Saat terbangun, Ashera benar-benar terkejut melihat seorang pria bersamanya, memeluknya dengan mata terpejam dan tubuh polos.
"Sial!" makinya. "Kenapa aku lupa, bila malam ini aku telah kehilangan keperawananku karena pria ini?"Ashiera memaki diri sendiri karena dia melupakan malam panjangnya bersama Arion saat dia terbangun.Bila bukan karena dering ponselnya, Ashera mungkin belum terbangun. Diliriknya benda pipih yang ada di samping kepalanya, Ashera sangat enggan menjawab panggilan itu setelah mengetahui siapa yang menghubunginya.Tidak ingin suara itu membangunkan pria di sampingnya, dengan terpaksa dia pun menggeser tombol jawab."Ashera, cepat keluar aku sudah menunggumu! Jangan sampai Arion bangun dan menyadarinya bila wanita yang bersamanya bukan aku!""Iya," jawab Ashera tidak banyak berkata-kata, meski sebenarnya sangat marah dan kesal pada Aleysa.Tubuh Ashera masih polos dan terasa lengket akibat dari permainan Arion semalam, Ashera juga tidak membersihkan tubuh setelah bercinta dengan Arion. Bukan karena malas, tapi karena Arion langsung memeluknya erat setelah pria itu mencapai puncaknya.Ashera jelas tidak mau Arion bangun dan tau siapa yang telah bersamanya malam ini. Ashera menarik pelan tubuhnya dan turun dari ranjang memunguti pakaiannya, lalu memakainya. Sekali lagi Ashera tidak sempat mandi karena Aleysa telah menunggunya dan dia juga tidak mau Arion bangun dan mengetahui siapa dirinya"Kamu pria baik dan lembut, semoga kamu bahagia," ucap Ashera memandangi wajah tampan Arion sebelum dia pergi.Asera meninggalkan kamar Arion dengan sangat hati-hati agar pria yang masih tidur itu tidak terbangun.Di depan pintu sudah berdiri seorang wanita yang memiliki wajah hampir mirip dengannya, hanya rambut dan sorot mata yang membedakan mereka. Rambut Ashera lebih sedikit hitam kecoklatan dengan ujung sedikit ikal, sedangkan rambut wanita itu hitam dan lurus.Warna mata mereka bila dilihat sekilas sama dan tidak berbeda, namun saat melihat dengan teliti dan dekat warna mata Aleysa lebih gelap dengan tatapan penuh keangkuhan, sedangkan mata Ashera lebih terlihat tenang dan sedikit coklat sama dengan warna rambutnya.Tubuh Ashera pun lebih ramping dibanding Aleysa. Aleysa memiliki tubuh dengan dada yang padat berisi dan ukurannya lebih besar dari milik Ashera. Meski begitu, bukan berarti dua kembar Ashera tidak menarik. Ashera memiliki bentuk tubuh yang lebih ideal.Mereka bukan kembar. Ashera dan Aleysa adalah adik dan kakak dengan jarak lahir satu tahun lebih tua Aleysa."Apa kamu sudah menyelesaikan tugasmu dengan baik?" tanya Aleysa dengan wajah angkuh memandang rendah Ashera."Sudah," jawab Ashera singkat."Bagus! Kalau begitu segera pergi dari sini sebelum ada yang melihatmu! ingat, Ashera! Jangan sampai Arion tahu tentang kamu dan aku atau kamu kehilangan ibumu!" peringatan Aleysa lebih pada mengancam Ashera."Bagaimana dengan uang yang kalian janjikan padaku?" tanya Ashera.Sebenarnya Ashera ingin membahas tentang perkataan Aleysa mengenai ibunya. Ibu Ashera sama saja ibu Aleysa dan seharusnya Aleysa tidak melakukan hal itu, hanya saja Ashera melihat sikap cuek Aleysa, dia mengurungkan niatnya."Itu ...." jawab Aleysa sedikit menghindari tatapan Ashera. "Tanyakan saja pada ayah!" jawab Ashera siap membuka pintu."Aleysa, tidak seharusnya kamu melakukan hal ini. Pria itu kelihatannya baik dan mencintaimu," ucap Ashera menyesalkan apa yang telah dilakukan Aleysa pada