Di antara rintik suara hujan dan kilatan cambuk petir di luar angkasa, terdengar juga suara sepasang muda dan mudi sedang memadu kasih di dalam kamar hotel. Sayangnya, suara yang terdengar merdu itu menggores sebuah luka yang mendalam, tetapi tidak berdarah. Buliran bening menetes dan mengalir dari muara yang terdalam.
"Aleysa."Ya, nama Aleysa. Nama itu yang selalu saja mendayu merdu terdengar dari bibir Arion, pria yang saat ini bersama dengannya.Di bawah cahaya lampu yang lembut inilah ada kegetiran yang tiada tara yang dirasakan gadis muda di sepanjang hidupnya. Dia dapat merasakan bila sentuhan itu dilakukan dengan penuh kasih sayang dan cinta, namun menggores luka yang mungkin tidak akan bisa sembuh seumur hidupnya.Seharusnya wanita yang berada dalam kamar hotel itu adalah wanita yang paling beruntung di dunia karena Arion adalah pria kaya yang bisa dikatakan pria idaman sebagian besar wanita, tapi nyatanya tidak bagi Ashera. Gadis dari sebuah kota kecil yang sedang berjuang demi seorang ibu yang sangat disayangi, bukan salah satu yang merasakan kebahagiaan saat mendapat sentuhan Arion.Ashera, demi mendapatkan uang, dia rela menggantikan posisi kakak perempuannya untuk merayakan malam pertunangannya dengan Arion, pria tampan pemilik perusahaan terbesar kedua di Indonesia. Mahkota paling berharga yang dimiliki akan direnggut oleh Arion, tunangan kakaknya sendiri demi mendapatkan uang 100 juta.Ashera terpaksa menukar keperawanannya dengan uang 100 juta untuk pengobatan ibunya yang sakit parah. Karena tidak ada yang bisa dilakukan dan yang dimiliki selain tubuhnya, juga karena sebuah paksaan dan ancaman, mau tidak mau Ashera mengorbankan hal yang paling berharga dalam hidupnya."Aleysa, aku mencintaimu, Sayang." Lagi-lagi suara lembut dan syahdu Arion berbisik lirih di telinga Ashera.Kebahagiaan Arion berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Ashera. Senyum Arion adalah lukanya. Meski dia yakin Arion melakukan hal itu bukan karena keinginannya karena yang dia tau wanita yang bersamanya saat ini adalah Aleysa, tunangannya.Andai Arion tau yang bersamanya adalah wanita lain yang hanya memiliki wajah mirip dengan Aleysa, tunangannya, sudah pasti pria itu juga menolak dan tidak akan melewati malam panjang bersamanya. Sayangnya, saat ini kesadaran Arion di bawah pengaruh minuman alkohol dan obat jahanam yang sengaja dicampurkan oleh seseorang sehingga Arion teler."Sayang, aku mencintaimu," bisik Arion lagi karena tidak ada sahutan sama sekali dari wanitanya.Kata cinta Arion adalah cuka yang disiramkan pada hati Ashera yang terluka tanpa ada yang menyakitinya. Ashera tersenyum getir memikirkan nasibnya sendiri. Mahkota yang selama ini dijaga dan dilindungi, harus hancur oleh pria yang merupakan tunangan saudaranya, Aleysa."Aleysa, aku adalah pria paling beruntung yang telah mendapatkan cintamu. Hanya kamu wanitaku."Harusnya Ashera bahagia, andai pria yang telah menikmati harta hidupnya adalah pria yang dia cintai. Sayangnya, pria itu bukan pria yang dia cintai, bahkan mereka tidak saling mengenal. Air mata kepedihan mengalir dengan deras. Ashera memalingkan wajah dengan mata terpejam menahan perih hati dan perih diri.Pedih dan perih yang dirasakan pada tubuhnya saat itu tidak sebanding dengan perih dalam hatinya. Hancur sudah hidupnya. Seakan pintu dan kabut hitam telah menunggu di hadapannya sehingga Ashera tidak akan bisa menembus pandang untuk menatap masa depannya seperti apa.Mahkota kegadisannya sirna dalam genggaman Arion, tunangan kakaknya, Aleysa. Dalam pikirnya ada ketakutan luar biasa tentang kehidupannya mendatang. Masih adakah pria yang akan menerimanya dengan tulus setelah mengetahui bila dia tidak perawan lagi? Tiba-tiba bayangan itu melintas begitu saja dalam