Share

Bab 6 Perjodohan

Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu.

"Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.

Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup.

"Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?

"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya.

"Kau ingin yang mana?"

"Terserah Paman," jawabnya datar.

"Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."

Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angkuh.

"Kalian pasti sudah tahu kenapa kami kemari. Kalau begitu tidak perlu berbasa-basi lagi. Aku ingin menjodohkan putra putri kita, Davin dan Ika, agar hubungan kerja sama menjadi lebih kuat. Bagaimana menurutmu Prawiga?"

Ayah Ika berpikir sejenak.

"Kami sangat terkejut dengan berita ini. Kami hanya keluarga biasa, bagaimana mungkin akan berbesan dengan keluarga terhormat seperti anda? Kami merasa tidak pantas menerimanya."

"Bukankah ini tawaran yang menakjubkan? Kalian harus memikirkannya baik-baik, kami akan sangat senang kalau kalian menerimanya."

Ayah memandang Ika, begitu juga Pak Hartama.

"Bagaimana Ika? Jangan mengambil keputusan yang akan membuatmu menyesal. Ini kesempatan kedua yang bagus."

"Menurutku," Ika tidak tahan lagi ingin mengakhiri omong kosong ini.

"Ini tidak masuk akal," sambungnya.

"Apa?" Pak Hartama mengerutkan dahinya.

"Sebelum menjawab pertanyaan anda, aku ingin bertanya." Ika menghadap Davin.

"Davin."

Laki-laki yang namanya disebut langsung memandangnya.

"Apa kau menginginkan perjodohan ini?"

Davin tidak langsung menjawab. Dia memandang pamannya sebelum berbicara.

"Sebenarnya aku tidak tertarik dengan perjodohan. Tapi kalau memang perlu, aku tidak akan berpikir dua kali untuk menyetujuinya."

"Jadi kau akan menerima dijodohkan dengan perempuan yang tidak kau kenal?"

"Aku bisa mengenalmu lebih dulu."

"Tapi aku tidak bisa."

"Kenapa?" Davin mulai penasaran.

"Seperti yang kalian tahu. Aku punya pengalaman buruk dengan perjodohan. Kalian tidak mungkin lupa bagaimana akhir dari kerjasama tidak masuk akal di masa lalu. Lalu kenapa kalian mengira aku akan jatuh ke perangkap yang sama dua kali?" Ika berusaha menahan agar tidak emosi.

"Ini demi keluargamu. Untuk melindungi keluargamu, aku yakin tidak akan masalah bagimu jatuh lagi dan lagi. Seperti itulah kelemahan manusia. Mereka bahkan akan memohon untuk dijatuhkan jika kelemahan mereka terancam." Pak Hartama mulai menampakkan perangai aslinya. Ika berhasil memancingnya.

"Jadi anda mengakui bahwa perjodohan ini hanya jebakan untuk kami?"

Pak Hartama tertawa, menggelegar dan membuat bulu kuduk merinding.

"Aku akui, kau cukup berani," ucapnya sambil menyeringai. Tatapannya sangat mengintimidasi.

"Lalu apa anda akan melupakan perjodohan ini?"

"Sayang sekali, aku tidak bisa melepaskanmu. Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kalian boleh saling mengenal lebih dekat satu sama lain."

Ika menahan rasa kesal. Ayah mendekat padanya.

"Ika, naiklah ke atas. Sudah cukup. Ayah akan menyelesaikan ini."

Ika dengan terpaksa berjalan ke lantai atas menuju balkon. Dia menarik napas kesal. Malam ini langit cerah. Bintang-bintang bertaburan. Ini tidak sesuai dengan suasana hatinya. Dia tidak peduli lagi dengan apa yang orang-orang bicarakan di bawah.

Tidak beberapa lama kemudian, Davin menyusulnya ke atas. Dia menyapa Ika dengan ramah.

"Hai." Davin tersenyum.

"Apa yang kau lakukan disini? Aku ingin sendiri."

"Sedikit mengobrol. Kita harus saling mengenal kan? Langitnya sangat cantik sekali. Suasananya sangat cocok untuk, kau tahu, lebih intim."

Ika menjauh beberapa langkah dari Davin. "Jangan harap."

"Kenapa kita tidak berkompromi saja? Perjodohan ini harus tetap dijalankan. Tapi aku tidak akan mengikatmu terlalu jauh. Aku juga tidak ingin terlibat pernikahan atau semacamnya."

Ika menatap Davin menyuruhnya diam.

"Apa kau menyukai seseorang?"

Ika tidak mempedulikan Davin sama sekali.

"Biasanya perempuan tidak ingin dijodohkan karena sudah jatuh hati pada orang lain. Sepertinya kau tipe yang seperti itu."

