Sementara itu, Kenzo dan Kinara telah turun dari mobil.
Keduanya terpisah dan Kenzo janji akan lekas datang di waktu yang tepat. Meski tidak mengerti, Kinara segera menurutinya.
Kinara benar-benar terlihat sangat cantik saat ini. Pilihan rambut dan dress menyempurnakan tubuhnya yang ramping–membuat siapa saja akan terpesona, termasuk beberapa pelayan restoran ini.
Setelah menanyakan ruangan yang Mega pesan, seorang pelayan kemudian mengantarkannya ke sebuah ruangan VVIP.
“Terima kasih, Mbak.” Kinara masuk ke dalam.
Ternyata, sudah ada Mega dan juga Abas tengah menikmati wine-nya. Namun, tidak ada papanya di sana.
Meski dalam hati sangat takut, Kinara mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. “Ma, Om. Maaf menunggu lama.”
Mega terkesiap melihat penampilan putri sambungnya. Kinara terlihat sangat cantik dan anggun. Bahkan pakaian yang Kinara pakai adalah pakaian limited edition. Tidak semua orang bisa membelinya. ‘Bagaimana mungkin! Siapa yang mendandaninya sampai seperti ini?’ batinnya.
Pun dengan Abas tatapannya sudah mirip seperti hewan buas yang kelaparan.
“Its okay, Honey. Duduklah!” Abas menepuk sebelah bangkunya. Jujur saja, rasanya ingin cepat menerkam wanita cantik dengan tubuh sexy itu.
Kinara lalu duduk di samping Mega. Meski demikian, dia merasa risih dengan tatapan Abas.
Pria itu berulang kali mengerlingkan matanya. Andai saja dia memiliki kekuatan untuk melawan kedua orang bejat ini, tentu dia akan segera melawannya. Kinara sadar, jika dirinya terlalu lemah.
“Ma,” panggil Kinara lirih seraya menyodorkan tangannya–berpura-pura menjadi Kinara yang seperti biasanya.
Mega memberikan tangannya. Putri tirinya itu mencium punggung tangannya seperti biasa. “Pergi ke mana saja kamu? Tidak pernah pulang dan seperti jalang kehausan saja.”
‘Sabar … menghadapi iblis seperti ini kamu harus sabar, Nar,’ batin Kinara menahan kesalnya. “Maaf. Tapi, Nara berada di tempat yang tepat. Tempat di mana Nara dihargai.”
“Kurang ajar kamu, ya!” bentak Mega tiba-tiba. Bahkan, wanita itu hendak menapar Kinara.
Untung, Abas menahan tangan Mega di udara, lalu menghempaskannya. “Hentikan!”
“Awas kamu, ya.” Mega mendesis mengancam Kinara.
Melihat itu, Kinara justru tampak tersenyum tipis—seolah sedang menantang.
“Kinara, kamu makan dan minum dulu, pasti haus, dong,” perintah Abas.
Kinara menatap makanan dan minuman yang tersaji. Dia teringat oleh pesan kenzo.
‘Jangan minum jus jeruk. Minumlah air putih. Dan jangan makan makanan yang mereka sediakan untumu.’
Kinara mengambil air putih di hadapan Abas. Jelas, itu minuman yang tidak diberikan obat, lalu menenggaknya hingga tandas.
“To the point saja. Saya datang ke sini dengan tegas, menolak perjodohan konyol ini.”
Mata Mega dan Abas sontak membola. Sementara Kinara bersikap acuh. Meski dalam hati dia sangat ketakutan bila Mega akan kembali bersandiwara di depan Baim. Ucapan Kenzolah yang menguatkannya. Mereka satu tim saat ini.
“Kamu tahu konsekuensinya? Papamu harus mengembalikan 4 triliun rupiah.” Abas menunjukkan keempat jarinya.
“Kamu punya duit segitu? Jangan sok-sokan! Tinggal nikah sama Pak Abas dan hidup enak! Dari pada jadi jalang di pinggir jalan,” tambah Mega begitu menohok.
Kinara tampak memejamkan matanya. Berusaha meredam emosinya saat ini.
“Kamu tahu apa yang akan aku lakukan, kan?” ancam Mega.
Kinara tersenyum getir. Dengan menarik napas panjang, wanita bermata sipit itu mengangguk. “Saya tetap menolak. Ini adalah hidup saya. Dan saya berhak untuk menentukannya.”
Plak!
“Berani-beraninya kamu, ya!” Mega melotot dengan napas yang memburu karena sangking kesalnya dengan Kinara.
