Share

Identitas Baru

Author: Lavien Wu
last update Last Updated: 2024-08-23 16:43:56

"Ini bukan Ana!" 

Rita melihat jenazah yang diidentifikasi sebagai Ana mulai memberikan reaksi yang keras terhadap jenazah itu.

"Maksud mama apa sih? Jelas-jelas ini Ana." Vina mulai merasa janggal dengan tingkah mamanya. Apakah ternyata diam-diam selama ini mamanya itu menyayangi Ana hingga tidak rela akan kepergiannya?

"Pak, bisa tunggu di luar saja? Saya dengan istri saya sangat syok dengan kepergian anak kami." Afandi kemudian meminta petugas kamar jenazah itu untuk keluar dan petugas kamar jenazah itu pun setuju.

"Kamu menyesal sekarang? Kamu memperlakukan anak itu dengan buruk, lalu ketika dia sudah meninggal kamu menganggap dia masih hidup. Penyesalan itu tidak ada gunanya, Rita!" kata Afandi, ayah Ana, lalu memandang wajah jenazah itu. 

Afandi merasakan penyesalan yang amat mendalam karena selama ini tidak memperlakukan Ana dengan baik. Afandi merasa bersalah pada anak dan istrinya sehingga membiarkan saja perlakuan mereka pada Ana. Padahal nyatanya, Afandi benar-benar menyayangi Ana.

"Kamu terlalu besar kepala hingga menganggap aku menyesal. Aku tidak pernah sedikitpun merasakan penyesalan atas kematian anak ini. Aku justru bersyukur karena anak ini sudah meninggal untuk menyusul ibunya yang pelacur itu!” kata Rita, masih dengan wajah marah. 

Rita kembali menatap tubuh yang terbujur kaku itu. “Hanya saja aku yakin bahwa anak ini bukanlah Ana. Lihatlah wajahnya yang terawat itu. Orang ini adalah orang kaya, bukan Ana!” 

Tapi semua orang yang ada di sana malah menatap Rita dengan pandangan aneh. 

“Kalian semua nggak ada yang akan mengerti maksudku. Dari bayi akulah yang mengurus Ana hingga tahu betul bagaimana perawakan anak itu! Gadis ini bukan Ana!” 

“Ma, udahlah—”

“Anak itu pasti sudah kabur entah kemana dan punya ide gila untuk berbuat seperti ini!” Mata Rita terlihat menyalang karena merasa yakin dengan asumsinya. Ana pasti pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh keluarganya ini.

Ketiga anak Rita saling berpandangan. Dari pandangan mereka, mereka saling mengerti bahwa mamanya saat ini mungkin sedang syok dengan kepergian Ana hingga bicara melantur seperti itu.

"Rasa gengsimu itu benar-benar mengerikan. Kalaupun kamu sayang pada anak itu ya sudah, tidak usah malu untuk mengakuinya. Aku benar-benar tidak mengerti dengan pola pikirmu itu," ujar Afandi, tetap menganggap bahwa Rita saat ini merasa syok dengan kepergian Ana hingga akhirnya berbicara melantur. 

Namun, Rita lagi-lagi membantah dengan keras.

"Dasar kalian semua manusia-manusia tolol! Kalian tidak mengerti apa maksudku. Orang ini bukan Ana dan aku tidak sudi mengurus pemakaman orang yang tidak dikenal!" 

Rita akhirnya keluar dari kamar jenazah itu sambil membanting pintu. Afandi memandang kepergian istrinya dengan pandangan nanar yang sulit dijelaskan, sedangkan ketiga anaknya hanya saling berpandangan tanpa mengatakan apapun.

*

"Kalau kita bicara begini kan enak. Saya rasa kita berdua memang harus bicara dengan kepala dingin." 

Jagad memulai pembicaraan dengan Ana yang kini kondisinya sudah membaik. Ini adalah saat yang tepat untuk bicara dengan Ana karena baik Patrik, mamanya dan papanya belum akan datang untuk menjenguk Ana yang mereka kira sebagai Edna.

