Share

Siapa Dia

Malam kembali menyapa, kala itu sang bumantara hadir dengan warna biru cerah di atas sana. Dengan gumpalan putih, yang mengelilingi di setiap sisi. Di ufuk timur ibu bulan mulai berteger dengan setia, seraya tersenyum meskipun senyumnya belum sepenuhnya terbit. Namun, tidak mengurangi sinar teduhnya. Di sebuah bangku taman rumah sakit, seorang gadis duduk dari sorot manik cokelat kosong, seolah tersirat beban yang begitu berat . Seperti bait kalimat yang tadi diucapkan Sonya, sang Oma. Tentang perjodohannya. Sekali lagi wanita paruh baya itu tampak kekeh dengan niatnya. Tadi waktu di dalam basal Oma Sonya sekali lagi meminta Helza untuk menemui pria itu. Anggap untuk perkenalan begitu katanya. Kalau cucunya itu bersedia. Maka dia akan menelepon Ibu dari si pria membuat schedule untuk berjumpa.

Dilema. Tentu Helza rasakan, haruskan dia mengikuti permintaan dari Omanya? Mengorbankan sisa hidup bebas yang selalu  dijalani. Memilih jadi gadis baik lagi penurut. Atau pergi dan abai saja kejar kebahagiaan dengan caranya sendiri diluar sana? Kenapa hidup harus dihadapi dengan pilihan sulit sih?! Tapi melihat wajah pucat perempuan kedua, setelah almarhumah ibunya. yang merawat dengan kasih sayang sepenuh hati.  ada segenap perasaan berkecamuk di dalam atmanya. Ya, Helza tidak sanggup melihat gurat kekecewaan itu. Biar bagaimanapun Omanya lah yang selama ini yang menanggung biaya hidup. Walau sebenarnya Helza, juga mendapat bagian dari perusahan almarhum kedua orang tuanya. Tapi Oma Sonya juga tetap memberinya jatah bulanan, apalagi gadis ayu itu begitu shopaholic. Dan sangat rakus akan uang. 

Sebuah notifikasi pesan masuk ke gawai milik Helza,  pesan di aplikasi berwarna hijau dengan ikon telepon itu mengambang lalu tertera nama

Agnes 19.11

Lo lagi dimana Hel? Jom hangout ada kafe yang lagi viral! Kata orang-orang, tempat dan makanan disana enak banget.

Helza 19.12

Gue nggak bisa. Oma masuk rumah sakit. Dan gue harus jagain beliu, lain kali aja.

Agnes 19.15 

Bentar doang Hel, lagian Restoran itu nggak jauh dari RS kok. Please! gue lagi boring nih.

Akhirnya Helza memutuskan akan pergi, tetapi sebelumnya menyempatkan untuk melihat keadaan sang Oma. Dan tadi Helza melihat Oma Sonya sudah terlelap. 

19. 25 

Nes, gue udah keluar nih. Lo dimana? Btw kirim sherlocknya. 

Wanita yang mengenakan celana plisket hitam dengan paduan blus putih itu, terus bergerak meninggalkan pelataran rumah sakit. Sesekali matanya menyipit melihat ponsel dalam genggaman tangan. 

Disini Helza berada di sebuah meja panjang berbahan kayu jati. Duduk berhadapan dengan temannya, Agnes. Jari lentik Helza sesekali tampak sedang menganduk kopi latte yang sebelumnya sempat diseruputnya sedikit. Wajah adik Shiza itu begitu kuyu dengan kantung mata yang menghitam. Agnes begitu prihatin sebenarnya melihat kondisi Helza, semenjak dua tahun terakhir hidupnya begitu kacau. Tepatnya setelah dia hampir dijual oleh mantan pacarnya. 

"Hel, move-on dong! Biar Lo ada semangat hidup. Tiap hari galau Mulu dah, kucel bener ini muka. Yaelah, kaya udah mikirin beban negara, hidup Lo!" seru Agnes prihatin melihat kondisi temannya itu. 

Sedangkan Helza hanya menjawab dengan keadilan bahu. Wanita cantik itu lebih memilih untuk memandangi sekeliling tempat itu, yang lumayan ramai. Bahkan semenjak dia duduk di kafe ini hilir mudik pengunjung seolah tidak ada Jedah. Di Bawah temaram lampu LED flash bayangan wajah Helza terlihat sangatlah menawan. 

Tiba-tiba bahu Helza dipegang oleh sebuah lengan dari belakang, nyaris membuat tubuh wanita itu menjadi tegang seketika dengan jantung yang berdegup kencang.  Begitupun dengan Agnes yang menampilkan sorot mata terperangah dengan kehadiran pria tersebut?! 

Dia!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status