Kinara mengusap pipinya yang panas akibat tamparan keras dari Mega. Sudut bibirnya terasa anyir karena darah. “Saya tetap menolak!”
Mega bangkit dan mendorong Kinara, hingga gadis itu terjatuh di lantai.
“Silakan nikmati tubuh itu, Pak Abas. Saya harus pergi dan tidak mau mengganggu waktu kalian,” ucapnya dengan senyuman smirk andalan selama ini.
Mendengar semua itu, Abas yang terkejut, kini menjadi bersemangat untuk lekas mencicipi Kinara.
Bahkan, gadis itu sudah sangat ketakutan. Berkali-kali dia menatap pintu. Berharap akan ada orang yang akan menolongnya.
“Tidak! Jangan!” pekik Kinara terus beringsut mundur menjauhi Abas.
Tapi, Mega menulikan telinganya. Dia justru tertawa sesuka hatinya.
Dengan ini dia bisa terbebas dari utang Abas. Membuat anak tirinya menjadi tumbal? Mudah! Baim selalu mendengarkan keluhannya.
Memfitnah Kinara sebagai gadis yang tidak bermoral dan menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang saja, Baim sudah percaya. Dengan beberapa foto editan, Baim membenci Kinara.
Jadi, membuat Kinara seperti berada di neraka setiap harinya tentu lebih mudah.
Mega tertawa penuh dengan kemenangan. “Nikmati hidupmu, Nara! Dan selamat tinggal!”
“Tidak! Jangan! Aku mohon jangan!” Kinara berusaha melarikan diri, tetapi Abas terus mendekatinya.
Pria itu bahkan telah menarik gaun Kinara, hingga robek.
Mega yang hendak keluar ruangan tiba-tiba terhalang oleh lengan kekar Kenzo.
Pria berlesung pipit itu menatap nyalang wanita paruh baya itu–membuat Mega terkejut setengah mati.
“Keny?” Mega terkejut dengan sosok pria yang lama tidak dia lihat.
Bahkan, Mega sempat tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Penampilan Keny sangat jauh berbeda. Sekarang, Keny tampak rapi, tampan, dan seperti eksekutif muda. Jauh dari Keny yang dia kenal dahulu.
“Lepaskan dia!”
Mega tersenyum mengejek. “Tidak bisa. Memangnya kamu mau apa?”
“Mas Keny! Tolong!”
Setelah teriakan Kinara, Kenzo mencekal tangan Mega dan menarik perempuan tua itu kembali masuk.
“Lepaskan, Bangs*t!” pekik Kenzo membuat Abas berdiri dengan tegak.
“Siapa kau?” tanya Abas dengan nada sombongnya.
Kenzo menghempaskan tangan Mega, lalu menepuk tangannya sebagai kode.
Tak lama, muncul Dirga membawa map ke dalam ruangan. Sontak membuat mata Abas membola.
“P-pak Dirga?” Abas ternganga setelah melihat Dirga.
Kenzo meraih tangan Kinara. Melihat baju wanitanya sobek, Kenzo segera melepaskan jasnya dan memberikannya kepada gadis itu untuk dipakai.
“Permisi, pak Kenzo. Apa bisa saya mulai?” tanya Dirga dengan hormat.
“Pak Kenzo?” beo Mega dan Abas kompak.
“Mulai saja, Ga.” Kenzo memberikan perintah kepada asistennya–membuat Abas dan Mega semakin terkejut.