Arion."Tidak usah ikut campur urusanku! Urus saja ibumu!" bentak Aleysa."Dia ibumu juga." Amarah Ashera hampir terpancing. Bila berhubungan dengan ibunya, perasaan Ashera tidak stabil.Aleysa memutar tubuh menghadap penuh Ashera. Sorot matanya tajam menghunus. Dia tidak suka dengan perkataan Ashera."Ibuku ada di rumah. Dia bukan ibuku. Camkan itu!" Aleysa tidak mau mengakui ibunya.Tanpa membiarkan Ashera kembali mengganggunya, Aleysa masuk kamar Arion dan meninggalkan Ashera dengan kesedihannya.Baru juga Ashera hendak pergi, pintu kamar kembali terbuka dan Aleysa kembali mendekatinya."Ini, pakai ini dan jangan biarkan orang lain melihatmu berkeliaran atau semua yang telah kita lakukan sia-sia!" ucap Aleysa.Aleysa menarik tangan Ashera, lalu meletakan topi dan kaca mata hitam pada telapak tangan Ashera yang dia paksa untuk terbuka. Aleysa juga tidak lupa menyampirkan jaket hitam pada pundak Ashera dan meminta adiknya itu untuk memakai agar identitasnya tidak terlihat oleh orang lain.Aleysa sadar benar siapa Arion, tunangannya itu. Dia bukan orang biasa. Setiap berita sekecil apapun, pasti akan langsung tercium oleh awak media dan namanya akan segera menjadi viral. Aleysa juga tau bagaimana rupa dan wajahnya yang memiliki kemiripan dengan Ashera, adiknya.Pertunangan mereka telah disiarkan sore tadi dan mereka telah mengadakan pesta, makanya saat pesta itu, Aleysa telah mencampurkan obat dalam minuman Arion sehingga pria itu sedikit teler hingga tidak mengenali wanita yang tidur bersamanya.Bila awak media atau orang yang mengejar informasi tentang Arion mengetahui keberadaan Ashera yang memiliki wajah mirip dengannya, ini akan merusak citranya sebagai tunangan Arion. Yang jelas, Aleysa takut Arion mengetahui bila dia memiliki seorang adik yang memiliki wajah mirip dengannya.Berpisah selama 20 tahun ternyata tidak membuat wajah keduanya mengalami perubahan untuk tidak mirip. Ikatan keluarga lebih kuat, meski tumbuh dalam lingkungan yang berbeda, ternyata lingkungan tidak memperngaruhi perkembangan wajah mereka juga.Hidup di kota besar dan kota kecil hanya membuat sedikit perbedaan warna kulit mereka saja. Aleysa memiliki kulit putih mulus karena dia sering melakukan perawatan, sedangkan Ashera, dia juga memiliki kulit putih mulus, tapi lebih cenderung kuning langsat.Ashera kembali merasa tidak memiliki harga sebagai seorang adik di mata Aleysa. Dia masih terdiam setelah Aleysa kembali meninggalkan dirinya.Dengan menghela napas panjang, Ashera membuat dirinya sendiri sedikit lebih tenang. Dia pun segera mengenakan jaket dan topi yang diberikan oleh Aleysa. Tidak lupa mengenakan kacamata hitam untuk menyamarkan wajahnya.Saat dia berjalan ke luar hotel, Ashera menghindar karena dari arah berbeda, dia melihat dua pria kekar berseragam serba hitam sedang berjalan ke arahnya, lebih tepat ke arah kamar Arion. Kamar di mana dia dan pria itu menghabiskan malam panjang dengan desah dan deru napas memburu. Kamar yang sekarang dihuni oleh Arion dan Aleysa, kakaknya.Dua pria itu yang semalam dia lihat tengah berjaga di dekat pintu kamar Arion. Itu artinya, dua pria itu adalah orang-orang Arion."Ah, hampir saja," gumamnya merasa lega. "Aku harus cepat meninggalkan tempat ini dan menemui ibu. Dia pasti sangat mengkhawatirkan aku karena semalaman aku tidak menemaninya," ucap Ashera mengingat ibunya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.Ashera dengan cepat berjalan menuju jalan