"Aku akan menambah dua kali lipat untukmu, asal kamu mau melakukan satu hal untukku," ucapnya lagi.
"Maaf, Tuan. Sepertinya uang ini sudah cukup," tolak Ashera.Bohong bila uang yang didapatnya malam ini sudah cukup untuk biaya pengobatan ibunya. Uang itu mungkin hanya cukup untuk membayar satu hari biaya perawatan saja, tapi belum termasuk obat-obatan yang harus diberikan pada ibunya.Ashera tidak memungkiri bila dia membutuhkan banyak uang, tetapi untuk menerima tawaran yang belum diketahui apa itu, hatinya semakin ragu dan merasa ngeri. Dia bekerja bukan di tempat yang aman dan nyaman, melainkan banyak resiko yang harus dilaluinya."Kamu yakin?" Pria itu semakin mendesak.Ashera ragu. Keraguannya itu tidak bisa ditutupi oleh sorot mata dan aura wajahnya sehingga pria itu pun mengetahui, maka dia bangkit dari duduknya dan mendekati Ashera.Masih tidak menyentuhnya. Pria itu berjalan mengitari Ashera dengan sorot mata memperhatikan penampilan dan bentuk tubuAshera mengedarkan pandang ke sekitar mereka berdiri untuk mencari keempat pria yang tadi bersama Gavin. Dia tidak percaya bila pria itu hanya sendirian di sana. Bisa jadi Gavin hanya memancing dan mempermainkannya, sedangkan keempat pria lainnya sedang bersembunyi dan menunggu aba-aba dari Gavin. Ashera tampak waspada dan hati-hati."Aku menunggumu," jawab Gavin."Maaf, tapi aku tidak memintamu menunggu dan aku tidak punya waktu. Permisi." Ashera tidak memperdulikan Gavin. Dia ingin segera pulang karena waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Ashera menggeser langkahnya menghindari tubuh Gavin yang berdiri di depannya, tapi baru juga satu langkah kakinya bergerak, tiba-tiba Gavin mencekal lengannya dan menahannya."Tapi aku butuh bantuanmu," ucap Gavin menarik lengan Ashera sehingga tubuh Ashera kembali menghadap Gavin.Ashera tidak segera menanggapi perkataan Gavin. Dalam dirinya telah berkecamuk rasa kesal dan marah karena pria itu telah berani menyentuh
Seperti yang telah mereka sepakati, malam ini Ashera izin tidak masuk kerja hingga pesta selesai. Ternyata izin Ashera ini juga dilakukan oleh Gavin. Pria itu telah lebih dahulu menemui Ester dan mengatakan ingin membawa Liona.Gavin telah menunggunya di luar, di depan cafe. Beberapa kali pria itu melirik arloji di pergelangan tangannya dan tampak gelisah."Maaf, aku terlambat," ucap Ashera bertampang sesal.Ashera terlambat bukan karena tidak memiliki alasan. Sebelum pergi, ibunya sempat tidak mau ditinggal. Untung Trixi segera datang dan membantu membujuk ibunya sehingga Ashera bisa pergi dengan tenang.Gavin tidak membalas sapaan Ashera. Pria itu lebih tertarik memperhatikan penampilan dan gaun yang dikenakan oleh Ashera. Kedua bola matanya bergerak menjelajah tubuh Ashera dari atas kepala hingga alas kaki."Apa tidak ada pakaian lainnya?" tanya Gavin.Gavin tidak menyukai penampilan Ashera yang terlalu sederhana dan menurutnya sama sekali tidak berkelas.
"A-aku ke toilet sebentar." Nada dengan cepat membuka kembali matanya seiring dengan tangan kanannya terangkat menahan dan berusaha menepis tangan Arion yang telah hampir menyentuh kulit wajahnya.Ashera juga cepat-cepat berdiri dari duduknya, melangkah mundur memberi jarak antara dirinya dengan Arion karena saat ini jarak mereka sangat dekat, apalagi tadi Arion ingin menyentuh wajahnya.Jantungnya benar-benar sedang berlomba dengan deburan ombak melebihi ombak lautan lepas. Dadanya berdebar bagai genderang perang. Ashera benar-benar terkejut dan shock dengan kehadiran Arion di tempat itu."Aleysa, kenapa?" Kedua ujung alis Arion mengernyit dan hampir menjadi satu melihat sikap kekasihnya yang aneh dan terkesan gugup menghindarinya. "Apa kamu marah padaku karena aku terlambat, tidak menjemputmu dan mengantarmu ke sini?" Arion pikir Aleysa marah karena dia tidak menuruti permintaan Aleysa.Ashera bingung. Dia tercengang mendengar dugaan dan perkataan Arion. Dia
"Aku membayarmu untuk menemaniku. Tidak akan kubiarkan menghindar." Gavin tiba-tiba menahan Ashera dengan cengkeraman tangannya.Alangkah kagetnya Ashera melihat perubahan sikap dan cara bicara Gavin. Ashera terperangah. Untungnya ada topeng yang menutupi sebagian wajahnya sehingga ekspresi kaget Ashera tidak terlalu terlihat. Meski begitu, tetap saja rasa kaget itu membuat Gavin semakin menekan tangannya."Tapi, aku mau minum," ucap Ashera menguatkan alasannya dan mengelak tuduhan Gavin."Nanti saja setelah aku perkenalkan kamu pada mereka!""Tapi-" Ashera cukup ragu untuk pergi. Bukan karena kehadiran Arion saja, tapi yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman adalah kehadiran wanita yang ada di samping Arion. Dia yakin wanita itu adalah Aleysa. Pakaian dan penampilan mereka yang sama yang membuat Ashera sangat enggan pergi ke sana."Aku membayarmu untuk menyelamatkan statusku, jadi menurutlah!" Kembali Gavin menekan Ashera.Ashera kesal dengan penekan
