Share

Bab 5. Tersebar

Author: dwi23end
last update Last Updated: 2024-07-11 01:39:16

Angin malam dan rintik hujan menimpa wajah Ambar membuatnya segera sadar dari pingsannya. Entah berapa lama ia tak sadarkan diri. Ia melihat langit hitam. Tubuhnya terikat dan kini ia sedang berada di atas kapal boat yang sedang meluncur di tengah lautan. Ada dua orang yang tengah menyeretnya ke pinggir kapal. Ia langsung berteriak.

"Kalian siapa? mau dibawa kemana aku?"

"Cepat kita ceburkan dia. Dia sudah sadar lagi," kata seorang pria dengan wajah sangar pada temannya.

"Diam kau! kau akan segera jadi makanan hiu," ucap pria satunya mencekeram tubuh Ambar dengan kuat. Ambar meronta sekuat tenaga.

"Jangan lakukan! aku tak bisa berenang!" seru Ambar menjadi ketakutan.

"Apa urusan kamu. Tugas kami hanya melenyapkanmu tanpa bekas dan kami dapat bayaran," seringai salah satu pria.

"Siapa yang menyuruh kalian? aku salah apa?" ucap Ambar masih berusaha melepaskan diri.

"Kau ingi tahu? buat apa? tubuhmu akan dimakan hiu," tawa pria yang lainnya. Mereka berancang-ancang akan melemparkan tubuh Ambar.

"Paling tidak sebelum mati aku tahu siapa musuhku," kata Ambar putus asa.

"Yang mau kau lenyap adalah suamimu sendiri. Kau puas sekarang dan enyahlah kau," kata pria itu dan mereka pun membuang tubuh Ambar ke lautan.

Ambar mencoba menyangkal tapi tubuhnya telah menghantam laut dengan keras.

*****

Paginya di kantor CEO grup Sudiro.

"Kuharap tak ada lagi berita atau akun yang menyebarkan berita tentang istriku! jangan menunggu sampai semuanya menjadi viral. Gunakan semua sumber daya kita!" kata Sandy sambil memijat dahinya yang berkerut dalam. Ia tak menyangka foto Ambar telah beredar luas dan menjadi berita hangat di media maya. Ada seseorang yang berani menyebarkannya. Seseorang yang ingin rumah tangganya hancur.

Untungnya semuanya bisa cepat teratasi. Nama baik dirinya dan keluarga Sudiro kini tengah jadi taruhan.

"Iya Pak. Akan saya lakukan," sahut Tama asisten Sandy dan langsung meninggalkan ruangan Sandy.

Begitu Tama keluar Rosemala segera menyelinap memanfaatkan pintu yang terbuka. Dari kemarin Sandy mendadak menutup diri. Sejak berita tentang perselingkuhan istrinya.

"Didy apa kau baik-baik saja?" tanya Rosemala menampakkan keprihatinan. Inilah kesempatannya meraih hati Sandy.

"Tentu saja aku baik," ucap Sandy menutupi kegundahannya.

"Aku mengenalmu. Kau tidak sedang baik-baik saja," ujar Rosemala melembutkan suaranya. Ia langsung mendekati Sandy dan memeluknya. Sandy hanya diam.

"Biarkan aku pulang bersamamu. Mama Mita menyuruhku memastikan semua kebutuhanmu terpenuhi dengan baik. Saatnya kau menepati janjimu. Ambar tak layak menjadi istrimu. Jangan terlalu dijadikan beban. Aku senang boroknya sudah terbuka. Kita tak perlu repot-repot mencari alasan untuk menyingkirkannya," kata Rosemala sambil mengelus dada bidang pria itu.

Sandy masih tak merespon. Kepalanya begitu pusing.

Tiba-tiba Tama kembali masuk. Ia sempat mundur melihat kedekatan posisi Rosemala. Rosemala dengan kesal kemudian bangkit.

