Ashera sama sekali tidak bisa berkutik kali ini. Sembari berjalan mengikuti langkah Arion memasuki restauran, di dalam kepalanya terjadi peperangan sengit melawan benang kusut yang dirajutnya sendiri. Karena ulahnya sendiri, sekarang dia harus mencari cara untuk pergi dari Arion sebelum pria itu menyadari siapa dirinya."Kamu duluan saja, aku mau ke toilet sebentar!" ucap Ashera mencari alasan untuk kabur."Di dalam ada toilet khusus," jawab Arion.Sekali lagi alasannya gagal dan terlalu mudah untuk dipatahkan oleh Arion. Ashera mendengus kesal dan sangat lirih, takut Arion mendengarnya.Untung saja saat mereka hendak memasuki ruang VVIP, ponselnya berdering."Aku jawab telepon sebentar," ucap Ashera.Arion tidak menjawab. Dia hanya mengangguk dengan tatapan mengizinkan, lalu berjalan kembali dan masuk ke dalam ruangan yang sepertinya telah terbiasa dia gunakan untuk makan.Ashera benar-benar merasa lega dan mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri dari pria itu sebelum semuanya me
Mendengar pernyataan Ester, bahwa dia tidak bisa menjamin Ashera tidak disentuh oleh pria hidung belang di cafenya, Ashera dan Trixi saling bertukar pandang. Keduanya tampak ragu, terlebih Trixi. Sahabat Ashera itu tidak yakin bila Ashera bisa lolos dari tangan-tangan gatal."Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh tubuhku. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik agar mereka tidak melakukannya." Ashera mengatakan untuk meyakinkan Ester agar diizinkan bekerja di sana."Shera, apa kamu yakin? Kalau tidak, aku akan mencarikanmu pekerjaan lain." Kini yang tidak yakin dan khawatir adalah Trixi.Awalnya dia berpikir Ashera bisa bekerja di cafe itu dengan jaminan Ester mempekerjakan di tempat yang tidak harus terjamah oleh pria hidung belang atau paling tidak di kasir. Ternyata harapannya tidak sesuai, bagian kasir tidak membutuhkan tambahan orang. Yang membutuhkan adalah bagian pelayan karena salah satu karyawannya mengambil cuti beberapa hari.Ashera tersenyum mendeng
"Selamat malam, Tuan-tuan," sapa Ashera memberanikan diri menyapa dengan ramah.Tidak segera menjawab, keempat pria itu langsung mengarahkan pandang mereka pada Ashera dengan serempak. Bahkan sapaan Ashera mampu menghentikan canda dan tawa mereka.Ashera terkejut melihat ekspresi mereka. Keberanian yang sejak tadi sangat susah dipupuk dan dikumpulkan, kini kembali sedikit tergoyahkan. Sebenarnya kaki Ashera sudah mulai bergetar, tetapi dengan menghirup dan mengeluarkan beberapa kali hembusan napas, Ashera dengan cepat bisa kembali mengumpulkan keberaniannya."Tuan, mau pesan minuman apa?" tanya Ashera kembali menawarkan pelayanannya dengan sopan.Setelah mendengar pertanyaan Ashera untuk ketiga kalinya, salah satu dari mereka menyadarkan teman-temannya dengan menyenggolkan lengannya pada lengan teman di sampingnya, hingga akhirnya keempat pria itu tersadar dari lamunan terpesona.Yang membuat mereka terpesona bukan hanya karena kecantikan Ashera yang berbeda deng
"Aku akan menambah dua kali lipat untukmu, asal kamu mau melakukan satu hal untukku," ucapnya lagi."Maaf, Tuan. Sepertinya uang ini sudah cukup," tolak Ashera.Bohong bila uang yang didapatnya malam ini sudah cukup untuk biaya pengobatan ibunya. Uang itu mungkin hanya cukup untuk membayar satu hari biaya perawatan saja, tapi belum termasuk obat-obatan yang harus diberikan pada ibunya.Ashera tidak memungkiri bila dia membutuhkan banyak uang, tetapi untuk menerima tawaran yang belum diketahui apa itu, hatinya semakin ragu dan merasa ngeri. Dia bekerja bukan di tempat yang aman dan nyaman, melainkan banyak resiko yang harus dilaluinya."Kamu yakin?" Pria itu semakin mendesak.Ashera ragu. Keraguannya itu tidak bisa ditutupi oleh sorot mata dan aura wajahnya sehingga pria itu pun mengetahui, maka dia bangkit dari duduknya dan mendekati Ashera.Masih tidak menyentuhnya. Pria itu berjalan mengitari Ashera dengan sorot mata memperhatikan penampilan dan bentuk tubu
