Share

Bab. 6 Takdir Macam Apa Ini?

“Pak Abas, kami sudah memberikan peringatan kepada Anda. Tetapi, Anda tidak mengindahkannya. Kami hanya ingin menuntut hak kami. Jika Anda tidak dapat melunasinya, sesuai kesepakatan, semua aset Anda adalah milik kami. Terlebih, Anda juga bersikap kurang ajar terhadap calon istri Tuan Kenzo atau Tuan Keny.”

Mega membungkam mulutnya sendiri. Pria yang dia kira cupu adalah suhu yang sesungguhnya.

Wajah Mega dan Keny memucat seketika. Keny ternyata bukanlah pria sembarangan seperti yang mereka pikirkan.

Abas segera bersujud di kaki Kenzo. Dia memohon belas kasihan kepada pria yang sempat dia hina.

“Tolong saya, Pak. Jangan sita aset saya, saya mohon,” rengeknya.

Kenzo tersenyum smirk, bahkan kakinya menendang Abas. Tubuh gempal itu seketika terjengkang.

“Kamu juga akan dipenjara. Kasus pelecehan dan juga penganiayaan.”

“Tidak, Pak! Saya mohon, jangan hukum saya seperti ini.” Abaz menangkupkan kedua tangannya, meminta ampun kepada Kenzo.

“Bawa pria tidak tahu diri ini keluar!” perintah Kenzo kepada kedua body guardnya.

Abas diseret keluar ruangan. “Tolong, Pak! Jangan, Pak!”

Kenzo tidak menghiraukan teriakan Abas. Pria itu memang sangat pantas untuk tidak diperlakukan dengan baik, pikirnya.

 “Ka-kamu Keny?” tanya Mega tergagap.

 Lagi-lagi Kenzo tertawa lirih. “Kenapa? Bukankah Anda yang dulu menghina saya dengan sebutan pria kere? Tidak punya masa depan, dan tidak pantas bersanding dengan keluarga Anda?”

 Mega bisa melihat dendam yang begitu membara di mata Kenzo. Pria jakung itu mendekatinya.

“Bahkan, saya mampu membeli harga diri Anda!” bentak Kenzo membuat Mega terjengit.

“Tidak mungkin, kamu su—“

“Sudah apa? Mati? Saya harap kamu akan mendapatkan akibatnya nanti.” Kenzo memotong ucapan Mega membuat wanita itu ketakutan.

Kenzo menggenggam tangan Kinara, lalu membawanya keluar dari ruangan tersebut.

Gadis itu masih saja menangis sesunggukan. Jujur saja, dia takut jika Mega akan mengatakan yang tidak-tidak kepada papanya.

“Kamu naik taksi saja! Biar saya bawa mobil sendiri.” Kenzo memberikan lima lembaran uang berwarna merah, lalu bergegas masuk ke mobil. Sementara sang supir hanya membungkukkan badanya, patuh.

Kinara menatap wajah tampan yang sedang fokus berkemudi.

Pria bermata bulat tajam, setajam burung elang itu sesekali meliriknya dingin. Lalu, Kenzo kembali fokus dengan jalanan ibu kota yang tidak pernah sepi itu.

“Jangan lihatin saya seperti itu terus!” perintahnya dengan dingin.

‘Keny? Entah kenapa ketika melihat kemarahannya tadi kepada Mama Mega, aku merasa dia adalah Keny. Keny yang aku rindukan. Ya Tuhan … perasaan apa in?’ batin Kinara.

“Ada apa?” tanya Kenzo tanpa menoleh ke arah Kinara. Dia tahu gadis itu ingin mengatakan sesuatu terhadapnya.

Kinara menggeleng. “Tidak, Mas. Hanya saja, melihat Mas marah dengan Mama Mega tadi, aku seperti melihat Keny yang sebenarnya.”

Kenzo seketika tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. “Kamu sudah tahu actingku, bukan?”

Kinara mendongak.

Entah mengapa dadanya begitu sesak. Dalam hati, dia berharap pria berlesung pipit itu memang Keny—mantan kekasihnya. Sayangnya, bukan.

“Terima kasih,” lirih Kinara pada akhirnya.

“Besok, giliran kamu membantu saya.”

“Bantu apa, Mas?” tanya Kinara seraya menyeka air mata yang menggantung.

“Besok adalah pertemuan saya dengan pengusaha asal Dubai. Saya ingin memperkenalkan kamu sebagai calon istri saya. Apa bisa?”

Kinara mengernyitkan dahinya. Merasa curiga dengan tujuan Kenzo selama ini. Meski pria jakung itu terlihat baik, hanya saja Kinara heran, mengapa Kenzo menginginkannya menjadi istri sungguhan. “Apa saya boleh tanya sesuatu?”

 Kenzo menoleh sekilas, lalu mengangkat dagunya. “Apa?”

“Kenapa tiba-tiba Mas Kenzo menginginkan saya sebagai istri Mas? Bukankah kita baru bertemu? Saya orang asing yang mungkin saja tidak baik.”

Kenzo tersenyum smirk, bahkan satu alisnya naik ke atas. “Itu yang sebenarnya kamu rasakan, bukan?”

Kinara gelagapan. Jujur saja, memang Kinara yang merasa aneh terhadap Kenzo. Namun, dia tidak memiliki alasan lain lagi.

Dia hanya mengangguk lemah, Kenzo mampu melihatnya dari ekor mata.

“Saya memiliki mantan kekasih. Dia meninggalkan saya.”

Ucapan Kenzo membuat Kinara membola. Hatinya tercubit merasa tersentil. “Man-mantan?”

Kenzo mengangguk. “Dia pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan dunia ini. Sejak saat itu, dunia saya hancur. Saya tidak mau dekat dengan wanita mana pun.”

 ‘Takdir macam apa ini, Tuhan? Kenapa harus serba kebetulan seperti ini?’ batin Kinara.

 “Apa semua itu belum meyakinkan kamu jika saya tidak memiliki tujuan jahat sama kamu?” tanya Kenzo membuat Kinara tersentak dalam lamunan.

Gadis itu terlihat sangat gugup dengan mata berkaca-kaca yang menahan tangis. ‘Ya Tuhan … aku harus bagaimana? Apa yang harus aku jawab?’

Lagi-lagi Kinara menatap wajah tampan yang tengah fokus pada kemudi itu. Pria dingin yang membuat fokusnya terpecah. Bahkan wajah itu yang selalu mengingatkannya kepada seseorang yang selalu dalam hatinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status