“Pak Abas, kami sudah memberikan peringatan kepada Anda. Tetapi, Anda tidak mengindahkannya. Kami hanya ingin menuntut hak kami. Jika Anda tidak dapat melunasinya, sesuai kesepakatan, semua aset Anda adalah milik kami. Terlebih, Anda juga bersikap kurang ajar terhadap calon istri Tuan Kenzo atau Tuan Keny.”Mega membungkam mulutnya sendiri. Pria yang dia kira cupu adalah suhu yang sesungguhnya.Wajah Mega dan Keny memucat seketika. Keny ternyata bukanlah pria sembarangan seperti yang mereka pikirkan.Abas segera bersujud di kaki Kenzo. Dia memohon belas kasihan kepada pria yang sempat dia hina.“Tolong saya, Pak. Jangan sita aset saya, saya mohon,” rengeknya.Kenzo tersenyum smirk, bahkan kakinya menendang Abas. Tubuh gempal itu seketika terjengkang.“Kamu juga akan dipenjara. Kasus pelecehan dan juga penganiayaan.”“Tidak, Pak! Saya mohon, jangan hukum saya seperti ini.” Abaz menangkupkan kedua tangannya, meminta ampun kepada Kenzo.“Bawa pria tidak tahu diri ini keluar!” perintah Ke
“Saya percaya.” Kenzo tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. Merasa senang karena semua sesuai dengan rencananya saat ini. “Emmm.” Pria berlesung pipit itu berdeham untuk menstabilkan suaranya lalu berkata, “saya harap, ini tidak akan membebani kamu.” Kinara menggeleng. “Ini sudah menjadi keputusan saya, Mas. Dengan saya bisa lepas dari Abas Sebastian, itu lebih dari cukup. Tapi …,” gantung Kinara kembali merasa takut. “Tapi kenapa?” Kinara teringat dengan Baim Nugroh. Akankah papanya itu mau menerima pinangan dari Kenzo, mengingat dahulu mati-matian Baim menolak Keny. “Emm.” Dehaman Kenzo menyadarkan lamunan Kinara. “Eungh … bagaimana dengan papa saya? Saya tidak yakin, jika Papa akan menerima pernikahan tersebut.” Kenzo tersenyum smirk. “Itu mudah bagi saya. Apapun bisa untuk saya. Kuncinya ada pada kamu,” ucapnya dengan menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada kemudi. ‘Dia memang bukan Keny. Tapi, jika Keny tahu, dia pasti akan mengira aku benar-benar wanita matre.’
‘Tuhan … rasanya kenapa deg-degan begini,’ batin Kinara.“Mari kita mengobrol di sana, Kinara! Biar kita tidak mengganggu acara para laki-laki.” Seikha mengajak Kinara untuk mengobrol di meja seberang dan Kinara menurutinya.Kinara dan Seikha tampak mengobrol bersama. Sedari tadi mereka membicarakan mengenai masakan dan juga hobi masing-masing. Sesekali wanita berambut sebahu itu memperhatikan Kenzo. Pria itu benar-benar sangat berkharisma. Sudut bibir Kinara naik ke atas. Hatinya menghangat dengan detak jatung yang takberaturan.“Sebentar lagi halal, kan?” ledek Seikha membuat Kinara senyum-senyum sendiri.“Mas Kenzo sangat baik, Bu.”“Iya. Kelihatan, kok. Kalian pasangan yang sangat serasi.”Kinara tersenyum getir. Dia sangat berharap jika Kenzo adalah Keny. Ada rasa bersalah dalam diri Kinara jika menikah dengan Kenzo, karena pikirannya akan terus bersama dengan Keny. “Terima kasih, Bu.”Selesai makan bersama, Kenzo dan Kinara pamit untuk undur diri. Bahkan Hussain sangat terkesan
“Ada yang ingin kamu beli?” tawar Kenzo.Kinara menggeleng. “Tidak, Mas. Cukup. Semuanya sudah cukup,” jawab Kinara yang masih merasa tidak enak atas kebaikan pria itu.“Kapan saya harus menemui papa kamu?” tanya Kenzo.Kirana menyibakkan rambutnya ke belakang telinga. Terlihat keraguan dari raut wajahnya. Kenzo yang menyadari akan keraguan tersebut, menghentikan langkahnya kemudian menangkup kedua pipi Kinara.“Jangan takut, saya bisa meyakinkan papamu.”Pipi Kinara merona. Melihat tatapan teduh Kenzo, darahnya seakan berdesir. “I-iya.”Senyum manis terlukis di wajah tampan Kenzo. Senyum yang biasa Kinara lihat dari Keny. Gadis itu menjadi teringat dengan mantan kekasih yang entah sekarang berada di mana.“Jadi?” tanya Kenzo meyakinkan.“Kapanpun Anda siap.”Kenzo manggut-manggut seraya melebarkan senyumannya. Sebuah senyum kemenangan. Tidak sulit membuat gadis itu masuk ke dalam perangkapnya. ‘Good.’“Mas, apa saya boleh bertanya sesuatu?”Kenzo mengangguk. sebisa mungkin dia tersen
