Share

Bab. 7 Pria Beruntung

Penulis: Layli Dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-18 23:21:23

“Saya percaya.”

Kenzo tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. Merasa senang karena semua sesuai dengan rencananya saat ini. “Emmm.” Pria berlesung pipit itu berdeham untuk menstabilkan suaranya lalu berkata, “saya harap, ini tidak akan membebani kamu.”

Kinara menggeleng. “Ini sudah menjadi keputusan saya, Mas. Dengan saya bisa lepas dari Abas Sebastian, itu lebih dari cukup. Tapi …,” gantung Kinara kembali merasa takut.

“Tapi kenapa?”

Kinara teringat dengan Baim Nugroh. Akankah papanya itu mau menerima pinangan dari Kenzo, mengingat dahulu mati-matian Baim menolak Keny.

“Emm.” Dehaman Kenzo menyadarkan lamunan Kinara.

“Eungh … bagaimana dengan papa saya? Saya tidak yakin, jika Papa akan menerima pernikahan tersebut.”

Kenzo tersenyum smirk. “Itu mudah bagi saya. Apapun bisa untuk saya. Kuncinya ada pada kamu,” ucapnya dengan menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada kemudi.

‘Dia memang bukan Keny. Tapi, jika Keny tahu, dia pasti akan mengira aku benar-benar wanita matre.’

Tidak terasa keduanya telah sampai di mansion. Kinara dan Kenzo turun dari mobil. Kedua orang itu berjalan dengan beriringan, meski sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali Kinara mendongak, memperhatikan pria jakung yang terlihat menawan itu.

“Besok siang Mbak Ana akan mengantarkan gaun dan mendandani kamu, saya harap kamu bisa mempersiapkan diri. Kita akan menemui klien saya,” titah Kenzo yang terdengar seperti perintah.

Kinara mengangguk patuh. Keduanya terpisah di depan kamar Kinara. Wanita berambut sebahu itu masuk ke kamar, lalu mengunci pintunya.

Kinara melepas jas milik Kenzo. Menghidu wangi parfum bercampur aroma tubuh pria itu. Hatinya berdesir kala mengingat semua kebaikan yang telah pria itu berikan, tetapi sebelah hatinya merasa ada yang mengganjal. “Mikir apa, sih aku? Mas Kenzo bukan keny.”

Kinara memutuskan untuk membersihkan dirinya dengan mandi, setelah itu memakai baju yang sudah disiapkan oleh Zana. Bahkan gadis berkulit putih pucat itu tercengang melihat isi lemarinya saat ini. “Ya Tuhan, lengkap sekali. Aku tidak menyangka.”

Tok to tok

Buru-buru Kinara memakai bajunya dan berteriak, “sebentar!”

Usai selesai memakai gaun tidur, Kinara membuka pintu kamarnya. “Mas?”

Tangan Kenzo yang hendak mengetuk kembali pintunya, menggantung di udara. Tatapannya terpaku dengan sosok Kinara yang memakai gaun tidur tersebut. Sebuah gaun tipis yang terbuat dari satin. “Emm … mengingat tadi belum makan malam, saya yakin kalau kamu lapar.”

“Eungh … sedikit.”

Keduanya tampak terlihat canggung. Sehingga, tidak berani saling tatap dan mengalihkan perhatian mereka.

Kenzo yang gugup terlihat salah tingkah. Pria jakung berlesung pipit itu menunjuk lantai dasar menunggunakan ibu jarinya. “Saya tunggu di bawah.”

Kinara mengangguk, membiarkan Kenzo untuk turun terlebih dahulu. “Iya. Mas.”

.

“Terima kasih, Mas,” ucap Kinara di sela makannya.

Kenzo mengangguk. “Sama-sama.”

“Tapi, pakaian-pakaian itu seperti berlebihan. Pakaian serba mahal. Sa—“

“Itu bukan apa-apa bagi saya. Saya harap, besok kamu bisa menyesuaikan diri karena klien saya sangat mempengaruhi. Buat istri beliau terkesan. Mereka pandai berbahasa Indonesia, kamu jangan khawatir.”