"Saya tidak ingin bicara panjang lebar dengan anda. Saya tidak mau terlibat dengan anda,” sahut Ana dengan nada dingin. “Lagipula, untuk apa sebenarnya ini semua? Kalau pacar anda meninggal ya sudah. Untuk apa membuat dia seolah-olah masih hidup dengan memanfaatkan saya? Anda pasti tahu kan ini adalah tindakan kriminal!"

Jagad menatap Ana dengan tajam. "Saya tahu apa yang saya lakukan,” katanya. “Tapi Anda harus tahu, orang-orang seperti saya ini harus melakukan sesuatu untuk bisa tetap bertahan di lingkungan yang keras.”

Ana menyipitkan mata. Lingkungan yang keras? Apakah pria ini sedang mabuk? Jelas-jelas ia memiliki segalanya!

“Edna meninggal karena kecelakaan dan seperti yang Anda lihat kemarin, Anda bisa melihat betapa sayangnya keluarga Edna padanya. Saya pastikan Anda akan mendapatkan keluarga terbaik di kehidupan ini. Bukankah kehidupan Anda sebagai anak selingkuhan selalu menderita di rumah itu? Menurut saya, ini win-win solution," kata Jagad, menampilkan seringaian yang kejam di mata Ana.

"Anda sudah gila rupanya! Seberapa jauh sebenarnya anda ingin bertindak?!" Ana merasa ngeri dengan orang di depannya ini. 

Dengan tindakan Jagad yang mengerikan seperti ini, apakah memang benar bahwa Edna meninggal karena kecelakaan? Ana sungguh tidak yakin. 

"Saya tidak mungkin asal mengambil orang untuk kepentingan saya. Anda pikir anda akan mendapatkan kesempatan dimana lagi untuk menjadi seorang putri konglomerat yang begitu disayang oleh keluarganya?” 

Ana terhenyak mendengar pertanyaan Jagad. Pertanyaan Jagad seperti membuka impian Ana yang selalu ingin disayangi oleh keluarganya. Ana ingin mendapatkan keluarga yang selalu menyayangi dirinya dengan baik. Ana ingin mendapatkan keluarga yang bukan hanya memakinya saja. Namun bukankah ini adalah tindakan kriminal?

Jagad tersenyum tipis melihat Ana yang tercenung. “Edna sama-sama anak selingkuhan seperti anda, tapi nasibnya berjuta-juta lebih baik daripada anda. Anda tinggal memilih, apakah anda akan kembali ke keluarga yang membenci anda atau datang kepada keluarga baru, keluarga yang menyayangi anda dengan sepenuh hati."

Ana menelan ludah. "Saya bisa masuk penjara. Saya rasa anda pun juga akan masuk penjara dan uang anda pun tidak akan terlalu membantu. Edna adalah konglomerat sama seperti anda. Begitu ini semua ketahuan bukankah kita akan habis?" 

Ana rasa walaupun rasa dahaganya akan kasih sayang keluarga begitu besar, ini adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Ana pasti akan menanggung dosa yang amat besar karena hal ini. 

"Anda berpikir terlalu naif. Yah, tapi wajar saja karena hal ini adalah hal yang besar. Anda tidak perlu khawatir akan apapun, Ana. Semuanya akan aman di dalam kendali. Asalkan anda mengikuti semua instruksi dari saya maka semuanya akan aman." 

Ana benar-benar bingung harus melakukan apa. Tak ada pilihan yang lebih baik di matanya. 

Ia lantas menatap Jagad lagi. "Sebenarnya kenapa harus Edna? Anda bilang Edna meninggal karena kecelakaan. Anda tinggal bilang saja kepada keluarganya lalu semua akan selesai kan?"

Jagad tidak menjawab pertanyaan Ana dan malah beranjak dari sana. "Ingat, anda harus bisa meniru semua yang ada di kehidupan Edna.”

“Tapi—”

“Ah, tapi ada satu hal yang tidak bisa anda tiru,” kata Jagad sambil menatap Ana dengan ekspresi pongah. “Yaitu status Edna sebagai pacar saya.” 

“A-apa?”

“Saya hanya mencintai Edna, dan anda bukan Edna. Jadi jangan hanya karena wajah anda mirip dengan Edna, lalu anda menganggap bahwa saya juga pacar anda yang sesungguhnya." 

