Share

Bab. 5 Lepaskan Dia

Penulis: Layli Dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-27 13:35:33

Sementara itu, Kenzo dan Kinara telah turun dari mobil.

Keduanya terpisah dan Kenzo janji akan lekas datang di waktu yang tepat. Meski tidak mengerti, Kinara segera menurutinya.

Kinara benar-benar terlihat sangat cantik saat ini. Pilihan rambut dan dress menyempurnakan tubuhnya yang ramping–membuat siapa saja akan terpesona, termasuk beberapa pelayan restoran ini.

Setelah menanyakan ruangan yang Mega pesan, seorang pelayan kemudian mengantarkannya ke sebuah ruangan VVIP.

“Terima kasih, Mbak.” Kinara masuk ke dalam.

Ternyata, sudah ada Mega dan juga Abas tengah menikmati wine-nya. Namun, tidak ada papanya di sana.

Meski dalam hati sangat takut, Kinara mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. “Ma, Om. Maaf menunggu lama.”

Mega terkesiap melihat penampilan putri sambungnya. Kinara terlihat sangat cantik dan anggun. Bahkan pakaian yang Kinara pakai adalah pakaian limited edition. Tidak semua orang bisa membelinya. ‘Bagaimana mungkin! Siapa yang mendandaninya sampai seperti ini?’ batinnya.

Pun dengan Abas tatapannya sudah mirip seperti hewan buas yang kelaparan.

“Its okay, Honey. Duduklah!” Abas menepuk sebelah bangkunya. Jujur saja, rasanya ingin cepat menerkam wanita cantik dengan tubuh sexy itu.

Kinara lalu duduk di samping Mega. Meski demikian, dia merasa risih dengan tatapan Abas.

Pria itu berulang kali mengerlingkan matanya. Andai saja dia memiliki kekuatan untuk melawan kedua orang bejat ini, tentu dia akan segera melawannya. Kinara sadar, jika dirinya terlalu lemah.

 “Ma,” panggil Kinara lirih seraya menyodorkan tangannya–berpura-pura menjadi Kinara yang seperti biasanya.

 Mega memberikan tangannya. Putri tirinya itu mencium punggung tangannya seperti biasa. “Pergi ke mana saja kamu? Tidak pernah pulang dan seperti jalang kehausan saja.”

 ‘Sabar … menghadapi iblis seperti ini kamu harus sabar, Nar,’ batin Kinara menahan kesalnya. “Maaf. Tapi, Nara berada di tempat yang tepat. Tempat di mana Nara dihargai.”

“Kurang ajar kamu, ya!” bentak Mega tiba-tiba. Bahkan, wanita itu hendak menapar Kinara.

Untung, Abas menahan tangan Mega di udara, lalu menghempaskannya. “Hentikan!”

“Awas kamu, ya.” Mega mendesis mengancam Kinara.

Melihat itu, Kinara justru tampak tersenyum tipis—seolah sedang menantang.

“Kinara, kamu makan dan minum dulu, pasti haus, dong,” perintah Abas.

Kinara menatap makanan dan minuman yang tersaji. Dia teringat oleh pesan kenzo.

‘Jangan minum jus jeruk. Minumlah air putih. Dan jangan makan makanan yang mereka sediakan untumu.’

Kinara mengambil air putih di hadapan Abas. Jelas, itu minuman yang tidak diberikan obat, lalu menenggaknya hingga tandas.

To the point saja. Saya datang ke sini dengan tegas, menolak perjodohan konyol ini.”

Mata Mega dan Abas sontak membola. Sementara Kinara bersikap acuh. Meski dalam hati dia sangat ketakutan bila Mega akan kembali bersandiwara di depan Baim. Ucapan Kenzolah yang menguatkannya. Mereka satu tim saat ini.

“Kamu tahu konsekuensinya? Papamu harus mengembalikan 4 triliun rupiah.” Abas menunjukkan keempat jarinya.

“Kamu punya duit segitu? Jangan sok-sokan! Tinggal nikah sama Pak Abas dan hidup enak! Dari pada jadi jalang di pinggir jalan,” tambah Mega begitu menohok.

