Share

Melawan Siapa Pun

Penulis: PlutoPen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 19:29:08

Tanpa mengetahui hal yang direncanakan sang ayah, Serena menggerakkan kursi rodanya seorang diri menuju ke arah kantin. Tidak ada yang menemaninya. Ia memang sudah terbiasa sendiri. Semenjak ia menggunakan kursi roda.

Pergerakan Serena terhenti saat sudah berada di kantin. Serena tidak bisa bergerak ke arah tempat pengambilan makanan. Bukan karena kursi rodanya rusak. Melainkan karena ada beberapa orang yang berhenti di depannya dan menghalangi jalannya.

Seorang perempuan dengan rambut pirang. Terlihat sepertinya berandalan. Mingzu. Seorang anak dari salah satu penjabat di pemerintahan. Dengan teman-teman menghalangi jalan Serena.

"Ada apa?" tanya Serena dengan tatapan kosong.

"Pergilah. Di sini bukanlah tempat untuk orang cacat sepertimu. Sekolah ini kehilangan wibawanya saat ada orang tanpa kaki sepertimu," jawab Mingzu dengan keras sehingga menjadi pusat perhatian.

Serena melirik ke sudut kantin. Di sana ada Brian Mcknight. Mantan pacar Serena. Sekaligus orang yang paling ditakutin di sekolah itu. Hanya saja tiba-tiba saja Brian tidak pernah berbicara dan menemuinya lagi setelah Serena kecelakaan.

Kemungkinan besar Brian tidak mau memiliki hubungan istimewa dengan seorang perempuan yang tidak bisa menggerakkan kakinya.

"Apakah kamu juga kehilangan indera pendengaranmu? Seberapa lama aku harus menunggumu? Haruskah aku membayar orang untuk menyingkirkanmu dari hadapanku?" tanya Mingzu dengan suara lebih keras.

"Aku hanya ingin membeli roti dan kembali ke kelasku. Aku lupa membawa bekalku," balas Serena setelah menghela nafas.

"Tidak ada roti untuk seorang perempuan yang tidak bisa menggunakan kakinya dengan baik."

Mingzu terus mempermalukan Serena. Itu wajar. Karena Serena adalah perempuan tercantik di sekolah itu. Mingzu yang selama ini iri pada Serena, kini memiliki kesempatan untuk naik posisi dan merendahkan Serena sampai ke titik terendah.

"Pergilah. Jangan membuatku marah. Ingatlah ini hanya sementara. Saat aku sudah bisa berdiri kembali, kamu tidak akan bisa mengalahkan ku dalam berbagai hal," balas Serena sudah muak dengan sikap Mingzu.

"Apa yang bisa kamu lakukan? Memangnya siapa orang yang bisa melindungi mu? Ayahmu? Dia hanyalah seorang polisi. Memangnya dia bisa melakukan apa padaku yang sudah jelas sekali ada anak penjabat ternama di sekolah ini?" tanya Mingzu dengan sikap angkuhnya.

"Dan untuk apa aku harus menunggu sampai kamu bisa berdiri kembali? Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau lakukan sekarang. Menindasmu sekarang atau nanti sama saja. Sama-sama tidak ada orang yang akan melindungi mu," lanjut Mingzu menatap ke arah sekitar dengan tersenyum lebar.

Mingzu tidak sengaja menatap ke sebuah gelas minuman yang ada di atas meja. Salah satu pengikutnya yang menyadari itu pun dengan cepat mengambil gelas yang berisikan jus jeruk itu pada Mingzu.

Mingzu menerima itu. Mengarahkan minuman itu tepat di atas kepala Serena.

"Bagaimana jika aku menumpahkan minuman ini? Siapa yang akan membantumu? Siapa yang akan mengganti pakaianmu?" tanya Mingzu.

"Berhentilah selagi bisa," balas Serena menatap tajam wajah Mingzu.

"Bagaimana kalau kita mencobanya sekarang?"

Mingzu memiringkan gelas itu. Secara perlahan jus yang berada di dalam gelas itu perlahan mulai mengalir ke ujung gelas.

Namun sebelum isi dari gelas itu tumpah ke atas kepala Serena, ada seorang laki-laki menarik kursi roda Serena, lalu menendang keras tangan Mingzu. Membuat gelas itu terlepas dan jatuh ke lantai tanpa mengotori siapa pun. Dan Mingzu berteriak kesakitan karena tendangan laki-laki itu benar-benar melukai tangannya.

Perkelahian terjadi di sana. Antara laki-laki menggunakan almamater putih itu. Dengan dua laki-laki pengikut Mingzu. Tidak ada yang ikut campur. Karena bagi mereka itu adalah tontonan yang seru.

Sampai hasil akhirnya muncul. Laki-laki almamater putih itu menang. Dan kedua pengikut Mingzu tergeletak di atas lantai kantin.

