“Pak Abas, kami sudah memberikan peringatan kepada Anda. Tetapi, Anda tidak mengindahkannya. Kami hanya ingin menuntut hak kami. Jika Anda tidak dapat melunasinya, sesuai kesepakatan, semua aset Anda adalah milik kami. Terlebih, Anda juga bersikap kurang ajar terhadap calon istri Tuan Kenzo atau Tuan Keny.”
Mega membungkam mulutnya sendiri. Pria yang dia kira cupu adalah suhu yang sesungguhnya.
Wajah Mega dan Keny memucat seketika. Keny ternyata bukanlah pria sembarangan seperti yang mereka pikirkan.
Abas segera bersujud di kaki Kenzo. Dia memohon belas kasihan kepada pria yang sempat dia hina.
“Tolong saya, Pak. Jangan sita aset saya, saya mohon,” rengeknya.
Kenzo tersenyum smirk, bahkan kakinya menendang Abas. Tubuh gempal itu seketika terjengkang.
“Kamu juga akan dipenjara. Kasus pelecehan dan juga penganiayaan.”
“Tidak, Pak! Saya mohon, jangan hukum saya seperti ini.” Abaz menangkupkan kedua tangannya, meminta ampun kepada Kenzo.
“Bawa pria tidak tahu diri ini keluar!” perintah Kenzo kepada kedua body guardnya.
Abas diseret keluar ruangan. “Tolong, Pak! Jangan, Pak!”
Kenzo tidak menghiraukan teriakan Abas. Pria itu memang sangat pantas untuk tidak diperlakukan dengan baik, pikirnya.
“Ka-kamu Keny?” tanya Mega tergagap.
Lagi-lagi Kenzo tertawa lirih. “Kenapa? Bukankah Anda yang dulu menghina saya dengan sebutan pria kere? Tidak punya masa depan, dan tidak pantas bersanding dengan keluarga Anda?”
Mega bisa melihat dendam yang begitu membara di mata Kenzo. Pria jakung itu mendekatinya.
“Bahkan, saya mampu membeli harga diri Anda!” bentak Kenzo membuat Mega terjengit.
“Tidak mungkin, kamu su—“
“Sudah apa? Mati? Saya harap kamu akan mendapatkan akibatnya nanti.” Kenzo memotong ucapan Mega membuat wanita itu ketakutan.
Kenzo menggenggam tangan Kinara, lalu membawanya keluar dari ruangan tersebut.
Gadis itu masih saja menangis sesunggukan. Jujur saja, dia takut jika Mega akan mengatakan yang tidak-tidak kepada papanya.
“Kamu naik taksi saja! Biar saya bawa mobil sendiri.” Kenzo memberikan lima lembaran uang berwarna merah, lalu bergegas masuk ke mobil. Sementara sang supir hanya membungkukkan badanya, patuh.
Kinara menatap wajah tampan yang sedang fokus berkemudi.
Pria bermata bulat tajam, setajam burung elang itu sesekali meliriknya dingin. Lalu, Kenzo kembali fokus dengan jalanan ibu kota yang tidak pernah sepi itu.
“Jangan lihatin saya seperti itu terus!” perintahnya dengan dingin.
‘Keny? Entah kenapa ketika melihat kemarahannya tadi kepada Mama Mega, aku merasa dia adalah Keny. Keny yang aku rindukan. Ya Tuhan … perasaan apa in?’ batin Kinara.
“Ada apa?” tanya Kenzo tanpa menoleh ke arah Kinara. Dia tahu gadis itu ingin mengatakan sesuatu terhadapnya.
Kinara menggeleng. “Tidak, Mas. Hanya saja, melihat Mas marah dengan Mama Mega tadi, aku seperti melihat Keny yang sebenarnya.”
Kenzo seketika tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. “Kamu sudah tahu actingku, bukan?”
Kinara mendongak.
Entah mengapa dadanya begitu sesak. Dalam hati, dia berharap pria berlesung pipit itu memang Keny—mantan kekasihnya. Sayangnya, bukan.
“Terima kasih,” lirih Kinara pada akhirnya.
“Besok, giliran kamu membantu saya.”
“Bantu apa, Mas?” tanya Kinara seraya menyeka air mata yang menggantung.
“Besok adalah pertemuan saya dengan pengusaha asal Dubai. Saya ingin memperkenalkan kamu sebagai calon istri saya. Apa bisa?”
Kinara mengernyitkan dahinya. Merasa curiga dengan tujuan Kenzo selama ini. Meski pria jakung itu terlihat baik, hanya saja Kinara heran, mengapa Kenzo menginginkannya menjadi istri sungguhan. “Apa saya boleh tanya sesuatu?”
Kenzo menoleh sekilas, lalu mengangkat dagunya. “Apa?”
“Kenapa tiba-tiba Mas Kenzo menginginkan saya sebagai istri Mas? Bukankah kita baru bertemu? Saya orang asing yang mungkin saja tidak baik.”
Kenzo tersenyum smirk, bahkan satu alisnya naik ke atas. “Itu yang sebenarnya kamu rasakan, bukan?”