Setelah mengatakan itu, Jagad kemudian benar-benar keluar dari kamar rawat inap itu.

"Orang sinting itu rupanya terlalu percaya diri!" Ana mendengus tak habis pikir. 

Tapi setelah itu, ia tercenung. Ada resah yang menyelimuti hatinya kini. 

Ana akan menyelami kehidupan baru yang penuh dengan resiko. Ia tidak tahu apakah ini adalah pilihan yang tepat, tapi mulai hari ini … dirinya adalah Griselda Edna Hariman. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Sebatas Gadis Pengganti    Asal Sama Kamu

    "Kamu belum juga hamil, Edna?" Saat ini pertemuan keluarga Sastrawidjaja. Lebih tepatnya para wanita keluarga ini. Ana sudah tahu pertanyaan ini akan dia terima di perkumpulan keluarga ini. Namun tetap saja rasanya tidak nyaman. Ana masih bingung harus menjawab bagaimana. Tidak ada yang menemani dirinya untuk menjawab pertanyaan ini. Biasanya Edric yang akan menemani Ana untuk menjawab pertanyaan ini. Namun sekarang Ana harus menghadapi pertanyaan ini. "Edna, kamu kok diam saja?" Pandangan tante yang menatap Ana dengan tatapan tajam karena merasa diabaikan. "Ah, maaf tante. Aku lagi gak fokus jadi gak bisa menjawab pertanyaan tante dengan baik. Ya mohon doanya saja tante." Ana menjawab dengan diplomatis dan tidak menyinggung siapapun disini. "Ya ampun. Kamu ini padahal kesibukannya cuma kuliah tapi masa untuk memfokuskan hal seperti ini saja tidak bisa." Lagi-lagi ada saja kesalahan Ana yang terlihat di mata para tante ini. Ana menghela nafas lelah tapi lirih hingga hampir tidak

  • Bukan Sebatas Gadis Pengganti    Saran dari Teman

    Tidak Ana sangka bahwa hubungannya dengan Edric sudah sejauh ini. Mereka bahkan sudah melakukan aktivitas yang sepantasnya hanya dilakukan oleh suami istri. Yah walaupun hati Ana berdebar saat akan melakukan, saat melakukan, dan setelah melakukan tapi tetap saja dirinya sadar bahwa ini semua hanyalah rencana Edric yang sempurna. Edric ingin punya keturunan demi bisa memperkuat posisinya di keluarga. Ana harus bersyukur karena Edric tidak mensyaratkan kriteria tertentu seperti perempuan atau laki-laki. Dengan hal itu saja sudah membuat Ana lega bukan main. Jika ada tambahan kriteria jenis kelamin tertentu tentu saja Ana bisa-bisa mengalami keguguran karena stress memikirkan jenis kelamin bayinya. "Aku dengar kamu udah mulai perkuliahan kamu dengan baik. Bagus deh kalau begitu." Patrik mengajak Ana untuk bertemu dengan tujuan yang Ana sendiri tidak paham. Walaupun mereka tidak pernah saling memberitahu bahwa mereka sudah paham kalau Edna yang asli sudah meninggal dan yang saat ini berp

  • Bukan Sebatas Gadis Pengganti    Kehidupan Manusia

    Edric membuat gebrakan macam apa ini? Kenapa tiba-tiba memanggil sayang di depan teman barunya? Biasanya gak ada tuh mereka panggil sayang-sayang karena ya hubungan mereka memang gak sedekat itu. Ada yang aneh dan Ana khawatir akan sesuatu. "Ini teman sekelas aku. Namanya Sore. Sore, ini suami aku. Namanya Edric." Ana buru-buru menghilangkan kecanggungan yang muncul dengan memperkenalkan kedua orang ini. Kedua orang ini tidak saling mengenal hingga mungkin saja kecanggungan itu akan lebih kental atmosfernya dibanding yang Ana kira. "Sore""Edric""Yaudah kalau kamu mau main sama temanmu ya main aja. Kamu mau main di rumah ini atau di luar?" Setelah menyelesaikan basa-basinya kemudian Edric segera mengalihkan pembicaraan ke Ana. "Aku mau main di rumah saja sih. Di kamar pribadiku itu lebih tepatnya. Kamu sendiri ngapain jam segini udah pulang?" Ini masih sore dan tentu saja merupakan hal yang aneh kalau Edric sudah pulang. Apakah terjadi sesuatu? Memangnya terjadi apa sih di kantor?