benaknya.Sungguh malang nasibnya. Ashera harus berpura-pura menjadi Aleysa dalam satu malam karena ancaman dari Aleysa dan juga keluarganya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui permintaan mereka agar mereka memberikan uang untuk pengobatan ibunya.Ashera tidak menyangka bila kedatangannya ke rumah Kafi dan Aleysa meminta bantuan pengobatan untuk ibunya, menjadi sebuah prahara untuk dirinya. Dia datang di saat yang tidak tepat. Saat Kafi dan Aleysa panik dan bingung menanggapi permintaan dan syarat yang diberikan Arion pada mereka.Arion bukan tidak percaya pada perasaan cinta mereka, dia hanya ingin mendapatkan wanita yang benar-benar masih bersih dan murni, makanya dia mengajukan syarat untuk menikmati malam bersama sebagai pembuktian bila wanita yang dicintainya masih murni.Karena hal ini dan kebetulan Ashera datang ke rumah mereka sehingga Aleysa dan Kafi sepakat untuk memanfaatkan Ashera dan akhirnya menawarkan kerja sama yang rumit pada Ashera. Semua itu dilakukan karena Aleysa memiliki pergaulan bebas dan mereka tidak ingin kehilangan Arion yang merupakan sumber uang terbesarnya.Sebenarnya tidak ada niat dalam dirinya untuk menemui dua orang itu setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu, hanya saja keadaan yang mendesak dan sakit ibunya yang semakin parah, Ashera terpaksa menemui mereka setelah mencari tau keberadaan mereka beberapa hari ini dan juga terpaksa menerima penawaran mereka.Ashera yang tidak pernah disentuh oleh pria merasa sangat hina dan kotor saat Arion melakukannya. Jangankan disentuh pria, kekasih pun tidak ada. Pernah dia berpacaran, namun hanya sebatas bergandengan tangan yang pernah dia lakukan dan itupun sudah membuat jantungnya berdebar hebat.Tubuh Arion yang mempesona dengan perpaduan wajah tampan seharusnya membuat semua wanita ingin memilikinya, bahkan mungkin banyak wanita yang ingin menyerahkan diri secara sukarela untuk bisa tidur bersama pria tampan itu dan seharusnya Ashera merasa beruntung, tapi nyatanya keberuntungan itu bukan untuk Ashera.Arion langsung memejamkan mata dan terlelap setelah memberi satu kecupan lembut pada bibir Ashera dan mengucapkan kata cinta.Ashera menarik tubuhnya sedikit merenggang dari tubuh Arion. Dipandanginya wajah tampan yang lelah milik Arion. Meski pria itu terlihat lelah dan lelap, wajahnya tetap saja terlihat tampan dan tidak sirna. Pantas saja Aleysa melakukan segala cara untuk mendapatkannya.Arion bukan hanya kaya dia juga tampan. Sayangnya, meski Arion tampan, Ashera sama sekali tidak tertarik untuk jatuh hati padanya. Apalagi jatuh cinta pada tunangan kakaknya, Aleysa. Meski hubungan mereka tidak baik, tapi dia bukan tipe wanita yang suka merebut milik orang lain.Lelap dan lelahnya Arion tidak biasa, Ashera pikir Aleysa telah memberikan sebuah obat pada Arion sehingga pria itu tidak tahu siapa wanita yang tidur dengannya malam ini.Ashera tidak mungkin pergi dari kamar dalam keadaan seperti itu dan di tengah malam, hingga akhirnya dia pun tertidur di samping Arion.Dua anak manusia yang tidak saling mengenal, tetapi melewati malam panjang bersama. Mungkin ini pertemuan pertama dan terakhir Ashera dengan pria itu karena Aleysa telah memberinya peringatan agar Ashera segera pergi meninggalkan kota setelah pengobatan ibunya berhasil dan sembuh.Saat terbangun, Ashera benar-benar terkejut melihat seorang pria bersamanya, memeluknya dengan mata terpejam dan tubuh polos."Sial!" makinya. "Kenapa aku lupa, bila malam ini aku telah kehilangan keperawananku karena pria ini?" Ashiera memaki diri sendiri karena dia melupakan malam panjangnya bersama Arion saat dia terbangun.Bila bukan karena dering ponselnya, Ashera mungkin belum terbangun. Diliriknya benda pipih yang ada di samping kepalanya, Ashera sangat enggan menjawab panggilan itu setelah mengetahui siapa yang menghubunginya.Tidak ingin suara itu membangunkan pria di sampingnya, dengan terpaksa dia pun menggeser tombol jawab."Ashera, cepat keluar aku sudah menunggumu! Jangan sampai Arion bangun dan menyadarinya bila wanita yang bersamanya bukan aku!""Iya," jawab Ashera tidak banyak berkata-kata, meski sebenarnya sangat marah dan kesal pada Aleysa.Tubuh Ashera masih polos dan terasa lengket akibat dari permainan Arion semalam, Ashera juga tidak membersihkan tubuh setela
