Home / Romansa / Bukan Sekadar Kakak Tiri / Bab 15 – Luka Itu Masih Terbuka Tapi Terbungkam

Share

Bab 15 – Luka Itu Masih Terbuka Tapi Terbungkam

last update Last Updated: 2025-06-09 19:00:00
Tahun 1990. Lula duduk sendirian di bangku taman belakang sekolah, tubuhnya gemetar. Jemarinya mencengkram erat buku catatan yang sudah penuh coretan merah:

"Murahan”

"Gila”

"Tukang ngadu”.

Air matanya turun deras tanpa suara. Ia menangis sesenggukan tapi tetap menahan isak. Sudah tiga hari ini, tasnya dibuang ke tempat sampah oleh geng perempuan dari kelas sebelah. Salah satu di antara mereka adalah Merry (Mama Kandung Suzy) yang adalah pacar dari anak pendiri yayasan sekolah:

Dion Hadinoto.

Dion yang selama ini dianggap siswa emas, malah ikut tertawa waktu Lula dijambak di depan toilet perempuan. Hari itu, Lula merasakan sesuatu dalam dirinya mati. Sesuatu yang tidak bisa ia namai. Tetapi luka itu tinggal. Terbenam. Dan tumbuh dalam diam.

Masa Sekarang – Rumah Peninggalan Keluarga Hellen, Pinggiran Kota. Malam sudah turun saat Ardian duduk kembali di ruang belakang rumah Hellen. Ia masih belum bisa melepaskan pikirannya dari satu nama:

Lula.

Apa hubungannya dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bukan Sekadar Kakak Tiri   Bab 22 - GPS dan Sebuah Buku Harian

    Pagi masih berkabut ketika Hellen mengetuk pintu kamar tamu tempat Suzy dan Ardian beristirahat. “Kalian harus berangkat sekarang. Lokasi pertama yang paling mendekati data ada di Dusun Merbabu, Jalan Bata Merah No.6, Kabupaten Cendana Barat. Orang itu terdaftar atas nama Mira Desiana.” Suzy yang baru saja membuka matanya langsung duduk tegak. Ardian mengucek mata sambil menarik nafas dalam. "Dusun Merbabu? berapa jam kalau dari sini?.” Tanya Ardian "Kurang lebih empat jam perjalanan. Kalian bisa pakai Pajero ayahku, kuncinya sudah aku taruh di meja dapur,” ujar Hellen cepat. "Kamu ikut, Hel?” tanya Suzy sambil berdiri. "Aku ingin ikut, tapi…” Belum sempat Hellen menyelesaikan kalimatnya, Ardian menolak halus. "Nggak, kamu harus tetap di sini. Komputer itu pusat kontrol kita satu-satunya. Apalagi semalam Kevin diculik. Kita nggak tahu siapa lawan kita. Mereka bisa saja menyadap jejak kita. Kamu harus tetap jaga pos.” Hellen menghela napas. "Baiklah, aku akan tetap di sini

  • Bukan Sekadar Kakak Tiri   Bab 21: Jejak Mira & Hilangnya Seseorang

    Suzy duduk termenung di ruang tamu, matanya masih terfokus pada chat dari Kevin 1 jam yg lalu. Setelah mengetahui bahwa Mira Desiana adalah bibi Ardian saudara tiri dari Bu Nayla, Suzy merasa makin kuat dorongannya untuk mengungkap segalanya. Ia segera menekan tombol Call di kontak Kevin, berharap lelaki itu segera menjawab panggilannya. Namun, setelah beberapa kali nada sambung, tidak ada jawaban. "Dia nggak angkat, ian,” ucap Suzy cemas. "Oke, Kalau gitu kita datangi aja rumahnya. Aku yang antar,” kata Ardian tegas. Sebelum pergi, Suzy menitipkan Baby Diana kepada Tante Erna, adik dari mendiang Papanya. Suzy percaya Diana akan aman di sana. Sesampainya di rumah Kevin, suasana tak seperti biasanya. Rumah bercat abu itu tampak lebih suram. Pak Raymond, ayah Kevin, membuka pintu dengan wajah pucat dan napas terburu-buru. Matanya gelisah. "Pak Raymond, maaf ganggu. Kevin ada?” tanya Ardian. Pak Raymond menggeleng cepat. “Dia belum pulang. Katanya cuma mau ke warung kopi ketemu teme