"Didy kita pulang bersama nanti. Sampai jumpa nanti," ujarnya kemudian bergegas keluar

"Ada apa lagi Tama?" tanya Sandy pada Tama.

"Saya mendapatkan ini dari suruhan saya Pak. Sesuai perintah Bapak sejak tadi malam aku telah menyelidiki semua terkait Nyonya A,mbar,"

Sandy langsung disodorkan sebuah video. Tama yang tidak tidur semalaman begitu lega akhirnya bisa menemukan sesuatu untuk bosnya.

"Apa ini?" kata Sandy sama sekali tak puas dengan apa yang ia lihat. Video itu hanya memperlihatkan pria yang dikenalnya menjadi teman tidur Ambar. Pria itu dengan pakaian sederhana menuju boarding pass. Pria itu berangkat sendirian. Lantas di mana Ambar?

"Ini sudah jelas. Pria itu dan nyonya Ambar tak bersama-sama. Ini hari yang sama di mana nyonya Ambar tidak pulang. Pria itu bernama Mursid diketahui pergi ke luar negeri saat petang hari dan ia sendirian. Di daftar nama penumpang juga tak ada yang bernama Ambar," ujar Tama penuh keyakinan.

"Tentu saja Ambar tak akan bisa pergi ke luar negeri. Identitas, visa dan paspornya masih ada di rumah," kata Sandy sedikit lega. Ia telah melihat koper Ambar ada di kamarnya. Ia telah mengeceknya.

"Jadi anda jangan khawatir Pak, nyonya tak akan pergi jauh," seru Tama berharap Sandy tak membuatnya begadang lagi.

"Kalau begitu akan lebih mudah bagimu, kan menemukan Ambar?!" tukas Sandy menatap Tama tajam Artinya Ambar tidak benar-benar pergi berdua dengan Mursid. Bisa saja foto itu dibuat Mursid untuk menjebak Ambar. Tapi Mursid tak menuntutnya uang atau apapun. Satu hal yang pasti cepat atau lambat Ambar akan pulang ke Villa Arum Dalu untuk mengambil barang-barangnya. Ia hanya perlu menunggu saat itu tiba.

"Ya saya akan berusaha Pak. Kalau begitu saya pamit," ujar Tama.

"Cari akun yang menyebarkan foto itu. Selidiki dan tangani. Kalau bisa bawa orangnya kemari," perintah Sandy lagi.

Tama hanya mengangguk dan segera berbalik pergi. Belum sampai di pintu Sandy kembali memberinya perintah.

"Suruh pak Karim masuk,"

Tak berapa lama kemudian pak Karim masuk.

"Kau tahu untuk apa kau kupanggil," kata Sandy dingin. Pak Karim sangat mengenali wajah majikannya saat dalam keadaan marah. Pak Karim mencoba mengingat apa kesalahannya.

"Kau mengantarkan Ambar kemarin?"

"Ya Pak," jawanb pak Karim mulai berkeringat dingin.

"Ceritakan apa yang terjadi kemarin?" ucap Sandy menatap tajam pak Karim.

Dengan hati bergetar pak Karim pun berkata,

"Seperti biasa bu Ambar meminta saya mengantarkannya ke grocery untuk berbelanja. Kemudian saya menunggunya di parkiran,"

"Lantas?" tanya Sandy dingin.

Pak Karim tampak ragu sejenak.

"Kemudian seorang menelpon lewat ponsel nyonya dan mengatakan kalau Nyonya Ambar tak perlu dijemput. Dia mengaku kerabatnya nyonya dari kampung,"

"Dan kamu langsung percaya? tak mengecek lagi?" seru Sandy dengan nada tinggi.

"Tidak Pak," seru Pak Karim kini mulai berkeringat dingin.

"Karena kelalaianmu kemarin gaji kamu aku potong 6 bulan ke depan. Jangan ulangi hal ini lagi," tukas Sandy. Pak Karim hanya mengangguk dan pergi.