Ya, pemiliki suara itu sepertinya kaget melihat Ashera ada di mini market tempatnya berdiri saat ini.Karena mendengar namanya disebut, Ashera pun menoleh dan melihat ke arah sumber suara."Ayah?" panggilnya lirih. Ashera tidak kalah terkejut, sama seperti pria itu.Pria yang dipanggil ayah itu mengedarkan mata ke sekitar seolah dia ingin memastikan tidak ada yang mendengar Ashera memanggilnya ayah. Setelah merasa aman terkendali, pria itu kembali mengarahkan mata pada Ashera."Jangan penah memanggilku ayah! Kamu bukan anakku dan aku tidak pernah mempunyai putri sepertimu," ucap pria itu setengah berbisik seolah takut didengar oleh orang lain. Pria itu kembali mengedarkan mata.Ashera terdiam. Manik matanya tidak berkedip menatap lekat dan dingin pria yang tidak pernah mengakui anak itu. Sebenarnya dia tidak kaget dengan penolakan itu, tetapi sebaliknya, Ashera mencibir dalam hati.Pria itu adalah Kafi, mantan suami Zanna, ibunya. Kafi adalah ayah Ashera dan Aleysa. Sayangnya pria it
“Ashera, kuatkan hatimu! Dokter sedang berusaha.” Trixi ikut jongkok mendekati Ashera yang telah menjauhkan diri darinya. Dia berusaha menenangkan dan menghibur Ashera, sahabatnya.“Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, Trixi. Hanya ibu yang aku punya,” tangis Ashera dalam kesedihan yang mendalam.“Ada aku, sahabatmu,” hibur Trixi.Ashera mengangkat wajah basah dan pucatnya, ditatapnya wajah Trixi, lalu dia kembali menangis dan memeluk erat sahabatnya itu.Trixi pun membalas pelukan Ashera dan terus memberinya dukungan. Dia tidak peduli tubuh basah Ashera. Selama ini hanya Trixi yang mau menemaninya dalam segala hal. Sahabatnya yang satu itu telah lebih dari saudara.“Nona Ashera,” panggil seorang dokter mendekatinya.Ashera dan Trixi melepaskan pelukan mereka. Mereka juga mengarahkan pandangnya pada dokter muda yang sedang berdiri menunggunya setelah keduanya menyeka dan mengeringkan air mata. Ashera dengan sisa tenaga berusaha bangkit dan berdiri dengan pertolongan Trixi.“Dokter, ap
Ashera benar-benar tidak tau harus melakukan apa lagi di saat seperti ini. Mungkin bila kondisi ibunya baik dan tidak di ambang kematian, dia masih bisa berpikir dengan jernih dan cepat karena meski dia adalah gadis dari kota kecil, tetapi kemampuan otaknya tidak bisa dikatakan standar.Tidak memiliki pilihan lain, setelah dokter menjelaskan kondisi ibunya, Ashera harus mencari cara untuk segera mendapatkan uang itu bagaimanapun caranya.Hari ini Trixi menemaninya sampai hampir sore karena sore hari sahabatnya itu harus masuk kuliah sehingga Ashera menunggu ibunya sendirian. Meski dia telah melakukannya beberapa hari ini seperti itu, tetapi hari ini hati dan pikirannya sedang dilanda kesedihan yang mendalam.Ashera harus kehilangan keperawanannya, tidak mendapatkan uang yang dijanjikan oleh Aleysa dan juga Kafi, pria yang tidak mau mengakuinya sebagai anaknya. Dia juga hampir kehilangan ibunya. "Aku harus menemuinya dan menangih janji," gumam Ashera mengangkat kepala setelah beberapa