raya dan mencari taksi di sana. Beberapa menit dia menunggu, tidak satu pun taksi yang melintasinya. Ashera hampir putus asa, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki menyeberang dan mencari taksi di jalan lain.Saat berjalan, Ashera melintasi sebuah warung makan di pinggir jalan yang telah buka dini hari. Warung makan itu adalah warung nasi uduk. Ashera berpikir bila dia ingin membelikan nasi uduk untuk ibunya karena saat di kota kecil, ibunya itu senang makan nasi uduk.Karena taksi tidak juga datang, Ashera jadi terlambat ke rumah sakit. Karena sudah sedikit siang, dia pun memutuskan untuk mampir sebentar di mini market dekat rumah sakit membeli air mineral untuk ibunya dan dia sendiri saat menemani ibunya."Ashera?"Sebuah suara terdengar memanggilnya. Bukan, bukan memanggilnya. Suara itu lebih terdengar lirih seakan tidak percaya bila dia bertemu Ashera di tempat itu."Hentikan, Aleysa!" teriak Arion sembari menangkis dan menahan tangan Aleysa ketika akan menampar wajah Ashera.Sejak tadi dia terdiam bukan karena tidak ingin menyelesaikan masalah ini. Arion hanya tidak ingin mencegah Ashera menumpahkan segala kemarahan, kekecewaan yang sejak lama dirasakan dan terkubur dalam hidupnya.Arion baru bertindak ketika Aleysa hendak menyakitinya. Mencelakai istrinya. Bukan hanya menahan tangan Aleysa saja, tapi Arion mendekap Ashera dalam pelukannya sebagai bentuk perlindungan."Arion, kamu-"Arion menghempaskan tangan Aleysa kasar dan menghujani dengan tatapan marah.Bukan hanya Aleysa yang terkejut, meski sebenarnya Arion pernah memperingatkan sebelumnya. Semua orang yang ada di sana memperhatikan mereka tidak kalah terkejutnya. Selama ini yang mereka tau, Arion sangat mencintai Aleysa, bahkan menjadikan wanita itu ratu. Sampai tidak ada yang berani menyentuhnya. Tapi hari ini, apa yang terjadi di depan mata mereka membuktikan bila Alyesa masih kalah d
"Ashera, apa yang kamu katakan? Apa kamu menuduh aku telah membunuhnya? Kamu juga menjadikan aku orang yang pantas disalahkan atas kematiannya?"Alesya tidak terima dan merasa Ashera sedang menuduh dan menyudutkan dirinya atas kematian ibu mereka. Meski Zanna meninggal saat dikurung olehnya, namun Alesya tetap merasa tidak membunuhnya."Apa aku mengatakan seperti itu?" tantang Ashera.Alesya memberi ekspresi mencibir. Secara tidak sadar, Aleysa telah menunjukkan kesombongan dan sifat aslinya yang selama ini ditutupi dari Arion."Meski tidak mengatakan secara langsung, tapi ucapanmu termasuk tuduhan," jawab Aleysa tetap tidak mau kalah.Ashera tertawa kecil menanggapi. Kedua tangan terlipat di depan dada. Tatapannya terus menghunus Aleysa, menilik ke dalam manik mata kakak perempuannya itu."Kamu seharusnya berterima kasih karena aku telah menguburkan wanita miskin itu dengan layak," sambung Aleysa.Aleysa merasa dirinya telah menjadi pahlawan karena telah memberi penghormatan terakhir
Arion: Jangan biarkan tumbuh akar di tubuhku karena menunggumu terlalu lama!Ashera: Belum selesai.Arion mengirim emot kesal.Ashera tertawa kecil melihat emot yang dikirm Arion padanya.Sejak hari di mana Ashera mendengar secara langsung apa yang dikatakan Arion pada Kafi di rumah sakit, hubungan mereka semakin dekat layaknya suami istri sungguhan. Keraguan Ashera tentang dirinya sebagai pengganti, tidak ada lagi dalam hatinya. Bukan hanya perkataan saja, Arion pun membuktikan dengan sikap dan cara memperlakukannya. Ashera dapat merasakan bila dia telah memiliki cinta Arion seutuhnya dan mengakui bila dia pun telah jatuh cinta."Ashera, fokuslah!" Fathan yang sejak tadi memperhatikan sedikit geram melihat Ashera lebih sering melihat ponsel dan tersenyum sendiri, daripada memperhatikan presentasi yang sedang dibacakan oleh klien mereka."Maaf." Ashera segera menyembunyikan ponselnya di bawah meja, di atas pangkuannya, tapi masih saja sesekali melirik dan jemarinya masih aktif memba
