Share

38. Mengambil Hati Nathan

Zio sampai di rumahnya pukul dua belas malam. Terlalu asyik mengobrol dengan Kahfi, Zio sampai lupa waktu. Padahal biasanya jam sembilan Zio sudah berada di rumahnya.

"Kamu sudah pulang, Nathan?"

Suara Sri dari dalam kegelapan sedikit mengagetkan Zio. Sri menyalakan lampu ruang tengah, dia tersenyum kepada Zio sementara Zio hanya memasang wajah datar malah terkesan dingin.

"Kamu dari mana? Sudah makan? Eyang tadi bawa gudeg sama sate usus. Eyang minta Narti angetin ya? Kita makan."

"Gak usah. Nathan udah makan."

Sri mencoba tersenyum. "Ya sudah, sana ke kamar. Istirahat. Jangan lupa cuci tangan dan kaki dulu, Nat-"

Brak!

Suara pintu kamar yang ditutup menghentikan ucapan Sri. Sri memegang jantungnya. Belakangan ini, dia sering merasa jantungnya mudah sekali merasa sakit. Lebih tepatnya, setelah dia mengetahui fakta kalau kedua cucu kebanggaannya ternyata bukan darah daging Pandu. Belum lagi kenyataan lainnya kalau Pandu didiagnosa man

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status