"Aku ke toilet," bisik Ashera. Dia sudah tidak tahan lagi mendengar apapun yang mereka katakan."Aku antar." Gavin merasa tidak enak hati."Tidak perlu," tolak Ashera, lalu pergi meninggalkan mereka.Ashera berjalan dengan cepat meninggalkan rombongan itu dan segera pergi ke toilet. Rasanya dia harus mendinginkan kepala dan hatinya. Bila mungkin ingin menenggelamkan ke dalam air dan menguyurnya agar perkataan-perkataan yang telah masuk ke dalam telinganya luntur dan hilang.Sesampainya di toilet, Ashera tidak benar-benar pergi untuk maksud tertentu. Ashera lebih memilih menenangkan diri dengan bercermin. Masih dengan perasaan kesal, topeng yang menutupi wajahnya segera dilepas untuk mengurangi rasa penat."Sialan! Mereka pikir aku barang taruhan?" kesal Ashera berbicara dengan bayangannya sendiri.Sungguh hatinya terasa sangat sakit saat ini. Rasanya ingin dia menangis meratapi nasibnya yang rumit, hanya saja Ashera tidak akan pernah melakukannya. Dia tidak p
"Apa ada yang menyakitimu?" Arion tampak cemas dan khawatir melihat sikap Ashera yang dia kira adalah Aleysa, kekasihnya terlihat gusar.Arion juga langsung mendekati Ashera dan menyentuh lengannya, sontak saja Ashera refelks menghindar dan menepis tangan Arion. Dia lupa bila penampilannya malam ini mirip dengan Aleysa dan Arion selalu menganggapnya Aleysa."Aleysa?" Arion kaget atas penolakannya."Maaf." Cepat-cepat Ashera menepis rasa kaget Arion agar pria itu tidak curiga padanya. "Maaf, aku hanya kaget saja,"sambungnya kembali.Ashera masih belum bisa tenang, terbukti beberapa kali dia menoleh ke arah toilet. Hal itu jelas saja membuat Arion kembali heran dan bingung. Pria itu tidak bisa bila tidak bertanya dan hanya diam saja."Aleysa?""Aku mau pulang." Ashera menarik tangan Arion dan mengajaknya pergi tanpa menunggu jawaban dari Arion."Tunggu!" Arion menahan langkah Ashera. Ashera terpaksa harus bertatap mata dengan pria tunangan kakaknya. Sebenarnya bisa saja dia pergi begit
Arion terus membujuk dan mencari tau alasan kekasihnya tidak mau diantar sampai rumah temannya dan saat itu ponselnya berdering. Dilirik siapa yang menghubungi. Saat melihat nama yang tersembul pada layar ponselnya, Arion sempat kaget dan matanya hampir melompat. Kembali matanya melirik ke arah wanita yang duduk di sampingnya dan saat ini sedang memalingkan wajah memperhatikan luar jendela.Bibir Arion tersenyum tipis penuh arti, lalu mematikan deringnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Terdengar helaan napas pelan dan panjang. Ada makian bodoh untuk dirinya sendiri, namun ada juga perasaan menggelitik. Bisa-bisanya dia melakukan kecerobohan itu. Ada juga sumpah serapah dan janji untuk wanita yang ada di sampingnya itu. Bahkan dia akan membuat wanita itu membayar atas apa yang telah dilakukan padanya malam ini.Meski telah menyadari kecerobohan dan kesalahannya, tapi Arion tidak mau membiarkan begitu saja. Ada dorongan untuk mengimbangi dan mengikuti alur yang
Malam ini Arion benar-benar tidak bisa tidur dengan lelap. Telah mencoba untuk menutup mata rapat-rapat, bahkan sampai menggunakan penutup mata, tetap saja tidak bisa menghilangkan bayangan wanita yang mempunyai wajah mirip dengan Aleysa, kekasihnya.Bantal guling menjadi korban. Benda mati itu terkadang masuk dalam pelukannya, terkadang terlempar ke atas dan menjadi tumpuan kepalanya. Dan kali ini, benda empuk itu berada di atas badan Arion karena dia menggunakan kedua tangannya menjadi bantalan kepala.Bola mata menerawang tinggi menembus langit kamar, sedangkan pikirannya masih penuh dengan bayangan Ashera."Apa mungkin Aleysa memiliki saudara kembar?" gumamnya menebak. "Tapi dia hanya memiliki satu saudara, itupun laki-laki," sambungnya seolah menjawab pertanyaannya sendiri.Sejauh ini, Arion telah mengenal keluarga Aleysa dan tidak ada yang mengatakan bila Aleysa memiliki saudara kembar atau saudara yang lainnya selain Justin, adik lelakinya.Hingga malam be