  • Bukan Sebatas Gadis Pengganti    Sayang?

    Sore menatap Ana dengan tatapan heran dan penuh tanda tanya. "Maksudnya ekonomi kamu di bawah kami itu bagaimana? Duh lelucon ini benar-benar deh. Aku gak tahu kalau gaya bercandamu kayak gini. Edna, aku kasih tahu ya. Kalau bercandaan kamu kayak gini orang-orang justru akan menganggap kamu aneh dan gak bersyukur. Yah aku tahu kamu cuma bercanda tapi gak dengan beberapa orang di kampus ini. Yah ini mungkin ada kaitannya sama ekonomi menengah jadi mereka jadi lebih sensitif dan gampang tersinggung untuk hal yang sebenarnya biasa saja. Jadi aku sarankan kalau kamu mau temenan sama yang lain bercandanya jangan yang begitu. Nanti orang-orang gak mau temenan sama kamu dan malah nganggap kamu orang yang sombong sama gak punya empati. Tapi ya kalau kamu cuma mau temenan sama aku juga gakpapa kok. Aku tuh menerima semuanya dengan baik dan hati yang lapang. Jadi kamu gak perlu khawatir dengan semua itu." Sore tersenyum lebar. Ana menebak dibalik senyum yang lebar itu Sore kemungkinan menjalan

  • Bukan Sebatas Gadis Pengganti    Menguji

    Ana pikir kuliah seperti ini adalah cara terbaik untuk mencari kesibukan jika tidak bekerja. Ana sudah tidak sanggup lagi jika harus bekerja di tempat penyihir yang tak lain dan tak bukan adalah mantan kekasih Edric. Orang itu benar-benar seperti hama yang menghambat langkah hidup Ana dan Edric. Yah walaupun orang itu adalah penyelamat tempat usaha Edric kan tetap saja yang untung itu adalah orang itu. "Edna, jadi kamu udah nikah ya." Seorang teman baru bernama Sore langsung menyapa Ana. Yah Ana sudah dengan Sore sejak zaman ospek dan sekarang mereka berteman akrab. Ana belum bisa memprediksi kapan mereka akan bertengkar ataupun tidak akur tapi yang penting Sore sekarang ini menjadi temannya. "Yah aku emang udah nikah. Satu tahun yang lalu aku nikahnya." Ini entah kemampuan sosialisasi Ana yang buruk atau bagaimana tapi orang yang bisa akrab dengan dirinya hanyalah Sore ini. Teman-temannya yang lain hanyalah sebatas teman kerja kelompok. Yah padahal setahu Ana dirinya sudah berusaha

  • Bukan Sebatas Gadis Pengganti    Peramal

    "Semua urusan kamu lancar gak tadi?" Edric lagi-lagi datang terlebih dahulu dibanding Ana di rumah. Ana heran pekerjaan macam apa yang dikerjakan oleh Edric hingga dirinya bisa berada di rumah padahal ini kan masih sore."Lancar aja kok." Tadi Ana memang sengaja berbohong dengan bilang bahwa dirinya ada urusan dengan temannya. Ana pikir Edric akan bertanya macam-macam tapi ternyata Edric tidak bertanya apapun dan malah meminta Ana untuk menyelesaikan urusannya. Tadi Edric bahkan bilang kalau mau pulang bilang saja pada Edric untuk menjemput. Kalaupun Edric tidak bisa menjemput secara langsung maka akan ada orang lain yang menjemput Ana. Yah tapi lagi-lagi karena Ana takut merepotkan pada akhirnya Ana bilang dia akan pulang sendiri dan anehnya Edric tidak bertanya apapun bahkan tidak membantah sedikitpun. Edric tidak bertanya lagi dan segera membuat es kopi. Ana yang merasa situasi ini agak aneh, ya dari tadi pagi sih anehnya langsung mencoba bertanya pada Edric. "Edric, aku ada bikin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status