Kinara mengangguk ragu. Semua ucapan Kenzo seakan menjadi beban untuknya. Dia merasa tertuntut untuk sesuai dengan ekspektasi pria itu. Mengingat semua kebaikan Kenzo kepadanya, Kinara akan berusaha lebih baik untuk tidak mempermalukannya. “Iya, Mas.”

*****

Kenzo tampak memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangan. Pria itu tengah menunggu Kinara siap-siap. “Ck, kenapa wanita selalu lama jika berdandan,” gumamnya yang terlihat buru-buru.

Kenzo beralih pada ponsel pintarnya yang berada di meja. Sesekali memeriksa email yang masuk. Namun, suara derap sepatu, membuatnya menoleh.

“Saya sudah siap, Mas.”

Kenzo terkesiap. Gadis yang berada di hadapannya memang selalu memukai. Pria berlsung pipit itu berdeham untuk menstabilkan kegugupannya. “Baiklah. Ayo kita pergi! Saya tidak ingin kita terlambat.”

Kenzo mendahului Kinara dan gadis itu mengekor di belakangnya. Pria jakung itu mengatur napasnya untuk mengurangi kegugupannya. ‘Bisa-bisanya nervouse.’

Kinara terdiam. Gadis itu tampak terlihat ada yang ingin ditanyakan, tetapi tertahan. Kenzo meletakkan tabnya lagi pada tempatnya. “Ada yang ingin kamu tanyakan?”

Kinara terkesiap. Lagi-lagi Kenzo mampu membaca pikirannya. “Eungh … saya gugup. Saya takut jika akan mempermalukan Anda.”

“Santai saja. Bersikaplah seperti layaknya pasangan pada umumnya. Seperti kamu memperlakukan Keny, misalnya.”

Kinara terbelalak. Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Dekat dengan Kenzo saja dia merasa canggung. Pria itu terlihat sangat dingin. “A-akan saya coba.”

Kenzo mengangguk. pria berparas tampan itu tersenyum smirk. Merasa jika rencnanya akan berhasil. ‘Bagus sekali.’

.

Mereka telah sampai di hotel tempat pertemuannya dengan Pengusaha asal Dubai bertemu. Kenzo mengulurkan tangannya kepada kinara. “Ayo!”

“Halo Pak Kenzo, apa Kabar?” sapa Pria tinggi berkulit coklat yang tersenyum lebar.

Kenzo menjabat tangan pria yang diguga rekan bisnisnya. “Halo, Pak Hussain dan Bu Seikha. Kabar baik. Anda bagaimana?”

“Alhamdulillah.” Pria berhidung bangir itu melirik wanita cantik yang berada di sebelah Kenzo. Pun dengan sang istri.

Kenzo yang paham akan perhatian Hussain memeluk pinggang ramping Kinara dan tersenyum dengan bangga. “Ini adalah Kinara, calon istri saya. Kami akan segera menikah. Bukan begitu, Sayang?”

Kinara mengangguk. Senyumannya menggembang hatinya menghangat dengan perlakuan Kenzo saat ini. “Saya Kinara, Pak, Bu. Senang berkenalan dengan Anda.”

“Cantik sekali calon istrinya, Pak Kenzo,” puji Seikha wanita tinggi dengan hidung mancung berkerudung itu.

Terlihat Kenzo tersenyum manis menatap Kinara dan berkata, “saya adalah pria paling beruntung karena memiliki calon seperti Kinara, Bu. Selain cantik, dia juga pintar masak.”