"Emmmm ...."Sudut bibir Arion tersenyum melihat wanita di samping tidurnya mengeliat dan berganti posisi. Senyumnya semakin lebar saat posisi itu menguntungkan baginya. Ashera yang tadi tidur membelakanginya sedangkan dia memeluknya, kini berputar haluan sehingga mereka saling berhadapan. Untungnya lagi, Ashera langsung merapatkan pelukan mencari kehangatan pada tubuhnya. Ashera menyembunyikan wajah dalam dada bidangnya.Karena tidak ingin mengganggu tidur nyenyak sang istri, Arion pun terdiam tanpa bergerak. Bahkan untuk bernapas pun rasanya sayang sekali. Dia takut pergerakan dada dan hembusan napasnya membangunkan Ashera.Arion telah berusaha tenang, tapi ada saja yang mengusik ketenangan mereka dan membuat Ashera kembali mengubah posisinya."Sial" makinya lirih saat dering ponselnya terdengar nyaring.Arion kesal karena lupa mematikan nada dering ponselnya saat hendak tidur semalam. Karena terlena oleh cinta dan cumbuan, dia pun turut terlelap bersama Ashera setelah ritual malam
"Kalau begitu, aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi," ucap Ashera.Ashera kembali bangkit sembari meraih jas dan tas kerja Arion yang diletakkan di samping duduknya."Tidak perlu!" Arion kembali menahan dengan menyentuh tangan Ashera. "Tetap di sini dan temani aku makan!" "Tapi-"Arion menyentuh kedua sisi pundak Ashera dan memintanya kembali duduk dengan santai di sampingnya.Ashera pun patuh. Meski sedikit canggung dan kaku, tapi dia tidak membantah perintah suami."Ini sudah sangat larut, aku takut bila harus makan sendirian," ucap Arion mencari alasan.Percaya?Tidak. Ashera tidak percaya dengan alasan yang diberikan Arion untuk menahannya. Kulit dahinya pun sedikit berkerut.Arion bukan tidak peka pada ekspresi wajah istrinya. Dia hanya berpura-pura tidak peka saja."Buka mulutmu!" Arion menyodorkan sesuap penuh ke arah mulut Ashera."Aku tau kamu juga belum makan," sambung Arion ketika Ashera tidak juga mau membuka mulutnya. Melainkan malah menatapnya lekat.Masih mena
"Apa Ashera belum kembali?""Belum."Arion merasa cemas dan khawatir ketika tiba di perusahaan tidak melihat Ashera di meja kerjanya. Nomornya juga tidak aktif. Menurut informasi yang dia dapat, istrinya itu pergi menemui temannya setelah terjadi pertengkaran dengan salah satu karyawannya di toilet umum."Bagaimana dengan Trixi?" Arion melihat Fathan."Sama, nomornya tidak dapat dihubungi."Berkali-kali Fathan menghubungi nomor Trixi, tapi sama dengan nomor Ashera. Nomornya tidak aktif, Fathan malah masuk ke dalam pesan suara untuk ditinggalkan.Arion bertambah cemas. Karena terburu-buru setelah mendapat telepon dari Kafi tentang kondisi Aleysa, dia melupakan Ashera. Padahal istrinya itu lebih membutuhkan dirinya di saat orang lain memandangnya sebelah mata."Bagaimana dengan wanita itu? Apa sudah memberinya hukuman?" "Sesuai dengan perintahmu. Aku sudah minta HRD untuk memecat dan memasukkan namanya dalam daftar hitam. Seumur hidup, tidak akan ada perusahaan yang berani menerimanya