Deg!
Jantung Langit terasa berhenti berdetak saat dia melihat siapa orang yang ada di hadapannya ini. Pandangan mereka bertemu, dan itu membuat Langit merasa tidak karuan.Langit dan Jingga saling pandang, keduanya seolah-olah memiliki ke bimbangan masing-masing. Dan seperti sedang berbicara melalui telepati.Sudah pasti keduanya terkejut melihat wanita di hadapannya itu, dia adalah Maika Lubasya. Dia adalah ibu kandung Langit. Dan entah apa yang membawanya untuk menyapa Langit."Oh iya, boleh," jawab Langit dengan terbata-bata.Sudah pasti Langit gugup, walaupun ini adalah kali keduanya bertemu secara langsung, tapi rasanya kali ini sangat berbeda."Siapa nama kamu tadi?" tanya Maika sambil tersenyum."Langit Lubasya Gauri," jawab Langit. Dia sangat yakin kalau sekarang Maika teringat sesuatu dengan nama tersebut. Atau Maika juga akan marah seperti yang dilakukan oleh Zafran karena namanya Lubasya?"Dimana kamu"Bahaya untuk kalian jalan di tengah malam seperti itu. Kenapa gak pilih menginap saja? Araka punya hotel, bahkan di rumah bu Juni juga menyiapkan kamar untuk kalian pulang kesana. Ini malah pulang kesini menempuh perjalanan dua jam tengah malam," ujar Abizar keesokan paginya.Beliau sedang duduk berdua dengan Langit, sedangkan Jingga mengantarkan Biru ke sekolah sekalian menunggunya pulang.Jingga mengatakan kalau dia akan menikmati cuti ini dengan bermain bersama Biru sepuasnya."Jingga mau pulang agar bisa mengantarkan Biru ke sekolah, Pa. Katanya dia sangat jarang melakukan itu untuk Biru," jawab Langit.Sontak saja jawaban dari Langit itu membuat Abizar memandang wajah Langit tidak percaya. Bagaiamana bisa seorang Jingga berubah secara tiba-tiba."Sejak kapan dia peduli kepada Biru? Bukankah selama ini dia tidak pernah peduli kepada Biru," tanya Abizar benar-benar keheranan.Langit menghela nafas berat dan menyunggingkan sen
Tes!Satu tetes bening yang jatuh dari langit mengenai wajahnya. Dia menghapus dengan jarinya, dan bahkan saat ini malah air matanya yang jatuh berderai."Alam pun menangis melihat kekejaman seorang ibu kepada anaknya. Maafkan aku," gumam Maika lagi.Ingin sekali rasanya dia memeluk Langit dan meminta maaf kepadanya atas apa yang telah dia perbuat.Namun, semua itu hanyalah menjadi khayalannya. Bahkan lidahnya tidak mampu berucap yang sebenarnya."Nyonya, hari mau hujan. Sebaiknya masuk."Seorang pembantu rumah tangga mendatanginya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah, mereka tidak ingin melihat sang majikan menjadi sakit. Meskipun mereka tidak tahu apa masalah yang sangat mengganggu Maika.Hujan yang semula hanyalah tetesan kecil dan jarang, sekarang tetesan yang jatuh mulai membesar diiringi oleh angin."Sebentar lagi, Bi," jawab Maika berusaha tersenyum.Saat ini, Maika memang tinggal seorang d
"Apakah aku berhalusinasi?" tanya Jingga dengan membesarkan bola matanya, memastikan kalau dia tidak salah melihat."Entah apa yang diinginkannya," gumam Langit pelan.Langit berusaha untuk bersikap biasa saja, namun kenyataannya tidak bisa. Matanya terus memperhatikan ke halaman rumahnya. Dan dia segera memarkirkan mobilnya.Bagaimana tidak, mereka pastinya tidak pernah menyangka kalau Maika akan datang ke rumah mereka. Mereka juga tidak tahu apa yang membawa Maika kesana.Apakah Maika akan mengakui kalau Langit adalah anaknya?"Mencari siapa, Bu?" tanya Langit bersikap senatural mungkin.Langit tidak akan menunjukkan kepada Maika kalau dia sebenarnya tahu kalau Maika adalah ibu kandungnya. Langit tidak mau merusak nama baik Maika dan keluarga Lubasya karena kehadirannya.Dan juga, saat ini Langit sudah hidup berkecukupan dari bantuan Abizar, bahkan meskipun dia kesusahan Langit tidak akan mencari Maika. Kecuali Maika yang mengingat dan mencarinya seperti yang Abizar lakukan.Maika m
“Kau tetap anakku,” jawab Maika pelan.“Kalau memang seperti itu, mengapa malam kemarin ibu pergi begitu saja setelah tahu siapa aku?” tanya Langit lagi.Maika menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan Langit. “Aku tahu kalau aku salah. Namun, semua itu ada alasannya. Kalau pada malam itu aku langsung mengakui dan memelukmu, setelahnya hidup kita berdua tidak akan tenang. Mata dan kamera wartawan selalu siap untuk memuat berita yang membuat berita mereka akan banyak dibaca orang.”Maika menjeda kalimatnya, dia menatap ke arah Langit. Dan dia juga tahu kalau tidaklah mudah untuk membuat Langit percaya dengan semuanya.“Aku ingin kita bertemu seperti ini, lebih nyaman dan tenang,” lanjut Maika.“Bukan karena takut terpublish?” tanya Langit mendesak.Maika menggeleng. “Sama sekali tidak. Tapi, kalau aku langsung ke public apakah kamu siap menerima pertanyaan wartawan? Apakah nanti papa kamu siap juga muncul lagi ke public? Aku tahu kalau Abizar sudah begitu lama menghilang dari pu