Kinara gelagapan. Jujur saja, memang Kinara yang merasa aneh terhadap Kenzo. Namun, dia tidak memiliki alasan lain lagi.
Dia hanya mengangguk lemah, Kenzo mampu melihatnya dari ekor mata.
“Saya memiliki mantan kekasih. Dia meninggalkan saya.”
Ucapan Kenzo membuat Kinara membola. Hatinya tercubit merasa tersentil. “Man-mantan?”
Kenzo mengangguk. “Dia pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan dunia ini. Sejak saat itu, dunia saya hancur. Saya tidak mau dekat dengan wanita mana pun.”
‘Takdir macam apa ini, Tuhan? Kenapa harus serba kebetulan seperti ini?’ batin Kinara.
“Apa semua itu belum meyakinkan kamu jika saya tidak memiliki tujuan jahat sama kamu?” tanya Kenzo membuat Kinara tersentak dalam lamunan.
Gadis itu terlihat sangat gugup dengan mata berkaca-kaca yang menahan tangis. ‘Ya Tuhan … aku harus bagaimana? Apa yang harus aku jawab?’
Lagi-lagi Kinara menatap wajah tampan yang tengah fokus pada kemudi itu. Pria dingin yang membuat fokusnya terpecah. Bahkan wajah itu yang selalu mengingatkannya kepada seseorang yang selalu dalam hatinya.
Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s
“Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk
“Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah
Kinara berencana untuk membuatkan kue untuk Kenzo. Selama ini, ia melihat suaminya begitu lahap memakan makanan yang ia buat.Cheese cake caramel menjadi pilihat Kinara saat ini. Ia tak tahu banyak mengenai makanan kesukaan Kenzo.Tidak, kue itu adalah kesukaan Keny. Kinara memejamkan mata, karena terlalu ceroboh.“Nona, daging ayam ini apa akan dimasak nanti?”“Tolong masukkan itu ke dalam freezer saja, Mbak Ana. Mbak Ana bisa langsung beli dagingnya di super market. Biar saya sendiri yang melanjutkan ini.” Kinara kembali mengaduk adonan kuenya.“Baik, Nona. Saya akan mencari iga sapinya sekarang juga.” Ana mengulas senyuman. Ia meraih tas belanjaannya, lantas pergi dari dapur.Hanya Kinara seorang yang di sana dengan bahan-bahan untuk membuat cheese cake untuk suaminya.Kinara berlonjak, saat ada yang memeluknya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang, rasa takutnya menghilang saat melihat senyuman Kenzo.“Aku pikir siapa? Tiba-tiba meluk begitu. Kamu bikin aku horor.”Kenzo me
“Kamu adalah yang terbaik.” Kinara memeluk Kenzo dengan erat, sesekali wanita cantik itu menghidu wangi mawar pemberian suaminya. Bahkan wanginya saja mampu menggetarkan hati.“Kamu yang tersayang. Bahkan kamu lebih indahh dari mawar itu, Kinara.” Kenzo memejamkan mata, menikmati kesempatan seperti ini. Di mana ia bisa libur dan menghabiskan waktu bersama seharian bersama Kinara.“Bagus, Pak Keny!”Buru-buru Kinara melerai pelukannya. Ia menoleh pada Dirga yang baru saja datang dengan senyuman sinis dan tepuk tangannya.“Apa maksud Anda?” Kinara merasa bingung dengan sebutan itu.Dirga tengah menyeringai. “Suamimu itu penipu, Kinara! Harusnya kamu bersamaku. Dia adalah Keny. Mantan kekasihmu yang kamu buang dulu. Tujuannya menikahimu adalah demi untuk balas dendam. Setelah kamu menyerahkan semuanya, dia akan menyampakkanya seperti sampah. Kamu lihat ini.” Dirga menunjukkan selembar kertas.Sebuah gambar lukisan Kinara dan Keny. Gambar itu diambil setahun setelah mereka pacaran dulu. Sa
Kinara tidak habis pikir dengan Kenzo. Suaminya itu benar-benar diluar dugaannya. Ia hanya menitip beberapa benag wol dengan warna putih dan hitam. Namun, suaminya itu membeli satu kardus dengan berbagai warna.“Mas, kamu berlebihan gak sih?” Kinara sampai geleng-geleng kepala.“Ya dari pada salah, kan? Saya juga lupa kamu minta warna apa. Lagian, dengan berbagai warna ini, kamu bisa membuat kreasi yang berbeda-beda, bukan?”“Tapi ini pemborosan, Mas. Pasti kamu—““Ini enggak seberapa, Sayang.” Kenzo duduk di sebelah istrinya itu, lalu mengeluarkan isi dalam tas kartonnya. “Ini buat kamu. Sudah saya isi dengan nomor baru.”Kinara mengeryitkan dahi. “Untuk apa kamu beliin aku ponsel lagi, Mas?”Kenzo tengah memilih kalimat yang tepat, ia menggaruk pelipisnya, masih terlihat bingung, hal itu membuat Kinara semakin penasaran dan meletakkan rajutannya di atas meja.“Ini aku beli karena model terbaru. Banyak diskon juga. Aku dapat vocernya langsung soalnya. Sayang kan kalau enggak diambil.