Kinara tampak memejamkan matanya. Berusaha meredam emosinya saat ini.

“Kamu tahu apa yang akan aku lakukan, kan?” ancam Mega.

Kinara tersenyum getir. Dengan menarik napas panjang, wanita bermata sipit itu mengangguk. “Saya tetap menolak. Ini adalah hidup saya. Dan saya berhak untuk menentukannya.”

 Plak!

“Berani-beraninya kamu, ya!” Mega melotot dengan napas yang memburu karena sangking kesalnya dengan Kinara.

Kinara mengusap pipinya yang panas akibat tamparan keras dari Mega. Sudut bibirnya terasa anyir karena darah. “Saya tetap menolak!”

Mega bangkit dan mendorong Kinara, hingga gadis itu terjatuh di lantai.

“Silakan nikmati tubuh itu, Pak Abas. Saya harus pergi dan tidak mau mengganggu waktu kalian,” ucapnya dengan senyuman smirk andalan selama ini.

Mendengar semua itu, Abas yang terkejut, kini menjadi bersemangat untuk lekas mencicipi Kinara.

Bahkan, gadis itu sudah sangat ketakutan. Berkali-kali dia menatap pintu. Berharap akan ada orang yang akan menolongnya.

 “Tidak! Jangan!” pekik Kinara terus beringsut mundur menjauhi Abas.

Tapi, Mega menulikan telinganya. Dia justru tertawa sesuka hatinya.

Dengan ini dia bisa terbebas dari utang Abas. Membuat anak tirinya menjadi tumbal? Mudah! Baim selalu mendengarkan keluhannya.

Memfitnah Kinara sebagai gadis yang tidak bermoral dan menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang saja, Baim sudah percaya. Dengan beberapa foto editan,  Baim membenci Kinara.

Jadi, membuat Kinara seperti berada di neraka setiap harinya tentu lebih mudah.

Mega tertawa penuh dengan kemenangan. “Nikmati hidupmu, Nara! Dan selamat tinggal!”

 “Tidak! Jangan! Aku mohon jangan!” Kinara berusaha melarikan diri, tetapi Abas terus mendekatinya.

Pria itu bahkan telah menarik gaun Kinara, hingga robek.

Mega yang hendak keluar ruangan tiba-tiba terhalang oleh lengan kekar Kenzo.

Pria berlesung pipit itu menatap nyalang wanita paruh baya itu–membuat Mega terkejut setengah mati.

“Keny?” Mega terkejut dengan sosok pria yang lama tidak dia lihat.

Bahkan, Mega sempat tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Penampilan Keny sangat jauh berbeda. Sekarang, Keny tampak rapi, tampan, dan seperti eksekutif muda. Jauh dari Keny yang dia kenal dahulu.

“Lepaskan dia!”

Mega tersenyum mengejek. “Tidak bisa. Memangnya kamu mau apa?”

“Mas Keny! Tolong!”

Setelah teriakan Kinara, Kenzo mencekal tangan Mega dan menarik perempuan tua itu kembali masuk.

“Lepaskan, Bangs*t!” pekik Kenzo membuat Abas berdiri dengan tegak.

“Siapa kau?” tanya Abas dengan nada sombongnya.

Kenzo menghempaskan tangan Mega, lalu menepuk tangannya sebagai kode.

Tak lama, muncul Dirga membawa map ke dalam ruangan. Sontak membuat mata Abas membola.

“P-pak Dirga?” Abas ternganga setelah melihat Dirga.

Kenzo meraih tangan Kinara. Melihat baju wanitanya sobek, Kenzo segera melepaskan jasnya dan memberikannya kepada gadis itu untuk dipakai.

“Permisi, pak Kenzo. Apa bisa saya mulai?” tanya Dirga dengan hormat.

“Pak Kenzo?” beo Mega dan Abas kompak.