“Jujur saja sekarang aku rasanya belum percaya,” jawab Langit sambil menerawang. Dia melihat ke arah persimpangan yang sudah membawa Maika menghilang.“Gak percaya sama apa?” tanya Jingga keheranan. Sebab, saat ini semuanya sudah jelas. Kedua orang tuanya datang dan mengakuinya sebagai anak. Seharusnya Langit senang.Karena sebagai seorang anak, sejak kecil Langit pasti terus mencari keberadaan orang tuanya. Dan setelah dia besar kedua orang tuanya yang datang dengan sendirinya mencari dirinya.Mungkin Langit merasa kalau Tuhan sedang mempermainkannya. Tuhan sedang membuatnya hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang kelam, namun tiba-tiba datang kedua-duanya. Meskipun jaraknya cukup lama, tapi Langit merasa ini begitu cepat.“Saat aku kecil, bahkan aku terus bermimpi bertemu dengan kedua orang tuanya. Aku sangat merindukan mereka datang memelukku dan mengajakku pergi dari panti asuhan tersebut. Namun, semua harapan itu hanyalah sia-sia. Orang yang aku tunggu tidak pernah datang.”Lang
“Aku tidak bilang kau harus menelponnya. Aku hanya bilang kau harus mendekatinya,” jawab Leni.Ternyata mereka memanglah pasangan suami dan istri yang benar-benar cocok. Sebab, yang ada di kepala mereka hanyalah harta dan harta. Bahkan mereka sedang merencanakan untuk menghancurkan menantunya sendiri. padahal mereka tahu kalau anak dan cucunya hidup bersama Langit,“Bagaimana bisa mendekatinya kalau tidak tahu alamatnya,” ujar Fargo.“Jangan secara langsung, kau harus pelan-pelan. Karena kamu belum tahu siapa yang berada di belakangnya, apa memang Abizar Gauri adalah orang yang dibelakangnya,” jawab Leni.Leni dan Fargo pastinya bisa menebak kalau mereka tidak akan bisa menang kalau melawan Abizar. Apalagi terakhir Langit memang bersama Abizar.Fargo pasti tahu kalau dulunya Abizar memang sengaja mengalah dan tidak mau memperpanjang permasalahan mereka. Sebab, jika dulu Abizar ingin menghancurkan Fargo itu sangatlah mudah karena Abizar memenangkan gugatan di pengadilan. Namun, Abizar
"Dimana?" tanya Abizar tampak salah tingkah dan seperti mengawasi keadaan sekeliling.Mungkin Abizar menjaga perasaan Hani. Karena bagaimanapun saat ini Hani lah yang menjadi istrinya.Baginya saat ini Maika adalah masa lalu."Tiga kali kami bertemu," jawab Langit."Dia mengenalmu?" tanya Abizar penasaran.Langit menganggukkan kepalanya. "Pertama tanpa sengaja tertabrak di mall, dia tidak mengenalku. Yang kedua saat di acara penghargaan kemarin, mungkin dia mengenalku tapi tidak mau mengakuinya."Langit menjeda kalimatnya, itu semakin membuat Abizar merasa penasaran."Terus yang ketiga?" tanya Abizar tidak sabar menunggu Langit melanjutkan ceritanya."Satu bulan lalu," jawab Langit."Dimana?""Sabar, Pa. Aku butuh minum," jawab Langit sambil meneguk air putih dari botol yang ada diatas meja.Abizar menghela nafas berat, dia penasaran bagaimana Langit bertemu dengan Maika. Dan dia juga ingin tahu apakah Maika mengenal nama yang dulu mereka sematkan.Saat Langit dalam kandungan, Maika m
"Bo-boleh, Ma," jawab Langit terbata."Tapi, bisa diundur sehari gak, Ma?" tanya Langit kemudian dengan cepat sebelum Maika kembali bersuara.Langit tidak ingin membuat salah satu dari kedua orang tuanya merasa tersisihkan. Dia ingin memberikan yang terbaik untuk keduanya."Kenapa? Kamu sibuk?" tanya Maika penasaran."Gak sibuk sih, Ma. Tapi, besok Langit dan Jingga masih dirumah papa. Karena kebetulan Biru libur, jadi Biru masih minta temani mamanya. Lusa kami sudah di rumah," jawab Langit.Langit berharap kalau Maika tidak curiga dan juga Abizar tidak merasa tersinggung.Langit tidak bisa mempertemukan papa dan mamanya, kalau bukan keinginan mereka sendiri bertemu. Sebab, ada bu Hani yang mesti mereka jaga perasaannya."Baiklah, no problem. Mama akan datang lusa, kebetulan juga ini belum belanja. Tadi rencananya malam ini akan belanja, kalau gitu besok aja belanjanya. Kamu mau pesan apa, Nak?" tanya Maika dengan sangat lembut.Maika memperlakukan Langit seperti anak kecil, padahal L