Share

Bab. 4 Calon Istri

   

“Pak, Abas Company sudah saya bereskan. Tentu saat ini dia sedang kelimpungan mencari dana.”

“Bagus. Segera tekan Abas Company untuk segera melunasinya, Ga.”

“Baik, Pak.”

Kenzo tersenyum penuh dengan kemenangan mendengar laporan asistennya.

“Dengan ini, pria bernama Abas situ tidak bisa memberikan uang kepada Mega. Dia akan menekan Nigroho mengenai utang. Di sana aku akan muncul dan seolah menjadi dewa penyelamat untuk sesaat,” gumam Kenzo.

Ya, semenjak bertemu kembali dengan Kinara, Kenzo telah mempersiapkan rencananya. Satu per satu untuk membalaskan dendam pada Kinara yang sudah memberikan rasa sakit begitu dalam. Dan … semua sudah berjalan sesuai keinginannya.

Tok tok tok!

Suara pintu mengalihkan fokus Kenzo. “Masuk!”

Pintu ruangan pun terbuka.

Ternyata, Kinara sudah mengenakan gaun selutut dengan warna merah terlihat dengan anggun. Kulitnya tampak sangat cerah dengan warna gaun tersebut.

Kenzo tampak membeku dengan penampilan Kinara. Bahkan make-upnya mampu menyamarkan luka lebam Kinara.

“Hmmm.” Kenzo berdeham untuk mengurangi kegugupannya. Lalu, dia melonggarkan sedikit dasinya yang seakan sesak. “Kamu sudah siap?”

 Kinara mengangguk. “Sudah, Pak.”

 “Kamu cukup panggil saya dengan sebutan Mas. Dan di depan keluargamu, kamu boleh memanggiku dengan sebutan Mas Keny,” perintah Kenzo.

“Mas?” beo Kinara. Jujur saja, hatinya berdesir mendengar sebutan itu. Meski Kenzo bukanlah Keny, tetapi wajah mereka sama bagi Kinara. 

 Kenzo tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. “Iya.”

 “Baiklah, Pak. Eh, Mas.”

 Kenzo mengulurkan tangannya, dengan senang hati Kinara menyambutnya. Keduanya pergi dan diikuti oleh dua bodyguard.

*****

“Kita mau ke mana, Mas?” tanya Kinara.

 “Oh, ya. kamu cukup muncul di hadapan Mega dan Abas.” Kenzo dengan santai membuka tabnya dan mengecek laporan pekerjaan dari bawahannya.

“Mun-cul?” Wajah Kinara tampak memucat. Jujur saja, mengingat bagaimana dia hendak dilecehkan, membuat Kinara trauma. Bahkan, papanya sendiri tidak percaya dengan ucapannya.

Kinara seketika menggeleng. Bahkan, telapak tangannya kini sudah berkeringat.

“Tenang saja. Saya sudah mengatur semuanya. Di saat yang tepat, saya akan muncul sebagai pangeran berkuda putih. Kamu tidak perlu khawatir. Selama bersama dengan saya, kamu akan aman.”

 “Ta-tapi Abas itu orang yang berkuasa.”

Seketika Kenzo menatap Kinara tajam.

“Abas, orang yang berkuasa?” ejek Kenzo seraya tersenyum, “saya pingin tahu, sebagaimana berkuasanya dia.”

Kinara bingung bagaimana menjawab pertanyaan Kenzo. Oleh sebab itu, Kinara hanya menatap jalanan dari kaca jendela mobil saja. Sungguh, dia tak mengerti dan berani dengan pria di sampingnya ini.

Terlebih, kali, ini dia sedang sangat gelisah. Bagaimana pertemuannya dengan papa dan mama tirinya nanti? Apakah dia akan kembali dipukul dan dihina seperti biasa?   

“Saya harap, kamu bisa benar-benar menolak perjodohan itu.” Ucapan Kenzo menyadarkan lamunan Kinara.