"Apakah memang seperti ini tingkah anak penjabat? Bukankah tidak ada bedanya dengan anak jalanan? Lalu apa yang membuat kalian istimewa?" tanya laki-laki almamater putih itu.

"Jangan ikut campur anak baru. Kamu salah memilih lawan," balas Mingzu dengan tatapan penuh kebencian.

Mingzu bisa mengetahui bahwa laki-laki itu anak baru dari almamaternya. Berwarna putih. Itu menandakan bahwa memang anak laki-laki itu masih berada di dalam masa adaptasi. Jika memang sudah sesuai, maka laki-laki itu akan diberikan almamater berwarna biru tua. Seperti yang lainnya.

Yoshiro Shikazu. Nama itu Mingzu dapati dari almamater yang digunakan oleh laki-laki itu.

"Aku tidak peduli dengan siapa pun orang yang akan melindungi mu. Aku juga tidak peduli dengan siapa yang harus aku lawan selanjutnya. Aku tidak takut dengan siapa pun," balas Yoshiro menatap saksama manik mata Mingzu.

"Benarkah?" tanya Mingzu tersenyum kecil.

Yoshiro menarik pelan kakinya ke arah belakang. Lalu dengan cepat mengarahkan tendangan kerasnya dari arah samping menuju ke arah kepala Mingzu.

Namun kaki itu tidak berhasil mengenai wajah Mingzu. Karena tiba-tiba saja Brian muncul dan menahan tendangan Yoshiro menggunakan kedua tangannya.

"Apakah kamu mengerti apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Brian setelah kaki kanan Yoshiro kembali menyentuh lantai.

"Bukankah sudah aku bilang? Aku tidak takut dengan siapa pun. Dan aku baru saja membuktikan itu," jawab Yoshiro melangkah mendekat ke arah Brian.

"Karena itu, jangan sentuh dia lagi. Jangan ganggu dia lagi. Atau aku akan membuatmu sama seperti kedua orang bodoh itu," lanjut Yoshiro.

"Pergilah. Sebelum para guru datang. Aku akan melindungi mu untuk yang kali ini," balas Brian.

"Lucu sekali," ujar Yoshiro.

Yoshiro berbalik. Menuntun kursi roda milik Serena. Membawa Serena pergi dari area kantin. Mengabaikan Brian yang sedari awal masih mengamati Serena dalam diam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Epilog

    Sheila menggaruk keningnya saat melihat ada banyak sekali laporan perusahaan yang menumpuk di meja kerjanya. Sheila sudah bergabung dengan perusahaan milik Keluarga Olivia semenjak keberangkatan Yoshiro ke Jepang sebelas tahun lalu.Selama sebelas tahun itu, Yoshiro dan Ivona selalu menyempatkan waktu untuk kembali dan menemui Sheila. Namun satu tahun ke belakangan ini kedua orang itu sama sekali tidak memberikan tanda-tanda bahwa akan kembali. Membuat Sheila sedikit takut jika seandainya ada sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.Perhatian Sheila teralihkan saat mendengar ada suara ketukan pintu. Ia merasa malas karena ia yakin itu adalah salah satu bawahannya yang membawa dokumen untuk diperiksa."Masuk," ujar Sheila dengan suara lemas.Pintu terbuka. Namun tidak terlalu lebar. Sheila memandangi pintu itu, bertanya-tanya siapakah orang yang sedang mengerjainya. Serena? Tidak, Sheila yakin itu bukan Serena. Karena pada jam seperti sekarang, Serena masih berada di universitas dan bar

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Bersama

    Yoshiro dan Ivona sudah berada di Jepang selama beberapa minggu. Dan mereka lebih sibuk dari biasanya. Bahkan Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kantor daripada di rumah. Namun semuanya mulai membaik setelah dua minggu berlalu.Ivona sudah mulai bisa bernafas lega dan pulang ke rumah lebih awal. Sedangkan Yoshiro juga sudah mulai berhasil mengikuti lebih banyak kelas di universitas tempatnya berkuliah.Seperti saat ini, Yoshiro dan Ivona sedang berada di cafe kecil. Ivona menikmati kopi hitam. Dan Yoshiro menikmati minuman cokelat hangat."Aku akan mulai menyerahkan tanggung jawab beberapa perusahaan pada CEO yang aku tunjuk mulai minggu depan. Jadi kemungkinan aku akan memimpin satu perusahaan utama dan hotel yang kamu pegang sekarang," ujar Ivona memegang gelas kopinya dengan kedua tangan untuk memastikan seberapa panas kopi itu."Aku rasa tidak masalah jika aku yang masih memimpin hotel itu. Lagipula membiarkanmu bekerja sendiri, itu tidak masuk di akalku. Lebih baik kamu me