‘Tuhan … rasanya kenapa deg-degan begini,’ batin Kinara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 43 Tidak Tenang

    Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 43 Rencana Bulan Madu

    “Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 42 Mengulur Waktu

    “Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 41 De Javu

    Kinara berencana untuk membuatkan kue untuk Kenzo. Selama ini, ia melihat suaminya begitu lahap memakan makanan yang ia buat.Cheese cake caramel menjadi pilihat Kinara saat ini. Ia tak tahu banyak mengenai makanan kesukaan Kenzo.Tidak, kue itu adalah kesukaan Keny. Kinara memejamkan mata, karena terlalu ceroboh.“Nona, daging ayam ini apa akan dimasak nanti?”“Tolong masukkan itu ke dalam freezer saja, Mbak Ana. Mbak Ana bisa langsung beli dagingnya di super market. Biar saya sendiri yang melanjutkan ini.” Kinara kembali mengaduk adonan kuenya.“Baik, Nona. Saya akan mencari iga sapinya sekarang juga.” Ana mengulas senyuman. Ia meraih tas belanjaannya, lantas pergi dari dapur.Hanya Kinara seorang yang di sana dengan bahan-bahan untuk membuat cheese cake untuk suaminya.Kinara berlonjak, saat ada yang memeluknya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang, rasa takutnya menghilang saat melihat senyuman Kenzo.“Aku pikir siapa? Tiba-tiba meluk begitu. Kamu bikin aku horor.”Kenzo me

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 40 Jangan Tinggalkan Aku

    “Kamu adalah yang terbaik.” Kinara memeluk Kenzo dengan erat, sesekali wanita cantik itu menghidu wangi mawar pemberian suaminya. Bahkan wanginya saja mampu menggetarkan hati.“Kamu yang tersayang. Bahkan kamu lebih indahh dari mawar itu, Kinara.” Kenzo memejamkan mata, menikmati kesempatan seperti ini. Di mana ia bisa libur dan menghabiskan waktu bersama seharian bersama Kinara.“Bagus, Pak Keny!”Buru-buru Kinara melerai pelukannya. Ia menoleh pada Dirga yang baru saja datang dengan senyuman sinis dan tepuk tangannya.“Apa maksud Anda?” Kinara merasa bingung dengan sebutan itu.Dirga tengah menyeringai. “Suamimu itu penipu, Kinara! Harusnya kamu bersamaku. Dia adalah Keny. Mantan kekasihmu yang kamu buang dulu. Tujuannya menikahimu adalah demi untuk balas dendam. Setelah kamu menyerahkan semuanya, dia akan menyampakkanya seperti sampah. Kamu lihat ini.” Dirga menunjukkan selembar kertas.Sebuah gambar lukisan Kinara dan Keny. Gambar itu diambil setahun setelah mereka pacaran dulu. Sa

  • Bukan Pernikahan Kontrak Biasa   Bab. 39 Kamu yang Terpenting

    Kinara tidak habis pikir dengan Kenzo. Suaminya itu benar-benar diluar dugaannya. Ia hanya menitip beberapa benag wol dengan warna putih dan hitam. Namun, suaminya itu membeli satu kardus dengan berbagai warna.“Mas, kamu berlebihan gak sih?” Kinara sampai geleng-geleng kepala.“Ya dari pada salah, kan? Saya juga lupa kamu minta warna apa. Lagian, dengan berbagai warna ini, kamu bisa membuat kreasi yang berbeda-beda, bukan?”“Tapi ini pemborosan, Mas. Pasti kamu—““Ini enggak seberapa, Sayang.” Kenzo duduk di sebelah istrinya itu, lalu mengeluarkan isi dalam tas kartonnya. “Ini buat kamu. Sudah saya isi dengan nomor baru.”Kinara mengeryitkan dahi. “Untuk apa kamu beliin aku ponsel lagi, Mas?”Kenzo tengah memilih kalimat yang tepat, ia menggaruk pelipisnya, masih terlihat bingung, hal itu membuat Kinara semakin penasaran dan meletakkan rajutannya di atas meja.“Ini aku beli karena model terbaru. Banyak diskon juga. Aku dapat vocernya langsung soalnya. Sayang kan kalau enggak diambil.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status