Ashera berjalan memutar ke arah belakang cafe. Entah apa yang akan dia lakukan. Izin pada Trixi, dia akan ke kamar mandi, tetapi dari caranya berjalan sedikit mengendap membuat Trixi merasa curiga dengan apa yang dilakukan oleh Ashera. Meski begitu, Trixi tidak memanggilnya dan hanya memperhatikannya saja.Menggunakan hoode dengan topi menutup wajah dan kaca mata, Ashera berjalan sangat hati-hati. Langkahnya kecil-kecil dan hampir berjinjit memasuki area cafe. Dilihatnya banyak orang yang sedang menikmati minuman sembari ketawa-ketiwi satu sama lain.Ashera berhenti sejenak di balik dinding. Dengan sedikit menjorokkan wajahnya untuk mengintai, dia mengedarkan mata mencari sosok Aleysa, tetapi setelah beberapa saat mengedarkan mata, sama sekali tidak dilihat Aleysa ada di antara orang-orang muda lainnya. Ashera menghela napas panjang merasa sedikit kecewa."Mungkin dia ada di ruang lain," gumam Ashera menghibur dan memberi semangat pada diri sendiri.Dengan kedua tangan jatuh dan terku
"Sayang, kenapa?" Arion merasakan hal aneh pada kekasihnya."Aku kebelet," seru Ashera segera memutar tubuh dan berlari ke toilet sembari memegangi bagian bawah perut layaknya orang menahan hasrat buang air kecil.Melihat kekasihnya berlari dan bersikap tidak seperti biasanya, Arion mengernyitkan dahi merasa ada yang tidak beres. Setelah bayangan punggung Ashera menghilang di balik pintu, keraguan dan perasaan curiga memerintahkan kedua kakinya untuk melangkah, tapi baru beberapa langkah ...."Tuan!" Seseorang memanggilnya dari arah belakang.Arion menghentikan langkahnya, lalu memutar poros lehernya, menoleh ke arah orang yang memanggilnya."Ada apa?" tanyanya dengan suara dingin.Pria tersebut langsung mendekati Arion dan langsung mencondongkan kepala ke arah Arion menyampaikan pesan yang dibawa dengan berbisik."Apa kamu yakin?" Mata Arion membulat."Yakin, Tuan.""Oke, kalau begitu atur agendaku untuk melakukan kunjungan ke tempat itu!" "Baik, Tuan." Pria itu mengangguk, lalu mun
Langkah Ashera terhenti memastikan panggilan itu untuknya. Setelah beberapa saat menunggu tanpa menoleh dan melihat arah panggilan, Ashera kembali melangkahkan kaki karena dia pikir panggilan itu ternyata bukan untuk dirinya dan dia pun merasa lega."Nona!" Terdengar lagi panggilan itu ketika Ashera benar-benar melangkah.Ashera terpaksa menoleh ke belakang untuk memastikan. Alangkah terkejutnya dia saat melihat siapa yang memanggilnya. Jantung Ashera langsung berpacu seperti mendapat sengatan listrik dengan kejutan bervoltase tinggi. Yang memanggilnya adalah Arion, tunangan Aleysa, pria yang telah merenggut keperawanannya.Dengan cepat Ashera kembali memutar poros lehernya. Dengan hembusan satu napas yang panjang dan mendalam, Ashera kembali melangkah. Kali ini langkahnya semakin cepat. Dia tidak ingin bertemu dengan pria itu, apalagi sampai berurusan dengannya. Cukup malam itu saja, cukup sekali saja dan semuanya harus hilang dalam hidupnya."Hei, Nona, jangan pergi!" Semakin Asher
"Memangnya apa yang telah kami lakukan pada Arion?" Tiba-tiba sebuah suara terdengar mengejek dari arah belakang.Ashera kaget dan langsung memutar tubuh ke belakang untuk melihat siapa yang datang dan meremehkannya. Sebenarnya tanpa melihat pun, dia sudah tau siapa yang menyahut teriakannya untuk Kafi."Memangnya apa yang telah kami lakukan pada Arion? Kamu pikir dia akan percaya padamu?" Alesya melangkah dan mendekati Ashera dengan ekspresi sombong dan angkuh. Dia mencibir keberanian Ashera yang telah mengancam keluarganya, termasuk mengancamnya. Aura keangkuhan Aleysa terasa kental dengan sorot mata penuh kebencian terhadap Ashera.Ashera geram. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, hanya saja sekuat hati ditekan rasa kesal itu. Bagaimanapun saat ini dia membutuhkan uang itu untuk pengobatan ibunya. Bahkan demi ibunya, Ashera melemahkan kembali otot tangannya yang tegang, berharap Aleysa mau mendengarkannya saat ini."Ibu ingin bertemu denganmu," ucap Ashera menahan kemarahannya