“Mulai saja, Ga.” Kenzo memberikan perintah kepada asistennya–membuat Abas dan Mega semakin terkejut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 43 Tidak Tenang

    Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 43 Rencana Bulan Madu

    “Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 42 Mengulur Waktu

    “Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 41 De Javu

    Kinara berencana untuk membuatkan kue untuk Kenzo. Selama ini, ia melihat suaminya begitu lahap memakan makanan yang ia buat.Cheese cake caramel menjadi pilihat Kinara saat ini. Ia tak tahu banyak mengenai makanan kesukaan Kenzo.Tidak, kue itu adalah kesukaan Keny. Kinara memejamkan mata, karena terlalu ceroboh.“Nona, daging ayam ini apa akan dimasak nanti?”“Tolong masukkan itu ke dalam freezer saja, Mbak Ana. Mbak Ana bisa langsung beli dagingnya di super market. Biar saya sendiri yang melanjutkan ini.” Kinara kembali mengaduk adonan kuenya.“Baik, Nona. Saya akan mencari iga sapinya sekarang juga.” Ana mengulas senyuman. Ia meraih tas belanjaannya, lantas pergi dari dapur.Hanya Kinara seorang yang di sana dengan bahan-bahan untuk membuat cheese cake untuk suaminya.Kinara berlonjak, saat ada yang memeluknya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang, rasa takutnya menghilang saat melihat senyuman Kenzo.“Aku pikir siapa? Tiba-tiba meluk begitu. Kamu bikin aku horor.”Kenzo me

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 40 Jangan Tinggalkan Aku

    “Kamu adalah yang terbaik.” Kinara memeluk Kenzo dengan erat, sesekali wanita cantik itu menghidu wangi mawar pemberian suaminya. Bahkan wanginya saja mampu menggetarkan hati.“Kamu yang tersayang. Bahkan kamu lebih indahh dari mawar itu, Kinara.” Kenzo memejamkan mata, menikmati kesempatan seperti ini. Di mana ia bisa libur dan menghabiskan waktu bersama seharian bersama Kinara.“Bagus, Pak Keny!”Buru-buru Kinara melerai pelukannya. Ia menoleh pada Dirga yang baru saja datang dengan senyuman sinis dan tepuk tangannya.“Apa maksud Anda?” Kinara merasa bingung dengan sebutan itu.Dirga tengah menyeringai. “Suamimu itu penipu, Kinara! Harusnya kamu bersamaku. Dia adalah Keny. Mantan kekasihmu yang kamu buang dulu. Tujuannya menikahimu adalah demi untuk balas dendam. Setelah kamu menyerahkan semuanya, dia akan menyampakkanya seperti sampah. Kamu lihat ini.” Dirga menunjukkan selembar kertas.Sebuah gambar lukisan Kinara dan Keny. Gambar itu diambil setahun setelah mereka pacaran dulu. Sa

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 39 Kamu yang Terpenting

    Kinara tidak habis pikir dengan Kenzo. Suaminya itu benar-benar diluar dugaannya. Ia hanya menitip beberapa benag wol dengan warna putih dan hitam. Namun, suaminya itu membeli satu kardus dengan berbagai warna.“Mas, kamu berlebihan gak sih?” Kinara sampai geleng-geleng kepala.“Ya dari pada salah, kan? Saya juga lupa kamu minta warna apa. Lagian, dengan berbagai warna ini, kamu bisa membuat kreasi yang berbeda-beda, bukan?”“Tapi ini pemborosan, Mas. Pasti kamu—““Ini enggak seberapa, Sayang.” Kenzo duduk di sebelah istrinya itu, lalu mengeluarkan isi dalam tas kartonnya. “Ini buat kamu. Sudah saya isi dengan nomor baru.”Kinara mengeryitkan dahi. “Untuk apa kamu beliin aku ponsel lagi, Mas?”Kenzo tengah memilih kalimat yang tepat, ia menggaruk pelipisnya, masih terlihat bingung, hal itu membuat Kinara semakin penasaran dan meletakkan rajutannya di atas meja.“Ini aku beli karena model terbaru. Banyak diskon juga. Aku dapat vocernya langsung soalnya. Sayang kan kalau enggak diambil.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status