“Kinara, kamu mau ke mana?” tanya Baim.Kinara tampak menoleh ke Kenzo. Pria jakung berlesung pipit itu seolah tahu jika dia ingin ikut kembali ke mansionnya.“Saya rasa kamu harus tinggal di rumahmu dulu sampai kita benar-benar halal.”Kinara tertunduk. “Tapi,” gantungnya dengan suara bergetar.Kenzo mengangkat dagu gadis itu. Mata kinara yang berkaca-kaca seolah menggoyahkan imannya. ‘Shit! Kenapa aku selalu lemah jika melihat matanya.’ Kenzo memberikan anggukan kepada Kinara dan berkata, “Saya akan menjamin keselamatan kamu di sini. Tidak ada yang boleh menyentuh kamu. kalau kamu sampai lecet sedikit saja, saya pastikan orang itu tidak akan melihat matahari terbit.’’Tubuh Mega membeku. Rasa takut kini menyelimutinya. ‘Sialan. Kinara benar-benar beruntung.”Mega menghindari tatapan Kenzo yang tajam. Wanita itu langsung menenggak air putih yang berada di meja hingga tandas.“Tidak usah khawatir, Nak Keny. Om berjanji, Kinara akan selalu baik-baik saja.” Baim menyahut, lalu merangkul
“Ada apa?” tanya Kenzo terlihat tegang.“Ada seseorang yang hendak membakar gudang kita. Beruntung tertangka orangnya.”Kenzo dan Kinara mengembuskan napas lega. Beruntung sekali gudang eleektroniknya tidak jadi membakar gudang dengan dana ratusan triliun itu.“Di mana orang itu?” tanya Kenzo berusaha tenang.“Sedang diamankan oleh pihak kepolisian. Masih di kantor, Pak. Pria itu berusaha untuk bunuh diri.”Mendengar jawabana dari Dirga, gigi Kenzo bergemelutuk dengan tangan mengepal karena kesal. Dia yakin jika ada orang yang sedang berusaha untuk mempermainkannya. Pria bermata lebar itu mengembuskan napas kasar. “Sekarang kita ke kantor!”Dirga melirik Kinara. “Nona Kinara bagaimana, Pak?”“Kinara biar langsung pulang. Nanti supir yang antar. Kamu gak apa-apa, kan Kinara?”Kinara mengangguk. “Gak apa-apa, Mas.”Tidak menunggu lama, Kenzo mengajak Dirga untuk pergi ke kantor.Namun, di tengah jalan Kenzo menerima kabar, jika pria yang mau membakar gudangnya itu dibawa oleh pihak yang
“Mas, kamu datang lagi? Bagaimana keadaan kantor?”“Sudah selesai urusannya. Kamu mau ke mana? Sepertinya mau pergi.” Kenzo memperhatikan penampilan Kinara yang memakai dress selutut dan tas selempang.“Aku mau ke mini market untuk beli sesuatu.”Kenzo mengangguk. “Kalau begitu, kita sekalian sekarang menemui WO. Sekalian tanya progress kesiapan pesta pernikahan kita. Kamu bisa?”Kinara mengangguk cepat. Wanita berambut coklat itu menerima uluran tangan Kenzo. Mereka berdua bergegas pergi.“Kalian mau ke mana? Enak, ya, malah pacaran,” tegur gadis berambut hitam panjang yang baru saja turun dari mobilnya.Kenzo menutup kembali pintunya. Beralih memperhatikan gadis bermata lebar dengan kulit putih pucat. Gadis yang juga berkontribusi dalam kejadian 4 tahun silam, di mana nyawanya hampir saja melayang atas ulah sepasang ibu dan anak itu.“Keny?” Gadis itu tampak terkejut melihat sosok Kenzo. Pria yang pernah dia buang ke sungai setelah dipukuli oleh beberapa orang suruhannya 4 tahun sil
“Maaf, saya tidak sengaja. Apa kamu merindukannya?”Mendengar pertanyaan dari Kenzo, hati Kinara mencelos. Entah dia harus jujur atau tidak, kini sedang berada di posisi yang serba salah. Memang Kenzo pernah mengatakan untuk menganggpnya sebagai Keny, tetapi tidak mungkin jika selamanya akan seperti itu. “Maaf, Mas.”“Harusnya saya tidak bertanya seperti itu. Maaf.” Kenzo mengernyit melihat anggukan Kinara. ‘Dia kenapa begitu mudah bersandiwara, ya? Atau hanya ingin mengambil simpatiku saja?’“Maaf, Mas. Apa kita bisa langsung pulang saja? Seperti sudah mulai petang. Bukankah Mas Kenzo juga harus menghadiri sebuah acara?”Kenzo mengangguk. Andai tidak akan menghadiri suatu acara, mungkin dia masih akan terus membuat Kinara mengingat masa-masa lalu bersama. Barang kali gadis itu akan merasa bersalah atas kejadian itu..Sesampainya di halaman rumah, Kinara turun dari mobil Audi bercat hitam. Wanita berambut sebahu itu melambaikan tangannya. Setelah mobil mewah itu keluar dari halaman r