran putrinya yang baru lahir itu yang di nobatkan Albana sebagai pewaris Diamond Group. Diam-diam ia mengepalkan tangan. Untuk hal yang satu ini, cara pandang A
Bab 130) Bukti Keajaiban Cinta[Ini ada hadiah kecil dari Kakek. Kenapa tidak memberi kabar, cucuku? Padahal bayi itu akan menjadi salah satu pewaris Diamond Group selanjutnya. Kamu masih marah dengan Kakek?!]Aira hanya tersenyum tipis, memandang baris demi baris kalimat yang ditulis oleh kakeknya. Pesan itu terasa menohok, tapi Aira memiliki pengendalian diri yang cukup kuat. Dia berusaha untuk tidak terpancing. Tanpa membalas pesan itu, Aira langsung menutup aplikasi pesan instan, kemudian beralih menuju aplikasi m-banking. Wanita muda itu ternganga saat melihat nominal yang dikirim oleh Albana. Tak main-main. Hadiah kecil yang disebut oleh kakeknya itu adalah dana sebesar satu miliar.Mungkin itu memang hadiah kecil, karena uang satu miliar bukan apa-apa bagi lelaki tua itu. Diamond Group memiliki cabang hingga ke pelosok negeri ini. Diamond Group bukan perusahaan perbankan biasa, tetapi perusahaan perbankan raksasa yang basisnya menyaingi perusahaan perbankan plat merah di negeri
Bab 129) Berdamai Dengan Takdir"Mom tahu apa yang kamu rasakan," ucap Rani dengan lembut. Berhubung Keano tidak kunjung memutar tubuhnya, akhirnya Rani lah yang berjalan memutar dan menghadap lelaki muda itu. Dia menatap Keano seolah ingin menembus di balik kelam hitam sorot mata putra angkatnya ini."Apa yang Mom ketahui tentang diriku?" tanya Keano lirih."Hati dan perasaanmu terhadap Aira."Keano seketika tersentak. "Apa yang Mom katakan? Jangan mengada-ada, Mom. Aira itu adikku dan kebetulan istri Athar, putra kandung Mom!""Tapi kamu mencintainya, bukan? Jujurlah pada Mommy....""Aku...." Suara Keano tertahan di tenggorokannya. Lidahnya terasa kelu untuk berucap.Namun wanita paruh baya itu begitu tenang. Dia malah menggenggam tangan Keano, seolah sedang mentransfer energi untuk menguatkan pemuda ini."Kamu tidak perlu sungkan sama Mommy. Mommy tak akan marah. Takdirlah yang mempertemukan kalian di saat kalian berdua sudah sama-sama dewasa. Tak apa, Nak. Hanya saja, satu hal itu
Bab 128) Kelahiran AliaAira memejamkan matanya sesaat. Dokter anestesi sudah memberikan suntik epidural beberapa saat yang lalu dan rasa nyeri perlahan mulai berkurang. Sekarang dia tinggal menunggu pembukaan lengkap, kemudian mengejan mengikuti instruksi dari dokter. Berhubung tidak ada masalah apapun dengan kandungannya, maka Aira memilih melahirkan secara normal dengan metode epidural.Namun meski sudah diberi suntikan penawar rasa sakit, tetap saja Aira merasa gugup dan takut. Wajar, karena adalah pengalaman pertamanya."Maaf, Sayang. Aku datang terlambat," sesal Athar. Dia mengusap keringat dingin yang membanjiri wajah Aira."Tak apa. Semuanya aman dan terkendali." Senyum Aira mengembang meski agak dipaksakan, sekedar menyamarkan rasa takut di hatinya. "Sebentar lagi kita akan bertemu dengannya. Dokter memperkirakan dia akan lahir beberapa jam lagi. Mana Mommy?""Sebentar lagi Mommy akan datang. Dia pasti akan sangat senang. Momen ini sudah lama dia tunggu." Lelaki itu membungku
Bab 127) ImpasWajah lelaki yang penuh keriput itu seketika berubah memerah. "Kamu pikir Kakek kurang kerjaan, sehingga mesti melakukan permainan anak kecil seperti itu?! Nggak level itu, Aira!""Meskipun aku baru mengenal Kakek, tapi bukan berarti aku tidak tahu bagaimana sifat Kakek. Aku memiliki sumber yang bisa dipercaya....""Kamu memata-matai kakekmu?" dengus Albana.Aira menggeleng. "Tidak," ralatnya."Terus.... Kenapa kamu menuduh Kakek ada bermain di balik semua yang sudah terjadi pada ibu tirimu yang brengsek itu? Masalah dia masuk rumah sakit jiwa, itu urusannya, bukan urusan Kakek. Mungkin itu karmanya karena sudah menyia-nyiakan anak tiri yang baik sepertimu," ujar Albana sinis."Stop, Kek. Berhenti bilang begitu.""Kalau bukan karma, apalagi namanya? Lagi pula kamu itu terlalu baik, Aira. Sudah tahu jika wanita itu pernah hampir saja membunuhmu, tapi kamu masih mau menolongnya!""Itu adalah masa lalu, Kek. Lagi pula, Papa sudah menceraikan Mama Kalina. Kurasa itu sudah i