Ashera mengedarkan pandang ke sekitar mereka berdiri untuk mencari keempat pria yang tadi bersama Gavin. Dia tidak percaya bila pria itu hanya sendirian di sana. Bisa jadi Gavin hanya memancing dan mempermainkannya, sedangkan keempat pria lainnya sedang bersembunyi dan menunggu aba-aba dari Gavin. Ashera tampak waspada dan hati-hati."Aku menunggumu," jawab Gavin."Maaf, tapi aku tidak memintamu menunggu dan aku tidak punya waktu. Permisi." Ashera tidak memperdulikan Gavin. Dia ingin segera pulang karena waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Ashera menggeser langkahnya menghindari tubuh Gavin yang berdiri di depannya, tapi baru juga satu langkah kakinya bergerak, tiba-tiba Gavin mencekal lengannya dan menahannya."Tapi aku butuh bantuanmu," ucap Gavin menarik lengan Ashera sehingga tubuh Ashera kembali menghadap Gavin.Ashera tidak segera menanggapi perkataan Gavin. Dalam dirinya telah berkecamuk rasa kesal dan marah karena pria itu telah berani menyentuh
Seperti yang telah mereka sepakati, malam ini Ashera izin tidak masuk kerja hingga pesta selesai. Ternyata izin Ashera ini juga dilakukan oleh Gavin. Pria itu telah lebih dahulu menemui Ester dan mengatakan ingin membawa Liona.Gavin telah menunggunya di luar, di depan cafe. Beberapa kali pria itu melirik arloji di pergelangan tangannya dan tampak gelisah."Maaf, aku terlambat," ucap Ashera bertampang sesal.Ashera terlambat bukan karena tidak memiliki alasan. Sebelum pergi, ibunya sempat tidak mau ditinggal. Untung Trixi segera datang dan membantu membujuk ibunya sehingga Ashera bisa pergi dengan tenang.Gavin tidak membalas sapaan Ashera. Pria itu lebih tertarik memperhatikan penampilan dan gaun yang dikenakan oleh Ashera. Kedua bola matanya bergerak menjelajah tubuh Ashera dari atas kepala hingga alas kaki."Apa tidak ada pakaian lainnya?" tanya Gavin.Gavin tidak menyukai penampilan Ashera yang terlalu sederhana dan menurutnya sama sekali tidak berkelas.
"A-aku ke toilet sebentar." Nada dengan cepat membuka kembali matanya seiring dengan tangan kanannya terangkat menahan dan berusaha menepis tangan Arion yang telah hampir menyentuh kulit wajahnya.Ashera juga cepat-cepat berdiri dari duduknya, melangkah mundur memberi jarak antara dirinya dengan Arion karena saat ini jarak mereka sangat dekat, apalagi tadi Arion ingin menyentuh wajahnya.Jantungnya benar-benar sedang berlomba dengan deburan ombak melebihi ombak lautan lepas. Dadanya berdebar bagai genderang perang. Ashera benar-benar terkejut dan shock dengan kehadiran Arion di tempat itu."Aleysa, kenapa?" Kedua ujung alis Arion mengernyit dan hampir menjadi satu melihat sikap kekasihnya yang aneh dan terkesan gugup menghindarinya. "Apa kamu marah padaku karena aku terlambat, tidak menjemputmu dan mengantarmu ke sini?" Arion pikir Aleysa marah karena dia tidak menuruti permintaan Aleysa.Ashera bingung. Dia tercengang mendengar dugaan dan perkataan Arion. Dia
"Aku membayarmu untuk menemaniku. Tidak akan kubiarkan menghindar." Gavin tiba-tiba menahan Ashera dengan cengkeraman tangannya.Alangkah kagetnya Ashera melihat perubahan sikap dan cara bicara Gavin. Ashera terperangah. Untungnya ada topeng yang menutupi sebagian wajahnya sehingga ekspresi kaget Ashera tidak terlalu terlihat. Meski begitu, tetap saja rasa kaget itu membuat Gavin semakin menekan tangannya."Tapi, aku mau minum," ucap Ashera menguatkan alasannya dan mengelak tuduhan Gavin."Nanti saja setelah aku perkenalkan kamu pada mereka!""Tapi-" Ashera cukup ragu untuk pergi. Bukan karena kehadiran Arion saja, tapi yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman adalah kehadiran wanita yang ada di samping Arion. Dia yakin wanita itu adalah Aleysa. Pakaian dan penampilan mereka yang sama yang membuat Ashera sangat enggan pergi ke sana."Aku membayarmu untuk menyelamatkan statusku, jadi menurutlah!" Kembali Gavin menekan Ashera.Ashera kesal dengan penekan