Share

Bab. 7 Pria Beruntung

“Saya percaya.”

Kenzo tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. Merasa senang karena semua sesuai dengan rencananya saat ini. “Emmm.” Pria berlesung pipit itu berdeham untuk menstabilkan suaranya lalu berkata, “saya harap, ini tidak akan membebani kamu.”

Kinara menggeleng. “Ini sudah menjadi keputusan saya, Mas. Dengan saya bisa lepas dari Abas Sebastian, itu lebih dari cukup. Tapi …,” gantung Kinara kembali merasa takut.

“Tapi kenapa?”

Kinara teringat dengan Baim Nugroh. Akankah papanya itu mau menerima pinangan dari Kenzo, mengingat dahulu mati-matian Baim menolak Keny.

“Emm.” Dehaman Kenzo menyadarkan lamunan Kinara.

“Eungh … bagaimana dengan papa saya? Saya tidak yakin, jika Papa akan menerima pernikahan tersebut.”

Kenzo tersenyum smirk. “Itu mudah bagi saya. Apapun bisa untuk saya. Kuncinya ada pada kamu,” ucapnya dengan menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada kemudi.

‘Dia memang bukan Keny. Tapi, jika Keny tahu, dia pasti akan mengira aku benar-benar wanita matre.’

Tidak terasa keduanya telah sampai di mansion. Kinara dan Kenzo turun dari mobil. Kedua orang itu berjalan dengan beriringan, meski sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali Kinara mendongak, memperhatikan pria jakung yang terlihat menawan itu.

“Besok siang Mbak Ana akan mengantarkan gaun dan mendandani kamu, saya harap kamu bisa mempersiapkan diri. Kita akan menemui klien saya,” titah Kenzo yang terdengar seperti perintah.

Kinara mengangguk patuh. Keduanya terpisah di depan kamar Kinara. Wanita berambut sebahu itu masuk ke kamar, lalu mengunci pintunya.

Kinara melepas jas milik Kenzo. Menghidu wangi parfum bercampur aroma tubuh pria itu. Hatinya berdesir kala mengingat semua kebaikan yang telah pria itu berikan, tetapi sebelah hatinya merasa ada yang mengganjal. “Mikir apa, sih aku? Mas Kenzo bukan keny.”

Kinara memutuskan untuk membersihkan dirinya dengan mandi, setelah itu memakai baju yang sudah disiapkan oleh Zana. Bahkan gadis berkulit putih pucat itu tercengang melihat isi lemarinya saat ini. “Ya Tuhan, lengkap sekali. Aku tidak menyangka.”

Tok to tok

Buru-buru Kinara memakai bajunya dan berteriak, “sebentar!”

Usai selesai memakai gaun tidur, Kinara membuka pintu kamarnya. “Mas?”

Tangan Kenzo yang hendak mengetuk kembali pintunya, menggantung di udara. Tatapannya terpaku dengan sosok Kinara yang memakai gaun tidur tersebut. Sebuah gaun tipis yang terbuat dari satin. “Emm … mengingat tadi belum makan malam, saya yakin kalau kamu lapar.”

“Eungh … sedikit.”

Keduanya tampak terlihat canggung. Sehingga, tidak berani saling tatap dan mengalihkan perhatian mereka.

Kenzo yang gugup terlihat salah tingkah. Pria jakung berlesung pipit itu menunjuk lantai dasar menunggunakan ibu jarinya. “Saya tunggu di bawah.”

Kinara mengangguk, membiarkan Kenzo untuk turun terlebih dahulu. “Iya. Mas.”

.

“Terima kasih, Mas,” ucap Kinara di sela makannya.

Kenzo mengangguk. “Sama-sama.”

“Tapi, pakaian-pakaian itu seperti berlebihan. Pakaian serba mahal. Sa—“

“Itu bukan apa-apa bagi saya. Saya harap, besok kamu bisa menyesuaikan diri karena klien saya sangat mempengaruhi. Buat istri beliau terkesan. Mereka pandai berbahasa Indonesia, kamu jangan khawatir.”

Kinara mengangguk ragu. Semua ucapan Kenzo seakan menjadi beban untuknya. Dia merasa tertuntut untuk sesuai dengan ekspektasi pria itu. Mengingat semua kebaikan Kenzo kepadanya, Kinara akan berusaha lebih baik untuk tidak mempermalukannya. “Iya, Mas.”

*****

Kenzo tampak memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangan. Pria itu tengah menunggu Kinara siap-siap. “Ck, kenapa wanita selalu lama jika berdandan,” gumamnya yang terlihat buru-buru.

Kenzo beralih pada ponsel pintarnya yang berada di meja. Sesekali memeriksa email yang masuk. Namun, suara derap sepatu, membuatnya menoleh.

“Saya sudah siap, Mas.”

Kenzo terkesiap. Gadis yang berada di hadapannya memang selalu memukai. Pria berlsung pipit itu berdeham untuk menstabilkan kegugupannya. “Baiklah. Ayo kita pergi! Saya tidak ingin kita terlambat.”

Kenzo mendahului Kinara dan gadis itu mengekor di belakangnya. Pria jakung itu mengatur napasnya untuk mengurangi kegugupannya. ‘Bisa-bisanya nervouse.’

Kinara terdiam. Gadis itu tampak terlihat ada yang ingin ditanyakan, tetapi tertahan. Kenzo meletakkan tabnya lagi pada tempatnya. “Ada yang ingin kamu tanyakan?”

Kinara terkesiap. Lagi-lagi Kenzo mampu membaca pikirannya. “Eungh … saya gugup. Saya takut jika akan mempermalukan Anda.”

“Santai saja. Bersikaplah seperti layaknya pasangan pada umumnya. Seperti kamu memperlakukan Keny, misalnya.”

Kinara terbelalak. Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Dekat dengan Kenzo saja dia merasa canggung. Pria itu terlihat sangat dingin. “A-akan saya coba.”

Kenzo mengangguk. pria berparas tampan itu tersenyum smirk. Merasa jika rencnanya akan berhasil. ‘Bagus sekali.’

.

Mereka telah sampai di hotel tempat pertemuannya dengan Pengusaha asal Dubai bertemu. Kenzo mengulurkan tangannya kepada kinara. “Ayo!”

“Halo Pak Kenzo, apa Kabar?” sapa Pria tinggi berkulit coklat yang tersenyum lebar.

Kenzo menjabat tangan pria yang diguga rekan bisnisnya. “Halo, Pak Hussain dan Bu Seikha. Kabar baik. Anda bagaimana?”

“Alhamdulillah.” Pria berhidung bangir itu melirik wanita cantik yang berada di sebelah Kenzo. Pun dengan sang istri.

Kenzo yang paham akan perhatian Hussain memeluk pinggang ramping Kinara dan tersenyum dengan bangga. “Ini adalah Kinara, calon istri saya. Kami akan segera menikah. Bukan begitu, Sayang?”

Kinara mengangguk. Senyumannya menggembang hatinya menghangat dengan perlakuan Kenzo saat ini. “Saya Kinara, Pak, Bu. Senang berkenalan dengan Anda.”

“Cantik sekali calon istrinya, Pak Kenzo,” puji Seikha wanita tinggi dengan hidung mancung berkerudung itu.

Terlihat Kenzo tersenyum manis menatap Kinara dan berkata, “saya adalah pria paling beruntung karena memiliki calon seperti Kinara, Bu. Selain cantik, dia juga pintar masak.”

‘Tuhan … rasanya kenapa deg-degan begini,’ batin Kinara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status