  • Bukan Sekadar Kakak Tiri   Bab 20: Kilas Balik Keluarga Ruslan

    Desember 1985. Udara di rumah mewah milik Jaya Ruslan terasa lebih dingin dari biasanya. Di kamar utama, tangisan bayi perempuan memecah kesunyian malam tahun baru. Bayi itu lahir dari hubungan terlarang Jaya Ruslan dengan Ana, gundik favoritnya yang telah lama ia sembunyikan dari sang istri resmi, Nyonya Joice Ruslan. "Dia anakku. Aku ingin dia memakai nama belakangku (Ruslan)” tegas Pak Jaya dengan suara yang tertahan emosi. Namun Joice berdiri tegak, wajahnya kaku, matanya merah menyala. “Kau pikir aku akan izinkan anak harammu memakai nama keluarga ini? Aku masih istrimu yang sah, Jaya!” Pertengkaran itu terdengar sampai ke kamar Lula kecil, gadis 12 tahun yang duduk diam di pojok ranjangnya, memeluk boneka usang yang dulu pernah diberikan ibunya. Ia mendengar segalanya. Tangisannya tertahan. Bukan hanya karena suara keras ayah dan ibunya, tapi juga karena rasa iri yang perlahan tumbuh setiap kali ia melihat bayi perempuan itu digendong dengan penuh kasih oleh ayahnya, kasih

  • Bukan Sekadar Kakak Tiri   Bab 19: Tersesat dalam Jejak Tersembunyi

    Suzy mengetuk pintu kamar kost Ardian dengan hati sedikit berdebar. Bukan karena takut, tapi karena rindu yg tertahan. Ardian membuka pintu dan seulas senyum tipis muncul di wajahnya. "Masuk, kamu,” ujarnya sambil menepi, membiarkan Suzy masuk. Suzy duduk di ujung kasur, meletakkan bungkusan makanan yang ia bawa. "Aku nggak masak, ini aku beli tadi. Aku tahu kamu pasti belum makan.” Ardian tertawa kecil, "Tebakanmu selalu tepat. Kuliahmu gimana? Semester akhir mulai terasa berat?” Suzy mengangguk sambil membuka botol air mineral. "Berat banget. Aku sampai kepikiran buat skripsi bareng kamu, tapi ya… hidup kita aja udah kayak skripsi berlapis.” Ardian tertawa lagi, kali ini lebih lepas. “Kalo hidup kita skripsi, kayaknya penguji bakal nyerah.” Suzy tersenyum, tapi hatinya terasa hangat. Mereka kembali berbincang santai, kali ini tentang dosen killer Pak Michael, tentang tugas akhir, tentang mimpi sederhana untuk bisa lulus tepat waktu. Namun, dalam kebersamaan itu, ada jeda-je

  • Bukan Sekadar Kakak Tiri   Bab 18 — Permainan Halus Sang Pengatur

    Di suatu tempat, Beberapa Hari Sebelumnya. Seorang wanita duduk di kursi berlapis beludru merah tua. Wajahnya hanya terlihat sebagian, tertutup bayangan tirai yang bergerak pelan karena angin dari jendela yang terbuka setengah. Duduk di hadapannya, seorang pria paruh baya mengenakan kemeja lusuh dan topi tua lusuh bernama Cipto, mantan satpam kompleks yang kini bekerja serabutan. "Aku butuh kamu buat satu hal kecil,” ucap si wanita, suaranya lembut namun punya kekuatan yang tak bisa diabaikan. Cipto menatapnya ragu. “Apa itu, Bu?” Wanita itu menyodorkan dua foto. Suzy dan Ardian. "Kalau dua orang ini datang ke rumah Wisnu dan Bu Linda… kamu tahu harus ngapain, kan?” "Lapor ke Ibu?” tanyanya perlahan. Wanita itu tersenyum kecil, lalu mengangguk. “Benar. Jangan pakai kekerasan. Jangan bikin keributan. Aku nggak suka yang vulgar. Kita bukan kriminal. Kita cuma… mengatur ulang narasi.” Cipto menatap wanita itu dengan takjub. “Tapi Bu, saya masih bingung… ini siapa sebenarnya?” "

  • Bukan Sekadar Kakak Tiri   Bab 17 — Bukan Sakit Tapi Di Bunuh

    Tahun 1991. Suatu sore di taman belakang sekolah, Lula gadis pendiam dengan mata sendu menggenggam sepucuk surat cinta. Wajahnya pucat, telapak tangannya berkeringat dingin. Ia menyerahkan surat itu langsung ke Dion muda. "Aku suka kamu,” katanya dengan suara pelan, nyaris tenggelam oleh angin sore. Dion membaca surat itu dengan ekspresi datar. Lalu, dengan lembut tapi tegas, dia menggeleng. “Maaf, Nayla… aku sudah dekat dengan Merry.” Merry, gadis populer dan ceria, yang kelak menjadi istri Dion dan Mama kandung Suzy. Hari itu, Lula merasa hancur. Bukan karena ditolak… tapi karena merasa dipermalukan. Di sekolah, desas-desus itu menyebar cepat. Bahwa anak orang kaya yang culun itu naksir cowok yang tidak selevel. Tahun 2000. Dion menikahi Merry. Dan Lula? Ia menghilang dari lingkungan sosial. Satu-satunya yang tahu ke mana dia pergi hanyalah Wisnu. Dan sekarang semua itu kembali menghantui anak-anak mereka. Saat Ini, Rumah Kevin. Suzy berdiri di depan pintu rumah Kevin, r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status