Ika diam.

"Tapi kau tenang saja, kalaupun kau bertunangan denganku nanti, aku memperbolehkanmu berhubungan dengan siapapun. Kau tahu, ini hanya formalitas saja."

"Kau sudah gila."

Davin tertawa. "Aku lupa kau perempuan berhijab. Kau tidak akan melanggar norma-norma etika. Tapi seperti itulah kenyataan dunia sekarang Ika. Uang dan kebebasan. Aku tidak akan tahan hanya dengan satu wanita saja."

"Lalu kenapa tidak batalkan saja perjodohan ini?"

"Aku tidak bisa. Mungkin kita sudah ditakdirkan berakhir seperti ini. Jadi, terima saja. Kalau tidak denganmu, aku akan berakhir dengan perempuan lain. Aku akan menghubungimu nanti."

"Untuk apa?"

"Berkencan. Jadi jangan mengacuhkan aku. Aku akan mengenalkanmu dengan seluk beluk duniaku yang luar biasa."

"Aku tidak mau."

"Kau akan meyetujuinya nanti Ika, lihat saja. Kita memiliki musuh yang sama."

Ika menatap Davin.

"Radhy Arfian, dia adalah target utama kita."

Deg

Darah Ika berdesir.

Apa yang akan mereka lakukan pada Radhy? Kenapa mereka mengincar Radhy? Apa mereka akan melakukan hal yang buruk?

"Apa maksudmu? Kenapa kau menyebut nama dia?" Ika berusaha bertanya dengan hati-hati agar tidak salah ucap.

Davin tersenyum sinis dan sedikit tergelak. Ika menatapnya menantikan jawaban.

"Aku tahu kau punya hubungan buruk dengannya. Begitu juga aku. Dia sangat sombong, egois dan suka merendahkan orang lain. Aku sangat benci dia."

"Kau mengenalnya?"

"Aku tidak pernah bertemu dengannya. Tapi aku tahu apa yang sudah dia lakukan. Dia membuat keluargaku mengalami kesulitan. Aku ingin membuat dia merasakan lebih dari yang kami rasakan. Aku ingin dia menderita."

Ika mulai ketakutan sekarang. Kenapa dia harus terjebak masuk ke dalam dunia ini lagi. Dia tidak tahan dengan kata-kata ancaman dan kekerasan.

"Kita berada di sisi yang sama, Ika. Keluargamu juga hancur karena dia. Kalau kau ingin mengembalikan kejayaan ayahmu lagi, kita bisa bekerja sama. Kau hanya perlu menyetujui perjodohan ini."

"Kau tahu, aku pernah ada di dunia ini dulu. Aku tidak paham dengan bisnis, saham, perusahaan, keuntungan, merger, akuisisi, dan lain sebagainya. Yang aku tahu, di dunia kalian itu tidak ada kepastian. Bagaimana kalau setelah aku menerima perjodohan ini, keluargaku akan bertambah menderita? Siapa yang bisa menjamin kami akan lebih baik setelah ini?"

Davin terdiam sejenak. Gadis di depannya tidak mudah dibujuk.

"Itu tergantung dari sikapmu, kalau kau melakukan hal bodoh dan membuat kesalahan, tentu kau harus bersiap dengan kerugiannya. Tapi kalau kau mau mengikuti skenario dengan baik, kau akan mendapatkan hasil yang sepadan."

"Omong kosong, kata-kata tidak menjamin apapun."

Davin tertawa. "Aku suka keberanianmu. Kita lihat nanti apa yang akan terjadi Ika."

Ika berbalik ingin pergi dari tempat itu. Davin menghadang Ika dengan tangannya.

"Berpikirlah lagi. Aku akan menunggu. Kau tidak perlu memikirkan yang lain, kau hanya perlu melindungi keluargamu."

"Itu yang sedang aku lakukan. Melindungi."

Ika turun ke bawah. Davin menyusulnya. Ika melihat ayahnya bersalaman dengan Pak Hartama. Sepertinya perundingan sudah selesai. Ika berdiri di samping ayahnya.

"Kami akan pulang sekarang. Senang bisa bekerja sama dengan kalian. Aku tahu kalian bisa diandalkan." Pak Hartama tersenyum sumringah.

Mereka semua meninggalkan rumah itu. Sebelum pergi, Davin melayangkan senyum menggodanya pada Ika. Ika membalasnya dengan sinis.

"Apa yang terjadi?" Ika tidak tahan untuk bertanya. Ayahnya diam, mama duduk terhempas ke sofa. Mereka terlihat syok.

"Kami menerima perjodohan ini, kita tidak bisa menghindar Ika," ujar ayahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status