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tetap Memilihmu

    Yoshiro menghela nafas sambil memandang ke arah pantai. Ia melepaskan segala penatnya setelah selama seminggu dirinya harus fokus pada ujian akhir sekolahnya. Dan kini ia sudah berhasil melewati itu semua. Hanya sisa pengambilan berkas nilai. Lalu acara kelulusan siswa.Pandangan Yoshiro teralihkan dari ombak pantai saat melihat sebuah mobil putih menuju ke arahnya dan berhenti tepat di hadapan mobilnya. Pemilik mobil itu keluar. Kening Yoshiro mengkerut. Ia mengenal siapa perempuan itu. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah kenapa perempuan itu ada di sini? Bukankah seharusnya perempuan itu berada di kantor untuk menyelesaikan tugasnya?Ivona Olivia. Pemimpin Keluarga Olivia yang sebentar lagi akan berpindah ke Jepang untuk membangun beberapa perusahaan baru bersama Yoshiro."Apakah ada masalah?" tanya Yoshiro menghadap Ivona."Tidak ada. Aku sempat melacak mobilmu dan melihatnya menuju ke arah pantai. Aku berpikir bahwa kamu sedang bersama seseorang di sini. Jadi aku ke mari,"

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tidak Peduli

    Yoshiro terkejut saat Ivona datang ke kantornya dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Perempuan itu masih menggunakan setelan jas berwarna hitam. Menandakan bahwa perempuan itu langsung menemuinya setelah melakukan rapat penting di kantor utama. "Kenapa?" tanya Yoshiro bangkit dari kursi kerjanya."Tidak ada. Aku hanya ingin mengajakmu makan siang. Kita sudah lama tidak makan bersama bukan?" jawab Ivona menutup pintu."Bukankah akan menjadi masalah jika ada orang yang melihat kita bersama?""Kita makan di sini. Aku sudah memesan makanan. Dan akan diantar oleh Yuri.""Kenapa tidak makan nanti setelah pulang dari kantor saja?""Aku ingin makan sekarang. Kenapa? Apakah tidak boleh?""Boleh."Ivona duduk di sofa. Lalu Yoshiro pun duduk di samping Ivona. Ivona merangkul tangan Yoshiro. Dan menyandarkan kepalanya pada bahu Yoshiro."Aku belum membelikanmu hadiah ulang tahun. Kemarin pun tidak sempat merayakannya karena kamu pulang tengah malam," ujar Ivona."Tidak masalah. Kita sudah sama-sam

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Kondisi Mabuk

    Yoshiro berjalan mengendap-endap saat memasuki kamar. Karena ia melihat ada tubuh Ivona terbaring di atas kasurnya. Ia tidak mengerti mengapa perempuan itu akhir-akhir ini lebih sering tidur di kamarnya. Namun itu jelas-jelas membuatnya tidak memiliki banyak ruang.Secara hati-hati, Yoshiro melepas jas dan sepatunya. Lalu duduk di kasur secara perlahan supaya tidak membuat kasur bergoyang. Namun tiba-tiba saja tubuh Ivona bangkit dan membuat Yoshiro terkejut."Kenapa kamu baru pulang?!" tanya Ivona dengan nada keras."Aku bertemu dengan teman lamaku. Bukankah aku sudah mengirim pesan tadi?" balas Yoshiro dengan nada lemah karena takut."Kamu hari ini ulang tahun! Kenapa kamu tidak bertemu dengan temanmu besok atau lusa saja?! Seharusnya kamu menghabiskan hari ini bersamaku!""Aku tidak pernah merayakan hari ulang tahunku. Aku pikir tidak ada perayaan spesial hari ini. Dan aku pikir kamu tidak tau. Jadi aku minum bersama temanku sepulang kerja.""Kamu minum?""Sedikit.""Berapa orang?"

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Teman

    Keenan mendatangi club malam yang selalu menjadi tempat berkumpulnya dengan anggota kelompok White Owl. Ia datang bukan untuk bertemu dengan client yang ingin menyewa jasa kelompoknya. Melainkan karena ia mendapatkan kabar bahwa ada seorang laki-laki mengamuk di bar dan menghantam seluruh orang termasuk seluruh anggota White Owl yang sedang asik berdansa di sana.Saat memasuki club, sama sekali tidak ada suara musik terdengar. Bahkan tidak ada suara-suara orang. Benar-benar senyap. Saat Keenan mulai masuk lebih dalam, Keenan bisa melihat ada banyak sekali orang terkapar di lantai dengan luka memar dan beberapa bagian wajah mengeluarkan darah. Di antara semua orang yang jatuh pingsan itu, ada seorang laki-laki menggunakan jas sedang duduk di kursi meja bar. Dengan gelas kecil dan sebotol minuman beralkohol."Apa kamu ke sini untuk membunuhku?" tanya Keenan pada laki-laki itu.Remaja itu memutar badannya. Dan saat itu Keenan bisa melihat jelas sosok laki-laki yang telah mengacaukan mar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status