Wanita berambut coklat itu mengangguk. Sudah cukup penderitaan yang dia dapatkan dari omong kosong Mega yang selalu mengadu-domba dirinya dan juga Baim, papanya.

Kinara lelah.

Memang sebelum memiliki Sifa–adik tirinya–Mega merawat Kinara dengan baik. Namun, setelahnya? Kinara selalu menjadi nomor dua. Dia juga harus mengalah dalam segala hal.

“Mas, apa aku boleh bertanya?” Kinara memberanikan diri menatap Kenzo.

Pria berlesung pipit itu mengangkat dagunya. Tatapannya yang dingin membuat siapapun menjadi segan.

“A-aku ta-takut.”

Kenzo mengernyitkan dahinya. Bahkan, kedua alisnya itu hampir menyatu. “Takut apa?”

“Ancaman Mega. Dia bisa saja melenyapkan seseorang.”

Kenzo tertawa lirih, lalu beberapa detik wajahnya kembali datar. “Saya tidak takut dengan apa pun dan siapa pun. Kamu tidak usah khawatir. Sudah saya bilang, kan? Di dekat saya, kamu akan aman.”

Entah bagaimana untuk meyakinkan Kenzo.

Mega mirip dengan wanita gila. Sudah beberapa kali, Kinara dipukul dan hampir dibunuh. Andai dia bisa menceritakan semuanya kepada Kenzo, tetapi sepertinya itu tidak akan ada gunanya. Kenzo bukanlah Keny.

“Pak Kenzo, jalanan macet di depan. Sepertinya, kita harus putar balik dan mencari jalan alternatif,” ucap sopir yang mengendarai.

Kenzo ikut menengok.

Benar. Sejauh 300-an meter dari tempatnya, banyak mobil tengah berderet.

“Putar balik! Sepertinya. ada kecelakaan di depan. Kita putar balik saja!”

“Baik, Pak.” Sang supir pada akhirnya memutar balik kendaraan–mencari jalan alternatif untuk lekas sampai di restoran yang sudah dipesan oleh keluarga Kinara.

******

Di sisi lain, mendengar Kinara akan menemuinya, Mega ternyata menyusun rencana untuk menjebak anak sambungnya supaya bisa tidur bersama dengan Abas.

Bahkan, untuk memuluskan rencananya, Mega telah berada dalam ruangan khusus “untuk membicarakan tentang pernikahan Abas dan juga Kinara”.   

“Di mana Pak Baim, Mega?” tanya Abas yang kini menenggak wine.

Mega tersenyum tipis menatap pria yang seumuran dengan suaminya. Hanya saja, Baim lebih tinggi. Meski demikian, Abas memiliki tubuh yang kekar–tidak terlalu buruk.

“Tenang saja, dia tidak tahu tentang pertemuan ini. Kamu jangan khawatir, Baim. Malam ini Kinara milikmu. Aku sudah bawa ini.”

Abas mengangguk dan menyeringai.

Membayangkan gadis manis itu tunduk dan memohon di bawahnya, membuat pria tua itu semakin tidak sabar.

Pelayan yang baru saja meletakkan makanan di depan keduanya— terlihat menyimak perbincangan keduanya. Abas pun seketika geram.

“Menghidangkan makanan seperti itu saja sangat lama. Cepatlah dan lekas pergi!” bentak Abas membuat pelayan dengan name tag Agung itu mengangguk.

“Maaf, Tuan. Saya takut jika akan merusak tampilan dari makanan ini,” kilah Agung.

“Banyak alasan. Lekas pergi!”

“Ba-baik, Tuan.”

Pria muda berambut klimis itu keluar dari ruangan, lalu merogoh ponselnya. Sedikit berlari, dia menghubungi seseorang untuk menyampaikan sesuatu yang dia dengar dan lihat.

“Pak, dua target sudah ada dalam perangkap.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status