Sandy kemudian beralih pada ponselnya. Ia menjadi emosi dan memukul meja dengan keras. Laporan tentang keaslian foto itu telah keluar. Sandy tak percaya bila Ambar bisa berselingkuh. Faktanya menurut laporan foto itu asli bukan rekayasa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    bab 24

    Makan malam pun berlangsung santai dan penuh perbincangan seru. Sandy dan ayahnya hanya sesekali terlibat. Para perempuan lagi bersemangat membicarakan brand kosmetik baru mereka. Baru kali ini perusahaan Sudiro terjun ke bisnis kosmetik. Tiba-tiba Sandy merasa sangat pusing. Pandangannya memburam. Mungkin dia memang masih belum fit benar. Ia masih sering diserang rasa mual aneh itu. Ia melihat Rosemala mendekatinya dan ia tak mampu lagi mengingat dengan benar. Tubuhnya terasa gerah dan panas. Sandy mengernyitkan dahinya. Matanya tak ingin terbuka karena silaunya matahari dari jendela kamar. Ingatannya mulai berputar samar-samar. Semalam ia tengah makan malam dan kemudian ia sempoyongan ke kamar dengan Rosemala yang memapahnya. Beberapa scene membuatnya merasa bukan dirinya. Ia melihat Rosemala yang mulai menggodanya. Kemudian ia jatuh dan tenggelam dalam renjana birahi yang berasal dari rasa panas di tubuhnya. Ia tersentak bangun begitu sadar sepenuhnya apa yang telah diperbuatn

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 23

    Ada banayak harapan di mata Kemuning saat Ambar ada dalam pelukannya. "Ambar, aku lihat rumah tanggamu dengan Sandy tidak berlangsung baik-baik saja. Yang menculikmu dulu itu memang bukan suamimu, tapi aku tahu ada yang menginginkan dirimu celaka. Aku tak tahu yang terbaik untukmu. Aku ingin tahu apa yang akan kamu rencanakan? Apa kau serius ingin bercerai dengan Sandy?" tanya Kemuning tatkala mereka saling melepaskan diri dan kembali duduk. "Aku ingin bercerai dengan Sandy dan memulai hidupku sendiri, ibu," jawab Ambar singkat. Sungguh ia merasa enggan menceritakan masalah rumah tangganya pada ibunya yang baru saja dekat dengannya. "Aku tak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan rumah tanggamu. Menikah dengan orang kaya ternyata juga tak menjamin semuanya. Aku hanya ingin menawarkan padamu sebuah pekerjaan. Kalau kau bersedia, kau bisa bekerja di perusahaan kosmetik MaryGold. Kebetulan aku punya teman di sana," tawar Kemuning berharap Ambar akan bisa segera move -on dari masalah ru

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 22

    "Jangan menyebut Rosemala lagi. Mari kita fokus dengan pernikahan kita. Hentikanlah permainan ini. Mari kita bersikap lebih dewasa," seru Sandy berbisik di telinga Ambar. Ambar sedikit merinding. Sandy dengan cepat mengambil kesempatan untuk segera menciumnya. Buru-buru ia menjauhkan tubuhnya dari Sandy. "Tidak lagi Sandy," sentak Ambar waspada. tak boleh ia terpedaya lagi oleh bujuk rayu pria itu. Bayangan betapa mesranya Sandy saat memberikan kalung berlian itu pada Rosemala membuat hatinya perih. "Mengapa?" tanya Sandy kembali mendekat. Kali ini ia berhasil memagut leher jenjang Ambar. Ambar langsung tersengat. Sentuhan Sandy sulit untuk ditolak. "Please Sandy," rintih Ambar memberontak dalam pelukan Sandy yang kian erat. Otaknya mulai berkabut ketika Sandy kembali memciumnya dengan penuh sinar gairah. Tidak ketika ia sudah membulatkan tekad untuk berpisah. Ia harus segera pindah kalau tidak maka selamanya ia akan terjebak dalam hubungan menyakitkan tanpa akhir."Awc!" pekik Sa

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 21

    "Sudah berapa tahun berlalu, sejak terakhir kali Kemuning datang untuk mengambilmu," seru Nenek dengan tatapan menerawang. Ambar tak bisa berkata-kata. Nama ibunya selalu membuatnya sesak. Ada keinginan untuk dekat dengannya, ada juga keinginan untuk membencinya. "Nenek sudah tua. Kamu juga jauh lebih dewasa sekarang. Saatnya menyerahkan semua keputusan padamu Mbar. Maafkan nenek, selama ini yang terlalu mengekangmu dan banyak memberimu larangan," ucap neneknya dengan tangan membelai lembut rambut Ambar. "Nenek jangan berkata begitu," tukas Ambar seraya memeluk neneknya dengan haru. "Temui ibumu. Perbaiki hubungan kalian," ucap nenek tersenyum. Ambar mengangguk dengan penuh kelegaan. Kini tidak ada lagi yag membuatnya ragu untuk bertemu dengan ibunya. Ia akan menghadapi ibunya apapun yang terjadi.Terakhir kali ia bertemu ibunya, tatkala pemakamam ayahnya. Ayahnynya meninggal saat Ambar berusia 10 tahun. Ayahnya ditemukan mati karena minum minuman keras oplosan. Dari dulu ayahnya

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 20

    Malam itu Ambar menunggui Sandy menginap di klinik. Sandy ingin malam ini hubungannya dengan Ambar bisa mengalami kemajuan. "Mbar tolong, aku kedinginan. Naikkan selimutku," ucap Sandy pura-pura menggigil kedinginan. Ambar kini tak bisa membedakan apakah Sandy hanya pura-pura atau memang kedinginan. Dengan enggan ia segera membenah selimut Sandy. "Mbar apa kau tak penasaran, kenapa aku mual terus?" tanya Sandy melhat Ambar yang begitu cuek. "Dokter sudah mengatakan kau hanya salah makan," kata Ambar tak bisa menebak jawaban lain. Ia kembali fokus pada ponselnya "Kau tahu apa kata dokter pribadiku?" tanya Sandy lagi menatap Ambar. "Tentu saja aku tak tahu." Ambar berusaha tak peduli "Mbar, apa kau hamil?" tanya Sandy. Ambar langsung sedikit terkejut. Darimana Sandy tahu kalau dia hamil? Mungkinkah rumah sakit tempatnya kemarin di rawat, bisa membocorkan informasi seorang pasien. "Memang kenapa kalau aku hamil?" tanya Ambar bertanya balik. Ia masih tak ingin kehamilannya diket

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 19. Sakit

    Ambar melihat Sandy memejamkan matanya di ranjang. Ia tak yakin Sandy benar-benar sakit."Minumlah, air oralit ini," ujarnya meletakkkan segelas campuran gula dan garam di meja samping ranjang. Sandy tak menyahut. Ia mencoba mengamati Sandy lebih dekat. Wajah pria itu tampak pucat dan bibirnya kelihatan kering. Ia memutuskan untuk mengguncang bahunya pelan. Ada kekhawatiran di hatinya, jangan-jangan suaminya itu pingsan."Sandy," serunya. Pria itu sama sekali tak bereaksi."Jangan bersandiwara," ujarnya sedikit panik. Nenek yang sejak tadi memerhatikan dari ambang pintu, kemudian masuk."Apa yang terjadi pada suamimu. Sejak datang kemari tampaknya sudah kurang sehat," kata Nenek kini meletakkan tangannya di dahi Sandy."Suhu tubuhnya sangat dingin.""Dia baik-baik saja Nek," sahutnya mencoba menghibur diri."Apa kalian bertengkar?" tanya Nenek menatapnya. Ia tak ingin menjawab."Nek aku sakit," ucap Sandy tiba-tiba, yang lebih mirip rengekan. Mata pria itu sedikit terbuka. Ambar langs

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status